Saya dan Buku

6 Mar 2012 | Cetusan

oleh Arya Perdhana*

Pada awalnya adalah rasa malu.
Tahun 2011 lalu, saya mencatat kalau saya cuma membaca 7-8 buku saja. Tentu saja jumlah ini sangat sedikit bila mengingat saya adalah seorang pekerja di bidang media yang seharusnya menjadikan membaca sebagai kegiatan rutinnya setiap hari.

Sebagai penulis, membaca adalah modal berharga untuk menangkap ide, mencari inspirasi, kemudian mengembangkannya dan menuangkannya ke dalam satu tulisan. Lantas, bagaimana bisa saya mencari ide dan terus belajar tentang menyusun kata-kata bila hanya membaca tujuh buku dalam setahun?

Membaca cuma 7-8 buku setahun itu sedikit. Serius. Kalau diukur, saya cuma membaca dua buku dalam tiga bulan. Dua buku dalam 90 hari alias satu buku dalam 45 hari. Saya terhenyak ketika salah seorang teman bilang kalau dia membaca setidaknya 50 buku setahun! Saya terus terang iri melihat kemampuan teman saya untuk melahap sebegitu banyak buku itu.

Memang, sebenarnya saya tidak mengurangi kegiatan membaca. Tetapi yang saya baca sehari-hari adalah berita di media online yang hanya berkisar 6-10 paragraf per artikel. Bila ada artikel yang agak panjang, maka itu adalah artikel-artikel majalah yang terdapat di situsnya. Sisanya, saya lebih banyak menghabiskan waktu buat membaca Twitter di mana setiap kicauan cuma sepanjang 140 karakter.

Menyedihkan? Menurut saya iya. Kebiasaan membaca pendek-pendek membuat stamina saya dalam membaca artikel panjang jadi menyusut. Penurunan stamina ini kian terasa kalau saya membaca buku. Baru membaca selama 15 menit, otak dan mata saya sudah merasa capek dan butuh istirahat. Di masa istirahat itu, saya kembali menengok BlackBerry saya dan membaca Twitter. Tidak jarang, kegiatan itu berlangsung berjam-jam dan buku kembali terlupakan.

Buku akan selamanya punya tempat istimewa di hati dan benak saya. Saya terlahir di era di mana semua bahan bacaan berbentuk cetakan di atas kertas. Membaca buku buat saya tidak akan tergantikan oleh membaca di tablet dan smartphone apapun. Biarpun ada teknologi yang bernama e-ink (seperti yang dipakai oleh Amazon Kindle atau Nook dari Barnes and Noble), itu tidak dapat menggantikan sensasi sebuah buku. Sensasi ketika saya menyentuh tiap lembarnya, sensasi bau kertasnya, sensasi melipat halamannya untuk menandai di mana kita terakhir membaca (note: saya tahu, ada beberapa teman saya yang mengharamkan melipat kertas buku karena dianggap merusak. Tapi buat saya, melipat kertas buku tidaklah terlalu masalah) dan sensasi-sensasi yang bersifat emosional lain.

Karena itulah, kemudian saya memaksa diri saya sendiri untuk membaca lebih banyak buku di tahun 2012. Saya bertekad untuk tidak lagi pelit membelanjakan uang untuk membeli buku dan tidak lagi malas buat meluangkan waktu demi melahap lembar demi lembar buku. Dalam bayangan saya, bisa membaca 15 buku setahun itu sudah perkembangan yang bagus. (Jumlah ini sebenarnya masih terlalu sedikit dan pasti akan ditertawakan oleh kalian yang bisa membaca di atas 20 buku setahun, tapi tak apalah. Setidaknya saya masih mau membaca :p)

Buku pertama yang saya selesaikan di tahun 2012 adalah buku berjudul ?Gadis Jeruk? karangan pengarang Norwegia, Jostein Gaarder. Buku ini berbahasa Indonesia. Saya menyelesaikan buku setebal 242 halaman ini dalam waktu cukup lama (kalau tidak salah, hampir dua pekan).

