Mengamati di lini masa social media kemarin, ternyata perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-69 ramai juga ya padahal kupikir semula hanya Lebaran dan Natal saja yang bisa ramai?
Di sini juga ada beberapa rangkaian acara menyambut ?hari merdeka? baik itu yang diadakan kelompok-kelompok kecil ataupun dalam ukuran besar sebesar yang diadakan di Melbourne lengkap dengan pengibaran bendera dan pagelaran Tari Saman dengan jumlah penari yang 69 banyaknya! Masif, kan? (Klik tulisan tentang acara ini di sini)
See! Bikin merinding kan?!
Gue bilang juga apa?. Negara dan bangsa kita itu memang sesuatu yang harusnya selalu kita bangga?in kok! Nggak setiap yang berkaitan dengan ?Indonesia? itu selalu minor dan miring.
Nah, biar nambah-nambahin hal-hal positif tentang Indonesia, baru-baru ini aku mewawancarai Epy Djulianti, seorang Indonesia yang tinggal di sini. Aku mengenalnya sejak acara #AUS4JKW, waktu itu aku dan Mbak Epy adalah salah dua dari sekian relawan yang mengorganisir acara itu yang akhirnya berhasil mengumpulkan 300 anak bangsa di depan Sydney Opera House. (simak tulisannya di sini).
Tapi tentu aku tak mendiskusikan tentang Jokowi dengan orang yang biasa kupanggil Mbak Epy itu. Ada hal yang lebih menarik daripada tentang Jokowi, yaitu tentang ke-indonesia-an yang ditanam di Australia sini.
Ia, Mbak Epy, adalah seorang principal (semacam kepala sekolah) dari Sekolah Pelangi, sebuah sekolah Bahasa Indonesia yang letaknya di Leumah, sebuah kota di negara bagian NSW berjarak sekitar 56km dari Sydney.
Nah, kalian, orang-orang Indonesia, coba bayangkan!
Ketika sekitar 46% dari kalian pada 9 Juli silam memilih mencari sosok presiden yang pintar berbahasa Inggris, ketika kalian sekarang lebih banyak berlagak bicara dalam Bahasa Inggris saat bergaul di kafe-kafe atau lebih mengajarkan Bahasa Inggris/Mandarin dan Arab daripada Bahasa Indonesia ke anak-anak kalian, di Australia sini, orang-orang seperti Mbak Epy sibuk mengenalkan Bahasa Indonesia sebagai warisan pusaka bangsa yang indah nan memancarkan pesona!
Wow, kan?
Penasaran? Simak wawancara lengkapnya di sini!
Salam Merdeka!
DV: Mbak, Sekolah Pelangi ini berdiri sejak kapan?
Epy: Sekolah Pelangi berdiri sejak angkatan pertama dimulai, 1 Februari 2012 yang lalu.
Ide awalnya bagaimana sih kok bisa berdiri?
Ide awalnya bergulir sejak 2006, datang dari Pak Jon (Jon Soemarjono – mantan dosen studi Indonesia di beberapa universitas di Sydney, sekarang board of member Ethnic Communities? Council of NSW -red) dan Amrizal Zein.
Kepedulian mereka saat itu adalah untuk menyediakan fasilitas bagi anak-anak keturunan Indonesia yang lahir di Australia terutama untuk mempelajari Bahasa dan Budaya Indonesia.
Baru tahun 2012, terwujudlah ide itu. Selain Pak Jon dan Pak Amrizal, juga ada Ibu Gustiana Dauener, Pak Ruslan Pandapotan dan saya sendiri sebagai pendirinya waktu itu.
Lalu kenapa namanya Pelangi?
Nama itu berasal dari Pak Konjen, Gary Yusuf (Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney waktu itu, sekarang Duta Besar Indonesia untuk Fiji -red) karena waktu itu pihak konjen punya program namanya Program Pelangi jadi ya sudah disamakan saja namanya.
Pembiayaan ketika Sekolah Pelangi didirikan bagaimana?
Biaya awalnya hasil swadaya dari para pendiri. Kemudian baru setelah grant disetujui oleh DEC (Departemen of Education and Communities -red), Pemerintah Australia yang membiayai hingga sekarang.
Tak hanya itu, Pemerintah Australia melalui DEC juga mempersilakan kami untuk memakai gedung AB Central Airds pada tiga bulan pertama kemudian pindah ke Leumeah High School sampai sekarang.
Oleh DEC, Sekolah Pelangi dimasukkan dalam kategori apa?
Kategori Community Language School. Jadi kita memakai kurikulum yang telah ditetapkan yaitu NSW Indonesian Language Curriculum.
Jumlah gurunya hingga sekarang ada berapa, Mbak?
Ada enam tapi yang aktif per minggu tiga orang. Semuanya diatur dalam jadwal.
