Hingga detik ini, satu hal yang kupercayai terkait dengan isu bobroknya manajemen penanganan sampah di seluruh dunia adalah karena sikap konsumtif kita terhadap produk-produk yang limbahnya tidak ramah lingkungan hidup, termasuk handphone. Sikap konsumtif yang kumaksud adalah gaya hidup yang lebih mengedepankan nikmat dan nyamannya memiliki handphone terbaru serta meninggalkan yang lama padahal dari sisi kegunaan, handphone yang lama masih bisa difungsikan secara baik dan optimal.
Marilah kita sejenak melongok ke belakang, kapan pertama kali kamu menggunakan handphone dan sudah berapa kali kamu ganti bukan dengan alasan rusak tapi lebih karena supaya tak ketinggalan jaman?
Aku sendiri memiliki sejarah per-henpon-an yang cukup ‘mengesankan’ :)
Sejak pertama kali menggunakan handphone tahun 2000, aku nyaris selalu berganti handphone setiap tahunnya.
Malah kalau tak salah ingat sejak 2004 hingga sekarang, aku menggunakan dua nomor pada dua handphone. Alasannya klasik, aku ingin membagi arus informasi dalam dua kanal, kanal pekerjaan dan kanal personal. Tapi alasan itu tetaplah hanya menjadi alasan karena pada praktiknya, penggunaan kedua nomor malah jadi tak optimal meski memiliki dua handphone sekaligus adalah pemuas nafsu konsumtifku itu tadi.
Oh ya ada satu lagi yang hampir kelupaan untuk kuceritakan, minimal setiap tahun sekali, aku selalu mengganti handphone-handphone itu dengan edisi terbaru dengan alasan yang tak kalah klasiknya, supaya tak ketinggalan jaman!
Nah, bayangkan jika di dunia ini ada lebih dari sejuta orang yang berpola pikir serta bersikap sepertiku, maka secara logika, dari tahun 2000 hingga 2010, sejuta orang itu akan memiliki handphone dan ‘sampah’ handphone sebanyak (1 + 1 + 1 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2) x 1 juta = 15 juta handphone!
Di negara berkembang seperti Indonesia, barangkali ‘sampah’ itu tetap bisa terkendali karena seperti yang pernah dan selalu aku lakukan dulu, sebelum aku membeli yang baru, beberapa saat sebelumnya aku telah menjual terlebih dulu yang lama. Akan tetapi, bagi negara seperti Australia, karena harga handphone baru semakin murah, handphone second hand jadi tak memiliki pasar dan oleh karenanya,
sangat jarang orang menjual handphone bekas. Akibatnya, orang-orang yang mengikuti teknologi sebagai mode dan gaya hidup itu akan menumpuk begitu banyak handphone tak terpakai di rumahnya dan tinggal menunggu waktu saja sebelum akhirnya dibuang begitu saja.
Persoalannya sekarang adalah, hampir semua bagian handphone yang terbuang itu bersifat tak dapat diuraikan dalam kurun waktu yang singkat, malah beberapa komponennya memiliki sifat yang meracuni lahan pembuangan! Tentu saja ini bukan sesuatu yang menyenangkan di tengah maraknya isu pemanasan global dan rusaknya keseimbangan lingkungan hidup, kan?
Nah, saat jalan-jalan ke mall weekend silam, ketika sedang masuk ke sebuah toko peralatan elektronik yang cukup ternama, aku menemukan sebuah kotak berisi handphone-handphone bekas yang terpajang di dekat kasir. Kotak tersebut menarik perhatian karena sebagai orang yang dulu ‘hobi’ gonta-ganti handphone, tentu kotak itu membuatku flashback ke belakang, mengingat jenis-jenis handphone yang pernah kumiliki dan sekarang ‘tinggal nama’ itu. Ada puluhan bahkan ratusan handphone yang tertumpuk di kotak itu. Aneka rupa handphone keluaran hingga tiga tahun silam, semuanya dibiarkan tak bertuan di situ.
