Sarapan abab

5 Jul 2016 | Cetusan

Lagi-lagi abab. Lagi-lagi abab!

Sebentar, sebelum aku akan mengungkap abab siapa dan seperti apa, biar kuceritakan dulu pagiku.

Pagiku dimulai lebih pagi karena harus bantu Joyce ngurus anak-anak. Pagi ini mereka akan berwisata salju di area dekat Canberra sana.

Sesudahnya aku duduk di toilet dan membaca berita pengeboman di Arab Saudi hingga beberapa menit lamanya.

Setelah bersiap, sebelum berangkat seperti biasa aku membuka aplikasi transportasi di handphone.

Saat itu jam 7:30, aku ngejar bus jam 7:42 karena aku perlu waktu sekitar 7 menit untuk jalan kaki dari rumah ke bus shelter terdekat.

Tapi aku lupa hari ini dan dua minggu ke depan adalah school holiday, jadwal bus dikurangi beberapa. Bis tercepat yang bisa kuakses adalah jam 7:35 dan itu tak mungkin kecuali aku harus berlari sprint atau terbang ke bus shelter.

Pilihannya hanya satu, bus jam 8:02am tapi itu berarti aku tak bisa ikut kereta jam 8:10 yang membawaku dari Epping ke kota.

Aku segera menghubungi HRD Manager untuk memberitahukan keterlambatan ini lalu berjalan santai ke shelter.

Di Shelter sudah menunggu dua orang lain yang kukenal karena kami sama-sama naik bus yang sama tiap harinya.

?They cancelled it, mate!? ujarnya kepadaku bicara tentang bus yang memang tidak jadi datang.

?Ye, i know. Very unreliable, isnt it?? ujarku. ?But? at least today is lot warmer than yesterday, mate..? sergahku. Bukannya kita tetap harus bersyukur hey?

Bus datang, kali ini tepat waktu, 8:02am.?Kursi-kursi tampak melompong.

sarapan abab

Aku duduk di deret bangku yang dikhususkan untuk kaum penyandang disabilitas dan beberapa yang lain yang tak disabled juga duduk di sana. Bersyukur aku tinggal di negara ini karena kalau di Indonesia barangkali sudah ada kamera nakal yang memotretku lalu mengunggah di social media dan fotoku diberi label ?Sebarkan biar terkenal!?. Sedetik kemudian kaum menengah ngehek di Tanah Air pasti akan membanjiri fotoku dengan komentar-komentar sengaknya hanya karena aku duduk di bangku disabled saat tak ada kaum disable di sana!Aku duduk berhadap-hadapan dengan kawanku tadi dan tiba-tiba? bau abab mak breng menyeruak ke permukaan.

Amat kuat dan entah itu berasal dari bawang, kunyit, kencur, jahe atau apapun yang dimakan si pemilik abab sisa semalam.

Kawanku tadi tak mungkin jadi sumbernya karena dari tadi ababnya baik-baik saja. Sementara di sisi kiriku kosong dan sisi kananku? ada mbak-mbak berkacamata, orang kantoran juga dan kuyakin abab ini berasal dari nafasnya.

Sesekali ia mengambil nafas dalam-dalam dan dugaanku makin kuat, setiap mendengus, hawa ababnya menguat! Oh Gosh!

Cara paling ampuh untuk menghindarinya adalah pindah kursi atau menutup hidung dengan tangan. Tapi itu terlalu obvious dan tak sopan. Cara kedua yang paling ampuh adalah diam mengatur nafas sambil menstimulasi pikiran bahwa abab itu tak membunuh, ia menguatkan (karena tak membunuh) tapi tak bisa juga karena kawan di depanku terus mengajak bicara.

Untung tak terlalu lama. Tujuh menit kemudian aku keluar dari bus menghirup udara segar.
Merdeka!

Merdeka? No!
Masuk ke gerbong kereta berhimpit-himpitan dengan sesama komuter tujuan kota, lagi-lagi aku menemui abab mak breng dari sisi sebelah kananku. Lagi-lagi berkacamata, kali ini mas-mas dan karakter baunya sama entah itu jahe, kencur, bawang, brambang atau apalah pokoknya sisa semalam?

sarapan abab

Aku sempat berpikir kenapa beruntut begini? Jangan-jangan ini bau berasal dari ababku sendiri?

Tapi sepertinya tak mungkin karena kalau ababku bau, Joyce sudah pasti tahu lebih dulu. Kalau sudah begitu yang kulakukan adalah gosok gigi ulang, kumur antiseptik dan mengunyah permen karet sepanjang perjalanan pagi.

Jadilah aku sepanjang perjalanan pagi ini menghirup abab orang lain.
Berusaha bertahan membuat hidungku lama-lama kebal, otak terstimulasi bahwa abab itu bukan satu masalah besar dan… rasa laparku hilang.

Lumayan, jadi tak perlu sarapan! Hemat beberapa dollar!

Saranku untuk mereka yang ababnya bau, ciumlah suami atau istrimu dalam-dalam sebelum pergi keluar rumah.

Jangan cuma cium kecup yang asal kecup, tapi ciumlah sekali lagi? dalam-dalam, di bibir atau setidaknya pipi jangan jidat.
Kenapa? Supaya suami/istrimu tahu kamu bau atau tidak pagi itu. Kalau bau mereka akan memberitahumu dan kamu tahu apa yang harus dilakukan untuk mengurangi bau ababmu.

Kalau istri/suami malu-malu? Atau takut jangan-jangan hal itu akan membuatmu bad mood pagi itu? Ya ganti istri/suami! Cari yang nggak malu-malu dan nggak takut-takut.

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. abab tuh apa sih artinya mas ?

    Balas
    • Abab itu bau mulut, Mbak ;)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.