Kalau jumlah murid dan rentang usia mereka?
Sampai sekarang kita menerima pendaftaran sebanyak 80 murid tapi yang aktif berkisar antara 30 – 35. Rentang usia mereka mulai dari pre-school sampai kelas 12.
Ide awal pendirian Sekolah Pelangi kan untuk anak keturunan Indonesia yang tinggal di Australia. Apakah pada prakteknya semua muridnya adalah keturunan Indonesia semua?
Tidak. Ada juga yang berasal dari Afrika Selatan, Vietnam dan Pakistan.
Lalu apa sebenarnya motivasi para murid ketika masuk ke Sekolah Pelangi?
Bagi yang keturunan Indonesia, kebanyakan dari mereka karena ingin melestarikan bahasa Ibu dan berharap mereka bisa berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan keluarga di Indonesia.
Sedangkan untuk yang berasal dari bangsa lain, mereka ingin mempelajari bahasa asing untuk mendukung prestasi di sekolah dan karir masa depan mereka saja.
Mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Pelangi apa saja?
Yang paling terutama adalah Bahasa Indonesia lalu disisipkan pengetahuan budaya, musik tradisional angklung, tarian tradisional Indonesia, dan? Pramuka!
Dalam bayangan para murid, Indonesia itu seperti apa, Mbak?
Bagi yang lahir atau pernah ke Indonesia, mereka punya pandangan yang kurang lebih dengan kita yang lama tinggal di Indonesia, Mas.
Tapi bagi bangsa lain, Indonesia itu ya Bali.
Mengajar dan mengurus Sekolah Pelangi tentu banyak suka-dukanya. Dukanya dulu, Mbak, tolong ceritakan.
Dukanya, masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia di daerah sekitar Sekolah Pelangi (Leumah – Campbeltown) untuk memanfaatkan fasilitas sekolah komunitas yang sangat murah sekali ($5 per family untuk satu session) dan didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia.?Sementara ada keluarga yang mengirim anak-anaknya meski mereka tinggal agak jauh seperti dari Blacktown, bankstown, Campsie, dan Hurstville.
Kalau sukanya?
Sukanya adalah, anak-anak sudah bisa mengucapkan kata-kata dalam ejaan Bahasa Indonesia dan sudah mengerti susunan kalimat.
Tapi yang paling mengesankan sebenarnya, kami bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk masyarakat anak-keturunan Indonesia maupun bangsa lainnya terutama generasi muda untuk belajar dan melestarikan bahasa Indonesia di luar negeri.

Mbak Epy dan piagam yang didapatnya kemarin. Selamat, Mbak!
(Dalam upacara peringatan kemerdekaan yang diadakan di kantor Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney kemarin, Mbak Epy bersama para pendiri, seluruh staf dan murid mendapatkan piagam penghargaan resmi atas nama Pemerintah Republik Indonesia terkait dengan dukungan dalam pengajaran dan pembelajaran Bahasa Indonesia di Australia.
Oh ya, kamu tertarik untuk tahu lebih jauh tentang Sekolah Pelangi? Kunjungi halaman facebook mereka ?atau jika ingin bertanya atau bahkan ingin memberikan sumbangan tenaga dan pemikiran, silakan kirim email ke alamat ini:iafa.nsw@gmail.com.)
Update:
Beberapa hari silam aku menemukan link ke video menarik tentang Sekolah Pelangi dari laman milik Mas Yahya Zakaria, salah satu staf pengajar di Sekolah Pelangi. Simak videonya di sini:
Cuma Lebaran & Natal yang ramai? Sampeyan terlalu lama di luar negri kang hahahahaha~
Wah interview yang menarik, memang kita harus selalu memperluas penggunaan bahasa Inndonesia dalam kegiatan sehari-hari termasuk ketika menggunakan media sosial. Lagi belajar memperbaiki hal ini hihihi~
Wakakakka.. iya aku kelamaan di luar negeri ini kayaknya… kurang piknik!
Aku ikut bangga sewaktu membaca tulisan ini. Bahasa Indonesia diperkenalkan ke orang asing juga? Bagiku itu mengharukan. Banget! Mungkin nggak ya suatu saat nanti aku bisa memperkenalkan budaya atau bahasa Indonesia ke orang asing?
Tengoklah orang-orang sekitarmu yang mulai tak bangga pada INdonesia dan kadang lebih bangga pada agamanya? Kenalkan budaya Indonesia dan terutama bahasa pada mereka :)
Kalo lihat yg begini barulah bangkit rasa cinta Indonesiaku
Miris ya? :) Kalo liat jalan di Kalimantan, Bro?
Yups, semoga makin baik dengan 69 Tahun RI ini, dan aku terbebas dari ancaman TBC
Thank you so much mas Donny untuk write review tentang sekolah kami