Seharusnya Kita Mencontoh

19 Jul 2012 | Cetusan

Oleh Zia Ulhaq*

Saya adalah salah satu orang yang beberapa kali kerja di Perusahaan berlabel Australi. Ya, perusahaan Australia yang eksis di belahan Nusantara, Indonesia. Baik di bidang konstruksi bangunan maupun proyek tambang beserta support?operasionalnya.

Tidak hanya perusahaannya yang banyak menguasai bidang tersebut di atas, tapi juga orang-orangnya. Berapa kali saya pindah lokasi tambang /lokasi kerja, selalu mayoritas orang Australi untuk expatnya.

Rata rata jabatan mereka adalah jabatan enak. Minimal sebagai advisor. Hebatnya, mereka mampu membentuk/membangun sistem standar kerja yang mengikuti Australian Standard. Bahkan di perusahaan Indonesia yang mereka pimpin.?Karena penerapan standar sistem kerja yang mereka punya sudah menjadi persyaratan kepentingan bisnis.

Dampaknya apa? Untuk pengadaan kebutuhan operasional, alat, produk tertentu, seringkali harus mengorder produk Australi. Jadi, mereka kesini tidak sebatas mencari pekerjaan dan uang, juga tetep berusaha memajukan negaranya?dengan membeli produk produk sana (produk negaranya). Hebat bukan?

Memang sih, mereka suka bawa temen atau keluarganya untuk kerja di perusahaan yang sama dengan jaminan posisi dan fasilitas yang enak. Tapi mereka menyeimbangkan dengan komitmen dan disiplin yang sangat tinggi.

Melihat sisi positif yang seharusnya bisa kita contoh, kenapa mereka dengan mudahnya mencapai jabatan tertentu? Bagaimana bentuk komitmen mereka tentang diri, perusahaan, dan negaranya?

Saya rasa hal-hal di atas bukanlah bentuk dari penjajahan. Justru itu adalah motivasi buat kita yang punya negeri sendiri. Kita punya SNI untuk standard. Kita punya SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) untuk sistem?standar keselamatan yang bisa digunakan dan lain sebagainya. Kita punya banyak produk lokal. Tinggal bagaimana kita meningkatkan kulitasnya aja. Tentu tidak cukup oleh segelintir orang saja. Hingga pada akhirnya apa yang kita punya?bisa diakui skala internasional. Dan sistem dan standar kerja lokal bisa dijadikan persyaratan kepentingan bisnis global.

Sayangnya, kebanyakan dari kita sebagai pemilik negara, justru takut sama mereka. Ketika ada perdebatan, gak bisa fight. Ngomel-ngomel di belakang. Padahal mereka cukup bisa menerima pendapat selama pendapat itu punya dasar yang?kuat. Yang lebih disayangkan lagi, kita lebih banyak membicarakan kekurangan sendiri dengan mengeluh, mencerca, daripada bertindak untuk maju (termasuk saya yang ngomong sih).

Pertanyaan yang paling ringan buat kita semua, apakah terpikirkan untuk kita bersumbangsih pada negara ini dengan cara cara seperti yang mereka warga asing lakukan? Kalo iya, seberapa kuat kita mau memperjuangkannya?

Well. Itu sebatas sudut pandang dari pengalaman saya sendiri. Bahwa banyak hal positif yang bisa kita jadikan motivasi membangun.

At least, langkah pertama yang bisa diambil adalah berhenti mengeluh tentang kekurangan negara sendiri.

Zia Ulhaq (@zulhaq_),?pecinta classic rock dan seorang karyawan swasta.

Anda ingin menjadi penulis tamu di situs ini seperti Zia? Silakan baca informasi di sini

Sebarluaskan!

8 Komentar

  1. gw pun bekerja dengan org asing skrg walau home based office dankerasa bedanya bekerja dgn org asing dan enggak, yg plg penting adalah motivasi dan disiplinnya :D

    Balas
  2. kalau saya sih lain melihatnya…. setuju dengan commitmentnya.. padahal bisanya yang dikirim ke sini adalah yang abal abal…. di indonesia boleh jabatannya tinggi tapi belum tentu kalau dia disana… hehehe biasanya cuma supervisor mas….

    ini cuma opini saja…. hehehehe :)

    Balas
  3. sebenarnya saya tidak terlalu tahu tentang cara kerjanya orang luar negeri. Tapi mungkin kalo di Indonesia itu adanya Koneksi mas, contoh ada beberapa perusahaan yang pegawainya orang jawa semua karena bosnya orang jawa. Gitu….. hehehehehhe

    Balas
  4. Agak menyesal sih ternyata Zulhaq menulis ttg hal beginian, padahal aku udah ngarepin dia nulis hal yg agak nakal seperti yang biasa dia tweetkan.

    Yak, berhenti mengeluh, dan lakukan hal kecil yang bisa berdampak besar :D

    Balas
  5. huwaaa… aku pengen juga tuh bekerja di perusahaan luar negeri… >.<

    Balas
  6. Keren mas Zia, gak nyangka kalau nulis serius gini, keren.

    Balas
  7. Tentang orang asing (WNA) khususnya bule, jujur saja dulu saya sering langsung minder begitu melihat bule. Di pikiran saya sepertinya sudah terdoktrin bahwa bule itu selalu lebih hebat dari kita. Pengalaman beberapa tahun terakhir ternyata menunjukkan itu tidak benar. Tidak semua bule itu hebat, mereka juga sama seperti kita dan punya peluang yang sama.

    Balas
  8. Jika mas Zulhaq untuk australia. saya untuk Jepang. perbedannya, orang lokal (Indonesia) masih di beri jabatan yang bisa di sejajarkan oleh orang Jepang itu sendiri. mungkin itu bedanya.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.