Mau dikemanakan tumpukan handphone itu?
Ternyata eh ternyata, ada sebuah layanan yang namanya Mobile Muster yang melakukan jasa pembuangan limbah handphone secara baik dan terstruktur, sehingga meski tak mungkin dapat mereduksi 100 persen
pembuangan limbahnya tapi setidaknya faktor perusakannya diminimalkan.
Handphone-handphone itu didekonstruksikan.
Bagian-bagian yang memang tak bisa dipakai lagi akan dibuang dalam pembuangan khusus yang terproteksi dari lahan bebas. Sementara itu bagian-bagian yang bisa digunakan kembali (reuse) akan diurai dan dikelompok-kelompokkan untuk kemudian dipakai lagi pada produk-produk baru. Alhasil, perusahaan-perusahaan produsen handphone dan barang-barang elektronik lainnya yang bisa menggunakan bahan dasar yang sama dengan handphone pun jadi punya pilihan untuk tidak selalu mengambil bahan dasar langsung dari alam, melainkan menggunakan yang pernah dipakai sebelumnya dan telah diurai dengan baik.
Sebuah wujud dari tujuan yang begitu mulia, bukan?
Tapi bagiku, sebenarnya jika mau lebih dioptimalkan ‘kemuliaan’ nya, ide untuk me-recycle itu bisa dipecah dua dengan tak hanya mengurai namun juga mengirimkannya ke negara-negara lain yang membutuhkan handphone-handphone lama tersebut untuk keperluan komunikasi. Aku berpikir demikian karena selain bisa lebih meminimalkan lagi kemungkinan kerusakan alam, pembagian maupun penjualan dengan harga murah bagi handphone-handphone tak terpakai itu bisa menekan angka penjualan handphone-handphone baru sehingga meski langkah ini akan banyak dibenci oleh produsen-produsen handphone, setidaknya hal itu akan lebih memberikan arti tentang bagaimana kita menjaga alam ini untuk tetap lestari dalam waktu yang lebih lama lagi.
menarik :)
pernah memang di suatu masa aku punya 3 ponsel dengan merek berlainan gara-gara kerja di distributor ponsel yang jadi perwakilan 3 merk ngetop kisaran thn 2002. waktu itu blom ada cdma :p
jadi setiap ke er*css*n kudu bawa ponsel merk itu (dipinjem kantor), pas ke s*em*ns juga bawa ponsel merk itu yang kebetulan memang punyaku sendiri. satu lagi m*t*r*l*. lama-lama bosan juga punya banyak ponsel (dan nomor) yang juga sering diganti-ganti. sekarang aku dan hubby masing-masing cukup punya 1 (jarang ganti) gsm, dan yang cdma hanya 1 nomor buat dipakek barengan.
wah, kalau dalam soal handphone, saya termasuk orang yang sangat ramah lingkungan, mas don, sebab sejak beli pertama, sampai sekarang belum ganti, haks. jadi, ndak ada yang namanya sampah handphone. kalau dipikir bener juga, tuh. berapa juta saja pemakai handphone? jangan di negeri kanguru, di negeri kita, tukang sayur saja sekarang sdh banyak yang pakai hp. mau pesen dagangan, langsung sms. lama2 pasti menumpuk juga sampah hp!
Gw mah termasuk orang yang ga ganti hp kalo emang hp nya ga rusak ato ilang. Tapi emang banyak ko orang2 yang emang demen gonta-ganti hp. Kalo temen gw yang punya hobi begitu, hp2 nya dia museumin di lemari kaca di kamarnya
aku nonton di discovery channel bahwa komponen hp atau hardware macam CPU kompi ada logam mulia nya walaupun sedikit dan itu yg dilakukan perusahaan daur ulang tersebut. lumayan banget selain dapat mendaur ulang komponen plastiknya juga bisa dapat emas ons per ons..heee
Orang Indonesia sekarang masing-masing memiliki lebih dari 2 hape, bahkan si mbak yang berprofesi sebagai PRT, hapenya 3….
