Satu Hal yang Tak Pernah Mati

18 Okt 2008 | Aku

Bukannya tidak percaya, tapi aku termasuk orang yang berusaha untuk selalu menolak apapun yang berbau tidak logis. Ada dua alasan kenapa aku berprinsip seperti itu. Ketika hal itu bersifat baik seperti misalnya kelopak mata berdenyut-denyut itu pertanda akan datang rejeki dalam jumlah banyak, barangkali sebanyak denyutannya dikalikan jutaan rupiah, aku tak mau larut dalam pengharapan besar yang belum tentu benar.
Sebaliknya, ketika hal itu bersifat buruk, seperti misalnya mimpi pengantin itu pertanda celaka dan maut, aku juga tak mau menghabiskan hari-hariku dalam ketakutan menantikan sesuatu yang banyak orang bilang paling tidak dinantikan itu.

Akan tetapi ada satu kejadian yang dalam kacamata logika tak terbaca jelas tapi pada akhirnya kupegang teguh sebagai hmmmm… bolehlah dibahasakan sebagai penghilang dahaga ketika kemarau melanda… kemarau dalam menjalani hubungan dengan Joyce, mantan kekasih yang sekarang menjadi istriku.

Tujuh tahun sembilan bulan yang lalu, beberapa bulan setelah memutuskan untuk berpacaran, kami berdua pergi ke Rumah Retret Pertapaan Biara Karmel di Ngadireso, Tumpang, Malang Jawa Timur sana.
Dalam acara keagamaan yang berlangsung selama satu minggu itu, pada malam terakhir acara tepatnya pada 13 Januari 2001, menjelang tengah malam, Joyce mengajakku untuk berdoa rosario bersama di depan patung Bunda Maria di sebuah gua buatan di sana. Waktu itu, pikirku, mumpung ada waktu senggang dan mumpung suasana hati sedang terkondisikan untuk banyak melakukan hal bernuansa spiritual, kenapa tidak ?

Doanya berlangsung secara biasa. Maksudku, ya seperti doa-doa rosario lainnya, kami satu per satu mendaraskan doa hingga usai. Pada setiap sepuluh untai tak lupa kami selipkan beberapa doa permohonan yang intinya adalah mohon penguatan dalam menjalani hubungan pacaran yang pada waktu itu baru seumur jagung lamanya. Tak lupa, sebagai pelengkap kami menyalakan dua batang lilin lalu meletakkannya tepat di depan gua kecil, pada bagian yang tak terlindungi oleh kokohnya gua mengingatnya kecil dan sempitnya gua itu.

Sepanjang doa kami melakukannya dalam keadaan mata tertutup, sementara angin pegunungan yang bertiup lumayan kencang. Maka tentu saja kami tak pernah mengharapkan bahwa kedua lilin yang kami nyalakan tadi bakal tetap menyala hingga usai doa. Akan tetapi, sesuatu yang diluar dugaan terjadi. Kedua lilin itu tetaplah menyala pada saat kami membuka mata.

Hingga titik itu, kami tak terlalu menghiraukannya, anggaplah itu benar-benar murni karena faktor kebetulan saja. Kamipun kembali ke kamar kami masing-masing dan malam itu berlalu seperti malam-malam sebelumnya, disertai deru angin pegunungan yang kian malam kian kencang, lolongan anjing di sana-sini serta bunyi jengkerik dan kawanan sebangsanya yang hidup di sela hutan pinus yang lumayan lebat.

Pagi harinya, kami berdua setelah usai makan pagi iseng pergi ke gua maria tempat semalam kami berdoa untuk sekadar berfoto bersama teman-teman mengingat itu adalah hari terakhir rangkaian pelaksanaan retret. Akan tetapi alangkah terkejutnya kami ketika berada di sana dan mendapati lilin yang kami nyalakan semalam itu telah tandas hingga ke permukaan gua.
Kenyataan itu jelas menurutku berada jauh di luar nalar.
Nyala lilin yang hanya disokong oleh sumbu yang tak terlalu besar diterpa oleh angin pegunungan yang kian malam kian mengganas itu, dan ia masih mampu bertahan hingga lilin sempurna meleleh dan tandas?

Sejak saat itu, secara rohani aku seperti semakin dikuatkan bahwa perjalanan yang sedang kuhadapi bersama Joyce tak akan berlalu begitu saja. Ada semangat yang berkobar yang sepertinya tak kan mudah untuk dipadamkan. Bukan karena kuat dan gagahku saja tapi karena sokongan terhadap sumbu yang mahakecil ini.

Spirit peristiwa itu seiring perjalanan waktu sering kuganakan untuk … ya untuk meneduhkan kerontang ketika kemarau hubungan kami tiba. Bahkan ketika kami sempat tak bersama untuk beberapa bulan yang lalu, ah melalui tulisan ini tampaknya aku harus meminta maaf pada seseorang yang hadir di “masa sela” bahwa pada kenyataannya, aku tak bisa mendustai diriku sendiri bahwa… nyala lilin itu memang betul-betul tak pernah mati.. sekalipun kami sedang tak bersama-sama, semoga hingga aku mati, hingga Joyce mati.

Tulisan ini kuselesaikan tepat sehari setelah aku dan Joyce menghadap altar Tuhan di gereja dan setelah berakhirnya riuh rendahnya pesta …

Sebarluaskan!