Kemudian, minat saya bergeser. Di sebuah toko buku, saya secara impulsif membeli dua buku berbahasa Inggris.

Yang pertama adalah ?Little Prince? (berbahasa Inggris, judul asli Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery). Meski saya sudah membaca versi bahasa Indonesianya (sejak berjudul Pangeran Kecil hingga berubah jadi Pangeran Cilik di cetakan terbaru), saya merasa harus membaca ulang dan memiliki judul buku paling favorit sepanjang masa saya ini.

Bersamaan dengan Little Prince, saya juga membeli The Girl with the Dragon Tattoo, novel kriminal karya penulis Swedia, Stieg Larsson. Punya tebal 640-an halaman, buku ini adalah buku pertama dari trilogi Millenium karya Larsson. Setelah Dragon Tattoo, ada buku The Girl Who Played with Fire dan The Girl Who Kicked Hornet?s Nest. Untuk menyelesaikan Dragon Tattoo, saya membaca saat naik angkutan umum, saat sedang jeda di kantor, hingga saat sebelum tidur. Buku ini akhirnya habis dibaca dalam waktu 28 hari.

Di sela-sela membaca Dragon Tattoo, nafsu impulsif kembali menyerang dan saya membeli dua buku lagi, Norwegian Wood-nya Haruki Murakami dan Anna Karenina, novel klasik sastrawan Rusia, Leo Tolstoy (Saya tidak merasa rugi telah membelanjakan uang buat membeli buku. Buat saya, memiliki buku itu membuat hati kita kaya).

Nah, buku apa yang sedang kamu baca saat ini?

Arya Perdhana (@kelakuan), Pekerja media online, bermimpi suatu saat akan menerbitkan (setidaknya) sebuah novel
Anda ingin menjadi penulis tamu di situs ini seperti Arya? Silakan baca informasi di sini

Sebarluaskan!

23 Komentar

  1. saya sudah beberapa bulan ini tidak membaca buku, lebih banyak menulis, udah gitu banyak banget buku di rumah yang belum dibaca. Saya harus membaca lebih banyak nih kayaknya.

    Balas
  2. asik tulisanku udah dimuat :)

    Balas
  3. Fenomena ini gak dialami oleh Pak Arya aja. Seiring perkembangan jaman, mata lebih nyaman untuk membaca paragraf singkat di layar komputer daripada buku dengan ratusan halaman. Tapi aku masih milih baca buku, soalnya gak kuat kalau terus-terusan lihat komputer.

    Balas
  4. Halo.. salam kenal dari saya, Danu Akbar :)

    Balas
  5. lha saya malah tak pernah baca buku sama sekali. setahun, paling satu-dua lembar saja yang terbaca. gimana coba? :)

    maunya nulis, bacanya jarang. jangan-jangan saya kena virusnya pejabat, gak mau mendengar, maunya cuma omong :p

    Balas
    • Podho ki PakDhe karo aku. :lol:

      Balas
  6. kalo bukunya tebel ya sama banyaknya om.

    hihi

    Balas
  7. iya bener juga, harus di hitung juga kira kira sudah baca buku berapa banyak. saat ini main baca aja ga tahu yang sudah selesai berapa? hitung hitung ah…

    Balas
  8. ayo sebarkan semangat buat baca buku. membaca buku, makanan buat jiwa :)

    Balas
  9. aku tau aku tau siapa orang yang baca 50 buku tahun 2011 itu!

    Balas
  10. saya biasanya gak bisa berhenti baca buku (khususnya novel) kalo penasaran sama cerita pada bab selanjutnya… dan hal itu terjadi terus… sampe bab terakhir :)

    Balas
  11. setahun ngga baca buku, yang terakhir beli masih terbungkus rapi dilemari khusus ku *menyedihkan* :(

    Balas
  12. saat ini aku coba ikut tantangan baca buku yang dibuat oleh teman2, yg sedang kuintet tema dengan nama seseorang, targetnya 6 buku setahun
    tapi sayang udah 2 bulan dan belum satu bukupun kubaca, he..he.. musti lebih kerja keras lagi

    Balas
  13. wah sama nih problemnya… tulisan yang memotivasi :)

    Balas
  14. Saya baru saja pekan lalu menyelesaikan “Maryamah Karpov” Tetralogi Laskar Pelangi. Telat banget yah, orang-orang di Tahun 2008 membacanya, saya di 2012 :)

    Balas
  15. Saya juga mengalami hal yang sama. untuk baca 1 buku saja perlu waktu yang cukup lama. padahal saya punya target tahun ini baca 50 buku. btw, sekarang saya sedang baca Anime and the Philosophy.

