Hari ini Gereja Katolik memperingati Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yusuf atau yang biasa dikenal sebagai Keluarga Kudus Nazareth. Kita diajak untuk meneladani mereka dalam menjalankan keluarga kita masing-masing.
Tapi sebelum mengamini ajakan itu pernahkah kalian berpikir seperti apa sih pola hidup Maria, Yusuf dan Yesus sehari-harinya dulu?
Sebabnya kudus, adakah mereka hanya berdoa dan berdoa melulu tanpa bekerja tanpa beraktivitas seperti layaknya ?orang biasa??
Yosef dan Maria adalah manusia biasa seperti kita, bahkan Yesus yang Anak Allah pun adalah sama seperti kita kecuali dalam hal dosa jadi kalau kubayangkan keluarga mereka tentu sedikit-banyak sama seperti keluarga-keluarga lainnya.
Maria dan Yosef pasti bekerja keras untuk menjaga dapur tetap ngepul dan mengongkosi hidup Yesus. Perkiraanku gesekan ala suami-istri juga pasti ada. Ada titik-titik dimana ego dan emosi agak sedikit meletup lebih kencang dari biasanya.
Lalu yang membedakan?
Yang membedakan adalah iman. Maria dan Yoseph mengimani apa yang telah digariskan Tuhan sejak awal bahwa mereka akan menjadi orang tua Yesus, Anak Allah yang dikandung Maria dari Roh Kudus.
Iman itu dilaksanakan meski tak mulus dan penuh sandungan. Tapi setidaknya iman tidak dijadikan teori ataupun arsip yang disimpan bersama foto-foto pernikahan serta akte nikah ke dalam gudang.
Bukti imannya yang kuat dan kekudusan keluarga Nazareth tampak dalam diri Yesus. Seperti ditulis Lukas hari ini, Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Lukas 2:40)
Siapa yang membesarkan? Siapa yang mengajarinya hikmat? Tentu Allah tapi melalui perantaraan Yosef dan Maria, orang tuaNya.
Meneladani keluarga kudus Nazareth dalam keluarga kita pada awalnya adalah meneladani iman. Seperti halnya dalam keluarga mereka, Yesus pun hadir dalam keluarga kita. Perkawinan diresmikan sebagai sakramen dalam GerejaNya bahkan bukankah kita sering mendengar keluarga adalah gereja kecil?
Meneladani keluarga kudus Nazareth dalam keluarga kita selanjutnya adalah menjalani iman itu dalam praktek hidup keseharian hingga maut memisahkan.
Sulitkah? Jelas! Tapi kalau kita percaya bahwa pernikahan itu ada dalam rencana Allah, apakah mungkin Allah membiarkan kesulitan itu membelenggu dan membunuh kita?
Tulisan yang kalian baca Ini adalah renungan Kabar Baik di hari terakhir tahun 2017 ini. Memasuki tahun yang baru, mari kita semakin menjadikan Keluarga Kudus Nazareth sebagai teladan kita.
Hidup ke depan semakin menantang, dunia semakin pandai menawari kita dengan berbagai macam hal yang tak semuanya benar dan baik. Hal ini kadang membingungkan tapi percayalah tak ada yang baru dan tak ada yang tak bisa kita hadapi dan lewati selama kita menyerahkan diri kepadaNya dan memohon doa kepada Bunda Maria.
Mari juga berdoa untuk setiap keluarga termasuk keluarga yang tercerai-berai? Biarlah Tuhan yang menguatkan dan mengumpulkan mereka kembali karena bukankah Ia juga yang telah menyatukan?
Sydney, 31 Desember 2017
0 Komentar