Sebagai warga ?kampung kristiani?, pernahkah kita juga menolakNya?

2 Agu 2019 | Kabar Baik

Peristiwa bagaimana Yesus ditolak saat hendak mengajar di kampungNya sendiri membuatku berkaca, adakah kita juga pernah menolakNya??

Kampung kristiani yang menolakNya

Kita yang mengaku sebagai orang  kampung kristiani, mengenal sosokNya dalam tarikan doa dan kata, dalam senandung lagu dan untaian Kabar BaikNya, tapi sekali lagi, pernahkah kita menolakNya?

Dalam konteks hidup ?seperti biasa? sehari-hari, kita barangkali tidak menolakNya. Berdoa, beribadah, bahkan untuk orang sepertiku mau menulis renungan Kabar Baik setiap hari itu tentang siapa lagi kalau bukan tentang Dia?

Tapi bagaimana ketika hidup menawarkan ?menu? yang tidak biasa? Adakah kita tetap mengandalkanNya?

TIdak menolak dan mengandalkanNya adalah percaya pada cara-cara yang Ia ajarkan kepada kita. Tidak menolak dan mengandalkanNya adalah dengan tidak lebih memilih cara-cara lain yang ditawarkan dunia kepada kita!

Aku adalah orang berwatak pendendam. Meski sudah cukup bisa meredam tabiat buruk itu tapi ketika sekalinya muncul, aku merasa seperti orang kampungNya yang menolak Yesus dalam hidup.

Suatu waktu aku disakiti dan meski sudah bisa bangkit dari rasa sakit, aku merasa harus memberi ?pelajaran? kepada yang menyakiti.

Seorang kawanku yang baik hatinya bilang, ?Udahlah biarin aja! Nanti juga Tuhan yang kasih tahu ke dia bahwa yang dia lakukan ke kamu itu? jahat!?

Tapi aku tak puas.

Menurutku ?menunggu Tuhan yang kasih tahu? adalah sesuatu yang lambat kedengarannya. ?Lagipula ya kalau dia tahu setelah dikasih tahu! Bagaimana kalau tidak? Pokoknya dia harus diberi pelajaran!?

Pada akhirnya akupun ?memberi pelajaran? kepadanya.

Mengabaikan kasih

Bagiku, tindakan yang kulakukan adalah wujud betapa tak pedulinya aku kepada Tuhan. Aku yang mengaku sebagai orang dari kampungNya tapi aku sendiri pula yang menolak dan tak percaya kepadaNya dan cara-cara yang Ia katakan kepadaku melalui firman-firmanNya.

Aku tak peduli lagi pada semangat kasih yang ditularkanNya, pokoknya balas dendam!

Kenapa aku menolakNya meski dalam keadaan ?biasa? aku tampak begitu taat kepadaNya melalui ibadah dan tulisan-tulisanku?

Hal itu terjadi karena aku merasa terlalu mengerti dan paham terhadap pribadiNya!

Sama persis dengan yang dilakukan tetangga-tetangga Yesus yang menolakNya hari ini, mereka merasa sudah cukup tahu Yesus!

Perhatikan bagaimana mereka berpendapat,

?Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?? (lih. Mat 13:55-56)

Mereka sudah memiliki persepsi sendiri tentang Yesus sehingga ketika Ia menunjukkan sesuatu yang lebih, mereka tak percaya. Bukan karena kemampuanNya tapi karena pemikiran mereka sendiri yang terbatasi! ?Ah, Tuhan pasti begini! Tuhan pasti begitu!?

Merasa sudah tahu dan sok tahu

Oleh karena itu mari kita tidak merasa sudah tahu semuanya tentang Tuhan! Kita ini debu di mataNya. Kuasa dan pribadiNya tak terselami! Berhentilah untuk mengukurNya sesuai takaran-takaran kita.

Tapi kalau begitu apa berarti kita tak perlu rajin-rajin ke Gereja dan tak perlu sering-sering baca Kabar Baik? 

Ya nggak gitu juga kaleee!
Beribadah itu tetap yang utama tapi bukan dalam semangat semata-mata hanya untuk lebih memahamiNya saja. Ada yang lebih penting yaitu justru untuk semakin menyadari betapa kecil dan kerdilnya kita meski sedalam apapun ibadah kita kepadaNya.

Sydney, 2 Agustus 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.