    Balas
  16. Iya…sama nih
    Tahun 2011 sudah lupa baca apa saja
    Tapi tahun 2012 ini baca biografinya Steve Jobs dalam 4 hari (kalau gak langsung habis bisa jadi 40 hari), terus buku anak-anak Malory Towers, buku yang juga dibaca anakku yang 6 tahun. Ini lagi nyicil 2 buku tapi ya gitu putus nyambung kayak sinyal hehehe

    Balas
  17. aku lagi baca the power of six.. tahun lalu ada deh aku baca belasan buku.. gak hapal juga tapi mulai nata bukunya dirak biar cantik kalau dilihat :D

    btw aku termasuk orang yg gak suka kertasnya dilipat >_<

    Balas
  18. Baca tulisan ini jadi ingat sama janji yang dibikin sendiri kalo tahun ini minimal 3 buku dalam 1 bulan. Sampe bulan ini sudah tercapai sih, meski beberapa yang dibaca adalah novel anak-anak :)

    Betewe saya termasuk yang anti melipat-lipat halaman buku lho hehe

    Balas
  19. Saya gak seberapa rajin baca. Beberapa minggu yang lalu baca novel Lenka tulisan sarekat penulis kuping hitam, setelah itu baca rumah kopi singa tertawa tulisan Yusi avianto Pareanom. Terahir Caping 7 punya pak GM dan itu juga cuma beberapa halaman. Baru mulai udah capek.. saya payah memang. heuheu

    Balas
  20. Bacaannya udah pindah di komputer dan laptop. Juga layar hp yang kecil itu.

    Plus, koran kalau sempat. :D

    Balas
  21. Karena tugasku mengajar, serta membuat berbagai desain pelatihan, memaksa saya harus membaca buku yang terkait dengan bidang workshop atau seminar yang ditawarkan, juga harus membaca jurnal, aturan-aturan yang sering berubah, kalau nggak begitu workshopnya nggak laku.

    Syukurlah keadaan tsb memaksa otakku bekerja keras, dan ternyata sangat mengasyikkan, membaca hal baru, merangkum, membayangkan desain pelatihan……ternyata sangat menarik. Apalagi jika sambutan peserta bagus….

    Balas
  22. hmmm aku tahu aku tak pelit mengeluarkan uang untuk membeli buku. Dalam setahun bisa 100 judul baru kubeli. Tapi sulitnya mengalokasikan waktu yang menghambatku membaca buku. Karena biasanya aku tidak bisa membaca satu buku lebih dari 1 minggu, atau kalau bisa 2 hari! Kalau lebih berarti buku itu sulit atau tidak menarik. Sayangnya pengalaman itu terjadi waktu membaca buku pengarang kesukaanku Remy Sylado. Ca Bau Kan butuh seminggu, tapi Selendang Kirmizi putus di tengah jalan :)

    Buku pun berbeda kwalitasnya. Kalau buku novel saku semacam harlequin bahasa Inggris, satu buku bisa 2 jam tapi apakah itu bisa dianggap membaca buku? Kalau itu bisa dikategorikan membaca buku, maka aku bisa membaca 200 buku setahun! hahaha

    Balas

Trackbacks/Pingbacks

  1. Bacaan 2012 « uncertain territory 2.0 - [...] seorang yang pekerjaannya setiap hari adalah menulis dan menyunting, tentu ini memalukan. Di akhir tulisan itu, saya menargetkan bisa…

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.