Kalau kata temanku yang seorang ‘intel’ sih, soal penggunaan singkatan untuk nama maupun hampir apapun yang bisa disingkat itu berawal dari dunianya, dunia intel.?Mereka kerap menyingkat nama orang yang dikejar dengan alasan, “Untuk mengaburkan info supaya tak kecium khalayak lebih dulu, Don!” demikian katanya.
Lalu dunia media massa juga menggunakan hal yang sama terutama untuk komunikasi ‘bawah tangan’ yang tujuannya juga kurang lebih sama dengan dunia ‘intel tadi, ‘mengaburkan!’?Tapi itu dulu!?Sekarang, penggunaan singkatan nama sangatlah awam digunakan.
Yang Mulia pak presiden pun kerap disingkat namanya menjadi, SBY ketimbang Susilo Bambang Yudhoyono. Padahal sebelum beliau jadi presiden, setahuku SBY lebih lekat ke singkatan untuk kota Surabaya.
Pak Jusuf Kalla yang mantan wakilnya Pak SBY pun juga dulu sering disingkat jadi JK! Entah karena pasangannya terlanjur menggunakan singkatan pula atau karena pertimbangan lain. Tapi yang pasti, di kalangan chatter (ouchh.. sounds old!) jk kerap diistilahkan untuk joke atau joking yang berarti becanda.
Lalu yang unik, beberapa waktu lalu melalui stasiun televisi miliknya, Pak Harry Tanoe tak lupa membubuhkan singkatan ‘HT’ di belakang namanya ketika ia bicara soal pilihannya untuk terjun ke dunia politik melalui partainya, Nasdem. Padahal nih, HT setahuku untuk sekian waktu kuasosiasikan dengan radio komunikasi, handy talkie.
Wah tapi jangan mengacu ke para politikus saja, kesannya nanti aku terlalu over-exposed ke mereka. Berpikir ke diriku sendiri pun, astaga… ternyata aku pun mulai nyaman dengan singkatan ‘DV’ ketimbang menyebut nama lengkap ‘Donny Verdian’ ataupun nama panggilan, ‘Donny’.
Awal mula singkatan ‘DV’ itu sebenarnya dari kebiasaan meeting kantor lamaku dulu di Sydney.?Dalam setiap meeting, entah mungkin style mereka atau bukan aku tak tahu, tiba-tiba dalam laporan rapat dituliskan namaku sebagai ‘DV’.
Lalu orang-orang, kolegaku, pun mulai terbiasa menanggil, “Hi, D (diucapkan sebagai Dii –red)!”
Atau dalam sebuah kesimpulan pembicaraan misalnya, “All good, DV (divi –red)! Talk to you later!”
Dan… ah, enak juga dipanggil DV!
Karena sudah di-recognized sebagai ‘DV’, dalam email-email internal aku lantas lebih sering menggunakan singkatan namaku pada akhir email ketimbang nama asli; tentu selain untuk email-email penting ke eksternal yang sudah barang tentu mengharuskanku menunjukkan identitas asliku tanpa singkatan.
Lalu ketika mulai aktif di Twitter, aku membuat akun, @dv77.
Artinya? Donny Verdian dan 77 adalah kependekan dari 1977, angka tahun lahirku. Karena kupikir Twitter adalah media yang sangat pendek dengan jumlah karakter maksimum hanya 140 sekali tweet, maka kuanggap penting untuk membuat akun yang minimalis saja jumlah karakternya.
Lalu gara-gara Twitter, kawan-kawan di Indonesia mulai kerap menyapaku dengan ‘DV’ meski beda bukan divi tapi ‘defe‘, atau kalau sesama orang jawa ya menyebutnya sebagai dhe-fhe komplit dengan aksen jawa yang kental nan menggemaskan itu!
Sampai kapan tren menggunakan singkatan nama itu, entahlah…?Tapi kupikir memang tak ada salahnya kecuali untuk hal-hal yang sifatnya formal.
Oh ya, selain mendapat info dari teman yang intel dan wartawan, aku juga jadi ingat, pihak media massa kalau tak salah juga kerap menggunakan singkatan untuk menyubut nama seorang tersangka kasus hukum yang belum diputus benar-salahnya.
Ih amit-amit sih jangan sampai aku tersandung, tapi aku malah berpikir kalau-kalau yang kena kasus hukum adalah para pejabat dan politikus, lalu apa nggak pusing pihak media untuk menyingkat namanya karena kan mereka sudah terkenal dari singkatannya sebagai panggilannya?
Tapi seharusnya sih mereka, para politisi atau pejabat itu sudah berpikir bahwa sebelum menggunakan singkatan untuk penyebutan namanya, mereka telah yakin bahwa mereka bermental baja dalam setiap godaan yang memungkinkan adanya pelanggaran hukum! Atau… barangkali mereka yakin juga bahwa mereka tak kan terseret hukum mungkin karena kekebalan mereka terhadap hukum itu sendiri.
Ah, yang terakhir ngacau sih, mana ada yang kebal hukum, di hadapan hukum kan setiap warga negara punya kedudukan yang setara! Ya nggak?
Kalo manggil Dave boleh ngga ?
Ngak…ngak…ngak :))
hmmm… saya enaknya buatnya singkatan apa ya?
aku belum menemukan singkatan namanya sih… bingung mau disingkat apa… :) De fe
Kalau asal mula dipanggil Dave itu kenapa Mas? *dikeplak*
Asyik juga kok menggunakan inisial sebagai nama panggilan. Lebih praktis. Seperti Mas DV, hampir semua teman blogger memanggil saya WKF. ;)
Salam persahablogan,
@wkf2010
memang suka suka orangnya ya memangilnya dengan julukan, awalnya memang gak sengaja tapi karena kebiasaan jadinya bisa begitu.
Kalau aku gak mau ah pake singkatan.. ii gak enak ditulia dan diucap rasanya.. hihihi
Kalau aku menyingkat nama, masak jadi PN? Hihi, wagu ah :D
Lha aku nganggo singkatan opo yo?
GWK wae yo, Gie Wahyudi Klaten.
teorinya memang tidak ada orang yang kebal hukum. tapi barangkali ada vaksin yang membuat orang-orang tertentu kebal hukum. mungkin lo. coba nanti tanyakan temanmu yang “intel” itu. hehehe. intel ki dudu indomi telor to mangsute?
Menggunakan singkatan memang lebih enak dan keren, Don! Aku mulai kenal singkatan saat mulai bekerja, saat itu kacabku yang duluan pakai singkatan, APL. Enak diucapkan, sama halnya dgn beberapa singkatan nama lainnya. Jadi singkatan itu tak melulu enak sih. Kalau aku, jadi ASD, tapi ucapkannya kan agak “nyangkut” ya hehehe…
di kantorku semua manager jg punya singkatan spt itu… ada jauh sblm aku masuk th 2001…
Ada JG, JD, dan lain-lain termasuk NH hehhehe
salam,
penggunaan inisial atau singkatan nama jamak dilakukan dlm dunia kerja. biar lebih praktis.
sering juga digunakan dalam dunia pers utk orang yg diduga terlibat suatu kasus tertentu tapi belum jelas benar….sehingga orang malah menebak2. :)
haiii…. ada teman (akrab)mu bernama DM, lalu temannya juga bernama EM dan aku tak tahu kamu kenal yg namanya GM ngga?
Atau kamu kenal sama CE juga kan? atau NH? :D
yen jenengku ki singkatan e YC dudu YG
YC kiy brarti Yessi, tapi jarang digunakan sih