Danang Sutowijoyo memang layak menuai kecaman di social media terkait foto berikut deskripsi tentang bagaimana cara ia membunuh kucing yang diunggah di akun Path-nya. Tak ada hati yang tak koyak melihat kekejian yang dilakukannya meski sebenarnya hal-hal seperti itu bukanlah yang pertama kali kudengar.
Dulu aku pernah berkawan dengan seorang yang mirip si Danang itu, berburu kucing dengan senapan anginnya dan bahkan tak hanya itu, ia menguliti korbannya dan memajang kulitnya di ruang tamu rumahnya!
Kita… adalah penyuka binatang dalam arti seluas-luasnya; menyukai menyantap dagingnya maupun menyukai ?pribadi? sang binatang.
Kita memang memiliki hubungan unik dengan binatang.
Kita, kecuali vegetarian, adalah penyuka binatang dalam arti seluas-luasnya; menyukai menyantap dagingnya maupun menyukai ?pribadi? sang binatang.
Sebelum tahun 2002 aku adalah pelahap daging anjing yang diolah dengan berbagai macam cara, batak (sangsang), manado (rw/kawanua) maupun tongseng Jawa yang manis tapi pedas itu.
Tapi sesudahnya, ketika aku memelihara Pluto, anjing pertamaku di Klaten sana, aku mendadak berhenti menyantap daging anjing. Pernah mencoba beberapa kali tapi ketika hidangan sudah ada di atas meja, aku memilih untuk membayar dan membungkusnya, di tengah jalan kubuang bungkusan itu.
Aku tak tega, karena ketika hendak menyantapnya, meski aromanya begitu lezat, bermain dan bercengkrama dengan anjing yang kurepresentasikan sebagai Pluto membuat hidungku tak sanggup menyampaikan sinyal ke otak untuk menyantap tertutup oleh sesuatu yang what-so-called adalah cinta.
Untung aku tak terpikir untuk memelihara kambing dan sapi serta babi, karena kalau sampai hal itu terjadi, aku tak tahu apakah aku masih bisa merasakan lezatnya sup kaki kambing, sup buntut dan steak sapi Australia yang lebih lezat dari sapi-sapi manapun termasuk pustun-pustun partai koruptor sapi itu :)
Ada cerita lain lagi yang hendak kutuang di sini terkait hubungan unik kita dengan binatang.
Pernah suatu waktu dulu.. dulu sekali waktu kuliah akhir 90an, aku mengakrabi seorang wanita, sesama mahasiswa yang sangat hobi makan bebek goreng.
Suatu waktu kami membeli dua porsi bebek goreng lalu membawanya pulang ke rumahnya untuk bersantap bersama.
Tapi lantas muncul rasa isengku.
Kuambil boneka donal bebek yang ia taruh di sofa, boneka itu kesayangannya, kumainkan di atas meja makan ketika ia sedang lapar-laparnya menyantap bebek goreng itu.
?Kwek.. kwek.. kwek? enakkah dagingku?? candaku.
Kontan teman cewekku tadi naik temperamennya!??Donny! Itu gak lucu!?
Seketika ia langsung meletakkan sendok dan garpunya secara kasar lalu bergegas pergi ke kamar mandi. Dan kuingat sore itu adalah sore terakhir aku main ke rumahnya, rupanya keisenganku tadi harus kubayar mahal? amat mahal.
Aku tak tahu hingga kapan kita bisa pada akhirnya me-manage perasaan kita terhadap binatang untuk menjadi senetral mungkin, memisahkan ketika kita menyantap dagingnya dengan ketika kita membelai-belai kulit dan bulunya.
Tapi sejujurnya, semakin lama kita tak tahu hingga kapan, semakin aku yakin kita memang sebenarnya keturunan binatang.Perasaan mencintai binatang lain adalah unsur kodrati bahwa kita mungkin memang seasal seketurunan, di sisi lain perasaan ingin memangsa binatang termasuk menyiksa seperti si Danang dan kuyakin banyak yang lain yang tak terkuak social media, adalah juga perasaan khas binatang, kan?
Eh, aku hampir kelupaan satu cerita lain yang hendak ku-sharingkan di sini.
Siap?
Begini… Kalian tahu kan betapa jarangnya jatah daging yang diterima tahanan di penjara? Pernah suatu waktu aku bertanya pada kawan yang punya kawan lain yang pernah di penjara.
?Yang khas dari penjara itu apa coba?? tanya kawanku seolah mengajak tebak-tebakan.
?Hmmm.. sodomi!? aku tertawa?
