Selamat ulang tahun keempat, Elodia

12 Des 2016 | Cetusan

Hari ini empat tahun lalu, 12 Desember 2012, anak keduaku, Elodia Maree Taufan-Verdian lahir di Royal North Shore Hospital melalui operasi caesar yang tak berlangsung lama.

Yang kuingat betul hari itu, setelah kurilis kabar bahagia tentang kelahirannya, beberapa orang nyinyir menyindir menganggap aku mengatur hari lahir Elodia supaya jatuhnya pas di hari 12-12-12 itu. Awalnya hendak menuliskan di blog ini alasannya, tapi apa daya, sebuah media online besar Tanah Air mewakiliku untuk menuliskannya. Serius? Yup! Liputan6 punya ini. Check aja!

Kini, empat tahun kemudian Elodia telah tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik, cerdas, lincah, sehat dan terkadang badung.

Mainannya segudang. Barbie, Frozen, Disney, semua… semua yang dulu tak pernah dikenal Papanya waktu kecil yang lebih akrab dengan Gundala Putera Petir, Flash Gordon… atau Brahma Kumbara yang saudaranya Manthili dan berasal dari Madangkara itu.

Dua hari seminggu pergi ke sekolah. Seminggu sekali turut kakaknya berenang, sepakbola dan ballet bahkan tahun depan sudah ingin ikut senam ritmik.

Elodia sudah tidak mudah lagi untuk dipeluk. Ia lincah menghindar kalau memang tak sedang ingin dipeluk.

Dicium? Apalagi! Tak bisa sembarangan kecuali ia akan cemberut dan berkomentar, “You’re so yuckie Papa!” Ia emang tak suka dicium karena dicium menurutnya identik dengan basah ludah yang menempel di pipinya, bibirnya, jidatnya yang bertubi-tubi kujatuhi ciuman gemas, ciuman sayang.

Ia juga sudah tahu merajuk dan caranya membujuk apalagi kalau terkait dengan mainan dan pakaian. Diajak ke mall, melewati penjual mainan, pahaku dipeluk erat dan dengan manja bilang, “Toys, Papa! I want toys…

Kalau tak dituruti, ia tak punya kosa kata lain selain mengulang yang di atas tapi dengan nada yang semuanya serba diperpanjang. “Iiiiii… waaaannnttttt toyysssss, Papaaaaaaaa…” tak berhenti sampai kuturuti sementara Mamanya senyum-senyum kecil mempersilakanku untuk mengambil keputusan untuk membelikan mainan kepadanya atau…”Mana bisa sih kamu nolak kalau anakmu udah gelendotan gitu?” A-ha! Benar juga!

Elodia

Tapi Elodia amat peduli pada anggota keluarganya.
Kalau aku diam untuk beberapa lama tak seperti biasanya, ia menghampiri dan bilang, “Papa, are you OK?” Demikian juga kalau Mamanya tampak murung, gusar ia bertanya pada Joyce, “Mama.. You’re not marah with me, Mama?” Tapi tak ada yang lebih menyenangkan ketika ia memperhatikan kakaknya, Odilia, sambil berkata, “Kakak.. hugs… i love you Kaka…

Wah, kalau sudah begitu, hatiku lumer tanpa harus menunggu es di kutub selatan lumer duluan!

Ia juga antusias ketika diajak berdoa.
Setiap malam menjelang tidur, ia selalu bilang, “Papa, we need to pray!” Tentu aku mengangguk. Setiap doa Bapa Kami yang aku sudah terbiasa menggunakan Bahasa Inggris, ia beserta Kakaknya bisa mengikuti dengan fasih. Tapi karena aku tak terlalu hafal doa Salam Maria dalam Bahasa Inggris, aku mengajaknya untuk berbahasa Indonesia. Di bagian ini ia selalu minta aku untuk mendoakan pelan-pelan seraya ia menirukan dalam Bahasa Indonesia yang cedal dengan logat yang unik.

Selamat ulang tahun Dede’ Elo! Panjang umur, sehat, bahagia serta ceria. Selalu takut akan Tuhan karena Ia yang akan selalu memandu langkahmu. Turutilah Ia…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.