Kabar Baik Hari Ini 9 Juni 2017
Markus 12:35 – 37
Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata: “Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud?
Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.
Daud sendiri menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat.
Renungan
Kaum Yahudi itu bukannya tidak percaya pada mesias, tapi mayoritas dari mereka, hingga kini, tak percaya bahwa Yesus dari Nazareth yang adalah keturunan Daud, itulah Kristus, itulah juru selamat yang dijanjikan Allah!
Di negara kita, konsep mesias pun ada, dikenal dengan nama ‘Satria Piningit’. Istilah ini dikenalkan oleh Jayabaya, Raja Kediri era 1135 – 1157 Masehi. Dalam suratnya, Jayabaya yang konon pandai meramal masa depan ini melukiskan Satria Piningit adalah ratu adil yang akan membawa Indonesia ke dalam kemakmuran dan kesejahteraan.
Pembicaraan tentang ‘Satria Piningit’ selalu marak setiap ada Pemilihan Presiden (Pilpres). Mulai dari warung-warung kaki lima hingga ruang diskusi formal, dari linimasa social media hingga headline koran-koran utama, banyak tokoh dielu-elukan oleh para pendukungnya sebagai ‘Satria Piningit’ yang akan membawa segala hal baik.
Uniknya, ketika Pilpres berlalu, surut pulalah pembicaraan tentang Satria Piningit ini hingga nanti menjelang Pilpres berikutnya, seperti berpola, orang akan ramai-ramai bicara lagi begitu seterusnya hingga akhir jaman.
Sebagai orang beriman, kita tentu boleh punya pengharapan terhadap pemimpin bangsa. Tapi menggantungkan seluruh harapan secara buta bahwa ia akan luput dari cela, ia akan mampu menjawab semua persoalan adalah hal yang sia-sia karena bukankah ia adalah manusia yang meski punya kelebihan tapi tak pernah luput dari lemah dan salah?
Yang terbaik barangkali justru bersikap seperti para Farisi yang dilukis Markus pada Kabar Baik hari ini. Mari kita ‘mendengarkan’ dengan cermat dan penuh minat terhadap tokoh-tokoh yang muncul (dan akan selalu muncul). Bukan untuk percaya seratus persen, bukan pula untuk tak percaya seribu persen tapi untuk mengamati secara sadar dan menimbang baik-buruknya, adakah yang ia katakan, janjikan dan jalani sesuai dengan ajaran dari Satria Piningit kita yang sejati atau tidak?
Jika iya, mari kita dukung. Jika tidak, mari kita doakan supaya Tuhan sendiri yang mengubahnya atau setidaknya supaya Ia menghindarkan kita dari kepemimpinannya yang menggunakan topeng palsu seolah-olah ialah Satria Piningit yang dijanjikan!
0 Komentar