Bagian paling menarik dari perayaan ekaristi bagiku adalah Salam Damai karena di situ Pastor mengajak kita membagikan ‘damai’ ke kanan kiri dengan berjabat tangan. Dulu waktu SMA, maunya salaman dengan yang cantik-cantik, maka posisi tempat duduk sejak awal acara sangat menentukan sebanyak apa kita bisa membagikan damai dengan mereka-mereka itu nantinya.
Kini, Salam Damai juga tetap indah. Selain membagikan damai bagi keluarga, kesempatan itu sering menjatuhkanku pada alam khayal… andai semua orang bisa saling berjabat damai.
Ahmadinejad menjabat Obama, membagi senyum kepada Kim Jong Il dan Muamar Khadafi. Dalai Lama dipeluk hangat pemimpin China sementara Anwar Ibrahim beruluk salam dengan Najib Razak. Kita tak keberatan memaafkan Nazarudin yang bergelanyut mesra bersama Anas Urbaningrum dan tak jauh dari situ Gayus beserta semua politisi busuk berantri untuk menyalami kita…
Dan nun di sebuah kebun apel sana, Sang Maha berpagutan mesra dengan Si Laknat, mereka saling memaafkan.
Salam Damai!
Lha gek bali to, Mbah..
Aku arek sungkem.. *salaman*
Don.
Kalau sekarang cari yang cantik-cantik lagi gak di kanan kiri? :)
salam damai mas.. HEVENU SHALOM ALEICHEM
Kalau koruptor bersalam damai dengan kpk, mungkin nggak perlu ya Don? :)
Bagaimanapun silaturahim, saling mengenal, bersalaman penting maknanya.
Sekalian mau puasa, saya mohon maaf lahir batin ya Don…siapa tahu ada beberapa komentar saya yang menyinggung perasaan.
Salam damai untuk para petinggi dan orang-orang yang mempunyai jabatan…
Salam damai untuk kita semua. Bersatu dalam damai memang indah…. :)
Membayangkan Sang Maha berpagutan mesra dengan si Laknat. Hm..aku rasa seluruh penderitaan di dunia akan segera berakhir. Karena si Laknat akhirnya mau tunduk pada Sang Maha. (Membayangkan kebun apel, jadi kemecer)
salam damai untuk semuanya yg masih mau merasa damai :)
Mudah2an politisi bener2 damai, hingga ingat ngurusin kita yang semakin merana :(
aku juga suka dengan salam damai. melihat wajah2 ramah dan mengulurkan tangan. rasanya ayem tentrem…
Ah.. biarlah mereka yang kau sebutkan di atas enggan untuk bersalam damai…
Yang penting, kita tetap dan terus bersalam damai ya Don.. :)
Wehehehe, kuwi rak mung khayalanmu dhewe tho, Om?
kadang air mataku jatuh ketika perayaan Ekaristi dulu
(My mom was a Catholic so sometimes she brought me to the Church)
shanti.. shanti.. shanti.. :-)
maksih postingannya…salam kenal..