25 Komentar

  1. Donny…indah sekali….dan selamat ya, semoga perkawinan kalian langgeng dan berbahagia. Jika ada cobaan, ingatlah selalu lilin yang tak pernah padam sampai sumbunya habis dimakan api.
    Saya juga mempunyai kenangan seperti itu Donny, setelah beberapa kali nggak yakin pada siapa saya harus menetapkan hati ini…dan pada suatu ketika, saya juga ditunjukkan jalan (tak saya ceritakan disini), yang membuatku yakin memilih suamiku sekarang sebagai pendampingku.
    Perjalanan perkawinan tentu tak selalu mulus, sebagaimana jalan aspal di Indonesia yang sering gronjal-gronjal, tapi cobaan demi cobaan semakin meneguhkan perasaan keterikatan di hati kami.
    Saya tak tahu apakah ini cinta, atau apa…yang jelas kami saling membutuhkan

    Balas
  2. Doa dari seorang sahabat, semoga biduk rumah tangganya Mas Donny memang sama seperti peristiwa lilin itu. Baru padam ketika semuanya sudah terbakar habis. Baru berpisah ketika maut sudah datang menjelang. Kisah yang sungguh sangat menginspirasi.

    Balas
  3. semoga langgeng mas. banyak anak banyak rejeki. :D

    Balas
  4. Don… speechless…
    terima kasih untuk spritual sharing yang begitu indah.
    Kalau ada rejeki, pergilah ke Lourdes. Di situ aku bisa melihat betapa Tuhan menyatukan dunia.
    Selamat atas pernikahan kalian berdua.
    EM

    Balas
  5. Besok besok, kalo ndilalah ati lagi konslet, diingat tentang “lilin yang bertahan” ini buat penyejuk hati yo Kang..
    trus..jangan jangan ntu lilin romantis dan keren made in pabrik gw (ngecor lilin juga euy) hahahahaha! jadi gimana? mau pesen berapa kontainer buat kirim ke Aussie? (mode:start-run-calc-enter-ON)

    Balas
  6. perenungan yang menggugah hati … salam kenal..

    Balas
  7. wah senangnya yang udah merit…uhuiiii…asik nih…

    Balas
  8. Selamat ya DV and Joyce…
    Mudah-mudahan langgeng sampe bercicit-cicit..Amin!

    Balas
  9. Mas DV, Kamu membuat aku merinding, asli!
    Selamat menempuh hidup baru, semoga pernikahan ini menebar berkah ke antero dunia, membawa kehangatan laiknya lilin ke semua tempat yang kalian singgahi dan yang paling penting kebahagiaan itu semoga seperti sumbu kecil yang gagah seperti ceritamu.

    Balas
  10. Merenung itu perlu untuk banyak berkacadari yang sudah dilalui selama ini. Semoga bahagia selamanya :)

    Balas
  11. Selamat sekali lagi ya Don ..
    Selalu ingat semua yang kamu tuliskan dihalaman ini ..
    Ada kalanya gesekan itu terjadi dan mengingat hal seperti yang kamu tuliskan ini bisa menjadi oli pelicin ..
    *Mode sok ngajari On .. wes ngrasake dewe soale hehehe*

    Balas
  12. Selamat dan bahagia selalu, GBU
    Salam kenal

    Balas
  13. Congrat yo Don!
    Salam dinggo bojomu.

    Balas
  14. congrats bro!
    hehehe iya sie emang kisah kita tidak pernah terlepas dari hal2 tolol dan kikuk. yawes!! tak datengin di acaramu di klaten aja yah:)

    Balas
  15. Selamat ya bos? Coklat kemarin itu kamsude apa bos?

    Balas
  16. Selamat ya Donny & Joyce,
    Tuhan memberkati kalian :)

    Balas
  17. Wah, ada yang baru nikah nih….
    Selamat, semoga diberikan kelanggengan dalam berumahtangga, banyak anak, banyak rejeki…

    Balas
  18. selamat Mas Verdy, semoga panjang jodohnya, amin….. :)

    Balas
  19. dinamika dan perjalanan hidup memang ada kalanya sulit dijangkau akal, mas donny. ada hal2 tertentu yang tak mungkin tersentuh oleh kemampuan akal kita. btw, selamat menempuh perjalanan hidup bersama mbak joyce, mas donny, semoga makin menemukan kedamaian dan kebahagiaan bersama.

    Balas
  20. tpi kadang semuanya gak musti bisa dijelaskan secara logis… ada kalanya hati juga perlu dimaenkan… he..he.. maav klo sok tau…wekekek

    Balas
  21. Pengeeeeeeeeeeenn!!!

    Balas
  22. selamat dan memanjat kan doa Mudah mudahan di berikan kelanggengan dan kedamaian serta rejeki yang melimpah
    dan dapat menghargai proses dan perjalanan saling menghormati pada kelemahan dan kelebihan masing masing
    Happy Maried
    Salam Hormat Genthokelir dan keluarga

    Balas
  23. Sampai dengan aku menorehkan komentar di sini, sudah H + berapa, Don…
    Hehehe.
    7 langit, 7 bumi!
    Reguk semua dan segala yang bisa kamu reguk.
    Hanya: tak perlu sampai mabuk.

    Balas
  24. Buat Donny Verdian & Joice

    Balas
  25. perpaduan kedua lilin itu seperti hendak menjadi mutlak adanya . Selamat, semoga kebahagiaan selalu menyertai selamanya

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.