Sepatu Sketchers

21 Sep 2021 | Cetusan

Hingga saat tulisan ini kurawi, aku masih menyimpan sepatu yang kukenakan ketika pertama kali terbang dari Jogja ke Sydney untuk nikah sipil, Februari 2008. Sepasang sepatu ini ber-merk Sketchers.

Ide membeli Sketchers datang dari Momon, kawan lamaku. September 2007 dia datang dari Jakarta ke Jogja untuk berwisata. 

Momon ‘Beyondsky’ adalah seorang blogger lawas yang pernah tinggal di Sydney dan menggemari dunia fotografi. Ketika aku menemaninya ke Prambanan untuk photo hunting, aku baru ‘ngeh’ bahwa sepatu yang dikenakannya OK juga. “Merk Sketchers, Don! Loe cari aja di Jakarta… Nggak yakin gw kalau ada di sini (Jogja)…” ucapnya. (Foto di bawah adalah sepasang kaki dan sepatu Momon. Kuambil secara candid di hari itu saat Momon sedang duduk di dinding batu candi …)

Tapi aku nggak perlu pergi ke Jakarta untuk mendapatkannya. Waktu jalan-jalan ke Centro, Ambarrukmo Plaza, aku melihatnya dipajang di etalase dan bergegas mencoba lalu membelinya. Harga persisnya aku lupa tapi ada di kisaran satu juta. Sebuah harga yang cukup mahal untuk sepasang sepatu kala itu. Centro akhirnya tutup Maret 2021 silam.

Yang kusuka dari Sketchers-ku, meskipun bentuknya sneakers tapi bahan bakunya didominasi kulit. Nyamannya dapat, trendinya pun ok lah. Belum lagi kekusaman kulit yang didapat karena sering kupakai membuat karakternya muncul begitu kuat.

Hingga beberapa tahun setelah berdomisili di Sydney, sepatu ini masih cukup sering kupakai meski koleksi sepatu baruku bertambah. 

Sayangnya karet sol sepatu kian menipis tanpa kenal kompromi. Hal ini membuatku semakin jarang mengenakannya. Sepatu ini lebih sering mangkrak di rak meski masih terlalu pagi untuk berpikir membuangnya. Aku berencana mengganti solnya dengan sepasang yang baru meski untuk itu barangkali harganya akan lebih mahal daripada harga asli sepatunya dulu.

Ah, nggak papa! 

Uang bisa dicari sementara kenangan kalau tak ada lagi yang merepresentasi seperti sepatu ini, ia harus dicari di ceruk ingatan yang sayangnya juga semakin banyak menghablur diterjang lupa.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.