Dan kalau saya beli pulsa, saya lewat dia…hahaha…untuk melariskan dagangannya
Aku termasuk orang yang jarang gonta-ganti HP. Kalau belum rusak, belum ganti hehe.. lagipula aku jarang ngejatuhin HP, jadi HP-ku nggak pernah rusak karena jatuh. :)
Seingat saya, Nokia Malaysia juga pernah menyediakan tempat sampah handphone khusus merk Nokia di konternya. Katanya sih agar bisa di daur ulang.
Tentang orang yang punya hape lebih dari satu, saya cuma kagum saja.
Kok bisa ya memelihara Sim Cardnya. Soalnya, saya sendiri punya pengalaman, pernah memelihara 2 Sim Card dalam satu handphone, tapi tetep nggak kuat. Akhirnya salah satu Sim Cardnya malah expired. Karena itu, saya cuma punya satu handphone dengan satu Sim Card saja. Kapok. Hehehe
Mungkin saya termasuk orang yang tak konsumtif, termasuk tak konsumtif hp. Sebab, sejak kali pertama punya hp,sekitar 2004, hingga kini hp saya tetap saja. Habis masih dapat dimanfaatkan sih, jadi tak perlu ganti-ganti, sekalipun banyak teman, saudara, handai taulan yang terus bergaonta-ganti hp. Bukan pelit, tapi ekonomis,Om. Hahaha…..
Mari kita produktifkan limbah! Itu sangat berharga lho!!!
Saya cuma pernah pake 4 HP sejak pertama kali pakai tahun 2003 sampai sekarang, belum ada satupun yang beli sendiri (#1 & #2 dikasi ortu, #3 menang kuiz, #4 dikasi temen) dan nomernya masih tetep sama selama 7 tahun itu. Pengen punya HP kelima yang bisa buat twitteran sih, tapi paling murah setengah juta harganya. Gak mampu… :mrgreen:
Nice information!!
Untungnya saya bukan penggila gadget jadi selama hidup gonta – ganti HP masih keitung jari (4) dan kebanyakan ganti HP pun karena paksaan orang lain. Seperti dibeliin yang baru sama kakak atau dikasih sama kakak HP model terbaru, ini semua akibat kakak gw kerja di perusahaan HP. Padahl blm niat ganti HP. Jujur ane belm pernah beli HP sendiri, pasti semuanya dibeliin atau dikash ama kluarga hahaha….
Wah baguslah kalau memang sudah ada teknik recylce buat barnag elektronik seperti HP, mudah2 di Indo juga ada teknik recycle seperti itu ^^
sama seperti Nana, aku jarang ganti HP kalau belum dinyatakan MENINGGAL..hehehe,
lagian pekerjaanku jg tidak terlalu menuntut kecanggihan ponsel yang aku pakai. Asal bisa bertelepon, dan SMS. :D Jadi aku tidak terlalu merasa dituntut untuk mengganti-ganti HP.
Soal HP yang sudah mati sama sekali itu mau bagaimana penangannya..aku gak tahu, masukin ke tong sampah “plung” wis..bar..!! ;-)
sejak pertama kali menggunakan HP di tahun 2000, ini adalah HP ke 4 yang gunakan, urutannya : Ericson GF768, Ericson T10, Nokia 2100, Nokia 3230 dan terakhir ini SE W810i
Percaya tidak percaya, semua pergantian tersebut saya lakukan karena adanya kerusakan. Salah satu ceritanya ada di blog saya yang lama :
http://ankerzone.wordpress.com/2007/03/30/nokia-3230-blank-hang/
Sambil membaca postinganmu, aku berusaha mengingat2 berapa x sudah aq ganti hape sejak 2001, ya pas mulai kerjalah. Dan lebih dari 12x kayaknya, krn bener katamu,hampir tiap tahun ganti dan pasti pny 2hp. Skrg sj msh ada 3 hp di lemariku yg termasuk msh layak pakai. Kubeli mahal2 tp malas jual krn taku hrgnya jatuh tp skrg g kepakek jg. Ini jg msh pk 2 no. Jd sadar btp borosnya gadget ini. Kupikir drpd dibuang mending dikasih saja ke saudara. Ya toh.