?Benar.. selain itu??
?Ehmmm? entahlah!?
?Kamu tahu kalau mereka sakau daging sementara jatah daging berikutnya baru seminggu lagi, apa yang dimakannya??
Aku mulai terdiam. Leherku tercekat menanti jawabannya, kepalau menggeleng tak tahu dan sebenarnya lebih tak ingin menjawab dan diberi jawab.
?Kucing!?
?..
?Mereka ngejar kucing yang lewat lalu membunuhnya menggunakan pisau cukur yang diijinkan untuk dipunyai??
?.
?Lalu dimasak dan dimakan beramai-ramai??
OK, ada baiknya kusudahi sampai di sini, kalau kalian tak tahan membaca tulisan ini, aku sebenarnya lebih tak kuasa untuk secepatnya membubuhi tanda titik di akhir tulisan ini.
Titik.
soal kucing itu aku samar-samar pernah dengar.
aku memang tidak kebayang bagaimana rasanya daging kucing. tapi, aku rasa soal doyan atau tidak doyan itu hanya ada di kepala kita. kemarin aku ngobrol dengan teman. aku cerita aku suka salad dengan dressing minyak zaitun. dan, dia bilang dia tidak akan doyan. soalnya, minyak zaitun itu biasa buat pijet, katanya. aku biasa pakai minyak zaitun juga buat pelembab kulit. tapi aku tetap doyan dressing dengan bahan dasar minyak zaitun. masalahnya cuma beda persepsi saja, kan? jangan-jangan kalau kita di penjara, doyan juga daging kucing. isi kepalanya sudah berubah barangkali. siapa tahu?
Berarti semua tergantung persepsi ya? Wah kalau begitu aku takut bahwa apa yang diomongin banyak motivator bahwa mengalahkan hidup itu semudah kita mengatur persepsi yang bermain di otak adalah benar.. :)
Kalau membunuh kucing untuk dimakan/disantap jelas berbeda dari hanya sekedar senang/menikmati membunuh kucing dengan alasan apapun (kecuali kalau membahayakan seperti misalnya terkena rabies dll). Makhluk hidup di muka bumi ini terutama binatang termasuk manusia pada hakekatnya untuk bertahan hidup memang perlu untuk membunuh spesies lain. Kalau memang ada sekelompok orang atau bangsa yang mempunyai gaya hidup menyantap kucing ya kita tidak boleh cepat men-judge mereka negatif. Menyantap kucing atau menyantap anjing, menyantap ayam, menyantap ular, menyantap babi atau sapi pada hakekatnya sama: membunuh spesies lain! Namun begitu walaupun misalnya kita senang menyantap suatu spesies (termasuk kucing) janganlah overkill yang bisa menyebabkan spesies tersebut punah. Syukur-syukur kalau bisa berternak kucing khusus untuk dimakan jadinya spesies kucing tidak akan punah ;)
Tapi berbeda misalnya jikalau membunuh kucing atau membunuh spesies lain karena semata-mata suka/menikmati atau hanya karena hal-hal sepele misalnya mencuri dan lain-lain (kecuali jikalau ada nyawa orang terancam) apalagi sampai dipamer-pamerkan di media sosial, nah itu yang menurut saya sangat menjijikan ;)
Jadi “moralnya” berbeda jika membunuh untuk dimakan (apalagi jikalau ia bisa berternak spesies tsb :D ) dengan membunuh karena kesenangan atau karena hal-hal sepele. :D
Sepele-tidak-sepelenya itu sebenarnya subyektif juga.
Kita tak pernah tahu apa jeroan otak manusia Danang dan kawan-kawan lain yang mungkin bisa kita beri label ‘membunuh karena kesenangan atau karena hal-hal sepele’. Siapa tahu ia menganggap hal itu sebagai prestasi dan kerja keras nan hebat. Siapa tahu :)
Sepele atau tidak menurut saya harus ada batasnya dan harus kuat alasannya. “Batasan” saya adalah semua makhluk hidup membunuh spesies lain untuk bertahan hidup baik dia herbivora, karnivora ataupun omnivora. Di luar itu saya anggap “menjijikan” Apalagi kalau ada hukumnya bahwa menyiksa binatang itu termasuk kriminal (di Indonesia juga sudah ada hukumnya). Sebab kalau tidak ada batasannya maka nanti membunuh atau menyiksa anak orang juga relatif, dapat juga disebut sebagai “prestasi” dan juga “kerja keras nan hebat” :)
Kalau dipikir-pikir lagi, memang menjadi aneh ketika kita memakan binatang yang sebenarnya kita sayangi.
