Pada sebatang pohon di tepi jalan yang kulewati setiap pagi dari rumah ke stasiun, aku menemukan tulisan di selembar karton seperti tertera pada foto di bawah ini.
Butuh tiga hari untuk menyadari bahwa tulisan sederhana itu ‘diadakan’ salah satunya untuk kutangkap sebagai ide tulisan di blog ini.
Pada pagi yang pertama, sekitar seminggu lalu, aku sempat berpikir, “Ah, menarik juga!” tapi karena tergesa-gesa, aku melewatkannya begitu saja.
Pagi kedua. Ketika sampai di tikungan terakhir sebelum sampai di pohon itu, aku sempat berpikir, “OK, akan aku foto sekarang!” Aku hendak menepi, tapi rupanya kawanan orang yang berada di belakangku jumlahnya terlalu banyak, memenuhi areal trotoar dan tak memungkinkanku untuk minggir dan berhenti memotret sekalipun. Sementara untuk memutar balik adalah hal yang tak mungkin karena sekali lagi: tergesa-gesa. Ah ya sudah besok saja! Kalau jodoh pasti besok masih ada! gumamku.
Akhirnya pagi ketiga adalah jawabnya. Sejak dari rumah aku telah menyiapkan handphone di tangan dengan ‘camera mode’ is on. Siap-siap siapa tahu kalau trotoar penuh lagi aku akan mengcapture sambil berlalu; sesuatu yang sudah cukup sering kulakukan di sini. Dan rupanya trotoar kosong. Aku berhenti, kubungkukkan badan sedikit lalu “Cekrek!” Viola! Gambar kudapat.
Di dalam kereta, foto itu kuamat-amati. Kureka-reka bagaimana lembar karton beserta tulisan itu bisa ada di sana.
…Tuhan itu tak pernah tidur. Tapi katakanlah Ia mengantuk, malaikat-malaikatNya masih terjaga untuk membuat kita takjub melalui hal-hal sesederhana itu.
Seorang pejalan kaki, sepertinya pelajar, pada suatu waktu melewati tempat itu dan barangkali tak sadar jaket warna maroonnya terjatuh (mungkin diselipkan di tas). Lalu beberapa waktu kemudian, Margaret menemukannya, lalu memungut dan menyimpannya. Ia lantas mengambil selembar kertas karton dan menuliskan pesan singkat itu di atasnya.
Berbekal selotip dan tentu saja gunting ataupun cutter, ia lantas kembali ke pohon tempat jaket itu ditemukan, membungkukkan badannya ataupun jongkok dan mungkin pula duduk, lalu memasang karton itu.
Ia memberi peluang bagi sang pemilik atau siapapun yang mengaku pemilik jaket untuk menghubunginya dan mendapatkan jaketnya kembali.
Di tengah jaman yang kata sebagian besar orang semakin memburuk tata nilainya ini, apa yang dilakukan Margaret melalui tulisan kecil di atas kertas kartonnya adalah tanda bahwa Tuhan itu tak pernah tidur. Tapi katakanlah Ia mengantuk, malaikat-malaikatNya masih terjaga untuk membuat kita takjub melalui hal-hal sesederhana itu.
Selamat pagi!
p.s hingga pagi ini, sekitar seminggu setengah setelah karton itu kufoto, ia masih bertengger di sana. Semoga pemilik jaket segera menghubungi Margaret atau kalau setidaknya ia ingin memberikan jaket itu pada Margaret, semoga hembusan angin menyampaikannya…
pagi juga om, Margaret baik ya :)
Woo..semoga pemilik jacket segera baca tulisan itu ya….
Atau jacketnya sengaja dibuang?
Sebuah tindakan nyata yang patut ditiru.. :)
Semoga tulisan ini berhembus kencang dan sampai ke monitor si pemilik jaket..
wah jebul ora milik barange liyan tujuane becik si margaret kie mau ngopekne ……pancen gusti ora sare sak wenehe manungso isih keno kanggo tulodo
Wah, pesan sederhana yang cukup baik. mudah2an no telpnya nggak dibanjiri pesan spam hehehehehe
Baru kepikiran, begitu ternyata cara yang baik mengembalikan barang berharga yang ditemukan dijalan ya. Thanks…
Akan semakin menakjubkan setelah Margaret berhasil mengembalikan jaket tersebut lalu ia kembali pohon itu lalu mencabut tulisan itu sebagai tanda bahwa sang pemilik jaket telah menemukan jaketnya. Dunia ini memang hebat.
yang menakjubkan Margaret masih mau menuliskan no HP nya.
Kalau di sini tidak, mereka akan mengambil dan memberikannya ke polisi.
Tidak akan menempelkan karton spt itu dengan menulis : “Telah ditemukan jaket, harap hubungi pos polisi terdekat”.