Ia tuh dilemma barang elektronik, kalau dijual harganya pasti Jatoh.. kecuali kita orang yang populer LOL
“Akan tetapi, bagi negara seperti Australia, karena harga handphone baru semakin murah, handphone second hand jadi tak memiliki pasar dan oleh karenanya,”
Insight menarik mas DV, kalau disni memang ada pasar handphone second yang membuat si non pengguna handphone bisa lebih mobile dalam berkomunikasi. kalau boleh tau, handphone mas DV yang lama, apakah ter-onggok begitu saja ?
Dan tentang mobile mubter apakah kehadiran mereka dilatarbelakangi brand hangdphone atau kemuliaan aktivis lingkungan? kalau pilihannya yang pertama aku rasa ide mas DV di bagian terakhir sudah pasti ditolak ..
henponku siji tok..biasane ganti nek wez ono gangguan..
umm..sik..aku wez ganti hape lima…enam…..tujuh kali sejak memakai hape pada tahun duaribuuu…dua ribu piro yo? lali aku..pokoke hape pertamaku ki nokia 3310 ;)
iya ya, ternyata sampah handphone banyak juga ya, mobile muster perlu diperbanyak lagi, tapi pikir-pikir sayang juga ya kalo di buang gitu saja, mending dijual
Saya juga jarang ganti-ganti hape, cenderung terus dipake kalo belum rusah.. tapi artikel ini bagus sekali, karena saya jadi tau harus saya apakan hape lama yang sudah tidak bisa dipakai lagi, selama ini saya sempat bingung mau diapakan.. nice sharing Pak..
aku pikir memang sikap konsumtif kitalah yg membuat alam kita ini rusak. yg aku herankan, mengapa orang mudah sekali berganti HP, ya? sepertinya kok asal ganti saja dan tidak berpikir jauh ke depan.
aku pikir, di kemudian hari, perusahaan pengolah sampah bakal jadi perusahaan ngetop dan dibutuhkan… hehe. bumi ini cuma satu. kalau semua isinya sampah, kita mau hidup di mana? mau nyebrang ke planet lain? serius bisa hidup lebih baik di sana? jadi kalau ada slogan “save our planet” kupikir itu keliru. yang bener: save us. wong kalau planet ini hancur, kita2 juga yg kena.
di Indonesia sudah dikenal bisnis kampakan mobil…jangan-jangan nanti akan muncul bisnis kampakan handphone… :D
Baru tau ada yg begitu..
Btw gue bukan tipe gonta ganti hape :P
bahkan gue msh pake tuh Nokia 6600 dr thn 2004 dan baru gue ganti sehari lalu, persis kemarin! :P hiihi
inspiratif.
idenya bagus jg bang..
klo ga diingetin gtu, kadang ga sadar juga tentang banyak kebiasaan konsumtif kita yg ternyata merugikan lingkungan. sepintas kan mikirnya, lho selama “dibuang pada tempatnya kan ga masalah”. padahal pengolahan lanjutannya juga perlu diperhatikan ya..
kalau saya beda pak boss saya 8th berpropesi jadi tukang servis hp. jadi gak pernah beli hp tapi limbah hp lumayan banyak. dan sya juga cari sampah hp untuk di kanibal komponenya lumayan dari pada beli komponen baru mahal dan jarang bisa di pakek. jadi barang kali teman 2 yg pingin buang hp silakan di saja …..
Nggak usah kuatir, limbah handphone akan diambil komponennya yang berharga. Ada kandungan emasnya yang bisa didaur ulang. Sudah ada yang mengelolanya dan menghasilkan uang.