Tapi saya rasa, sejauh kita membunuh untuk memenuhi kebutuhan kita secukupnya, mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi kalau membunuh binatang hanya untuk kesenangan, rasanya sudah keterlaluan.
Pemaklumanmu itulah yang kuangkat di tulisan ini, Bli :) Terimakasih telah menyadari hahaha…
seorang kawan pernah berkata kepada saya :
“jika di atas meja makan kita masih ada binatang yang disajikan untuk kita santap, maka belum layak kita menyatakan bahwa kita memahami cinta. Jika kita masih makan binatang, atau pun menyakitinya, mungkin kita masih belajar menjadi manusia …”
Aku setuju banget dengan pendapatmu… Kita, entah kamu, kalau aku memang masih menyantap daging binatang, masih belum terlalu bisa memahami cinta :)
Teman ceweknya pergi ke kamar mandi muntah , atau BAB ? Bpk saya yang tukang baca koran bilang sang Bos malah memecat si pengeksekusi mati kucing ! Saya juga mulai membatasi binatang apa saja yang bisa masuk mulut ini . Ikan tongkol lebih sering masuk , telur atau kikil / kulit hewan perumput , budget belanja sebenarnya menjadi faktor teratas wkwkwk ^_^ . Saat hari raya kurban sering setelah saya makan daging kambing dan sapi kadang mual . Oiya satu hal lagi blog saya baru saja hijrah dari blog Kamaradieka-KucingMerah menjadi SuksesPrivat , mungkin saya tidak membahas kucing lagi , kalau memperdalam tema tentang kucing peliharaan , kuatir muncul pos , bagaimana cara membuat Tongseng Kucing , Balado Kucing , Kucing Rica-rica (bukannya bebek rica rica) .
Good one! Aku belum punya rencana untuk menjadi vegetarian makanya aku tenang-tenang saja mengomentari semuanya :)
ada temanku yang punya peternakan sapi, dan memang dia tidak bisa makan daging sapi, tapi bisa minum susu. Logis juga karena untuk minum susu saja si sapi tetap hidup sedangkan makan dagingnya, dia harus mati.
Kalau aku kasihan pada semua binatang, lalu kasihan juga pada tanaman … mati dong aku tidak ada yang dimakan hehehe.
Jadi, meskipun aku pernah nonton Babe, si babi lucu… aku masih mau makan babi sih. Tapi… semakin tua aku semakin malas loh makan daging :(
Menurutku yang terpenting adalah tak merangsang indera yang mampu melemahkan kinerja indera yang lainnya.
Maksudku, kalau kita nggak kuat nonton dan denger babi tapi masih suka babi, ya tutup telinga dan tutup mata kalau ada tontonan babi-babian :)
Kenapa Tuhan menciptakan tumbuhan + binatang sebelum menciptakan manusia???
Karna tugas(aku menyebut begitu)manusia sekedar menikmati tumbuhan + binatang(bagaimanapun caranya), dan tidak mengambil bagiannya Tuhan untuk men-Stempel halal ataupun haram.
Soal Danang…ternyata martabat manusia lebih rendah daripada binatang. Maksudnya adalah gara2 binatang(yg seharusnya kedudukannya lebih rendah dari manusia), si danang kehilangan pekerjaan yg untuk memenuhi hidupnya.
Apakah yang melaporkan danang membunuh binatang, apa dia tidak pernah membunuh binatang untuk kesenangan(contoh nyamuk)?
Titik
Kamu kok tahu maksud Tuhan? Emang pernah ketemu?
Tau lah mas don, kan aku di ciptakan oleh-Nya. Sering ketemu
Oh ya? Tau darimana kalo kamu diciptakan Tuhan?:)
Tanya + ngobrol ama Beliau :)
Loh kok ‘Beliau’ memangnya Tuhan itu orang? :)
Waduh, kalo di teruskan, blog mas don ini jd sarana Pengkabaran Injil dunk :)
Ah nggak juga, apa hubungannya antara pertanyaan saya, percakapan kita dan pengkabaran Injil? :) Nggak ada sama sekali…
Ada mas don, nantinya akan menuju kesana dgn pertanyaan mas don yg ini : loh kok ?Beliau? memangnya Tuhan itu orang?
ya jangan ditujukan ke sana :) atau kamu curiga aku akan menujukan ke sana?
Curiga??? 1000% Nggak mas don, 2000% malah nggak sama sekali(copas dr pemimpin negeri ini)…..hehe :)
Yah melebar deh diskusinya:)