Rugos, huruf gosok, adalah teman setia pelajar dan mahasiswa Indonesia di era 80-90an lalu.
Ia digunakan untuk memberi judul di sampul halaman depan tugas karya tulis atau apapun yang dipandang perlu menggunakan huruf-huruf yang outstanding selain yang bisa kita tuliskan dengan tangan maupun mesin ketik.
Tapi tugas Rugos mulai terpinggirkan sejak era komputer beserta printer mulai memasyarakat karena semuanya lantas tinggal diketik menggunakan komputer, mengubah setting huruf dan mencetaknya. Tidak perlu menggerus dengan seksama permukaan plastik rugos menggunakan koin benggol maupun sendok.
Kalaupun ada yang salah, tinggal dibuang kertasnya, diubah setting-nya di komputer, diganti huruf dan warnanya lalu dicetak ulang. Tak perlu lagi mengerok kertas pelan-pelan supaya huruf rugos yang salah diletakkan bisa mengelupas tanpa merusak kertas.
Rugos, Ia pada akhirnya terpinggirkan.
Pulang ke Klaten beberapa minggu yang lalu, seperti kutulis di sini, aku menemukan Rugos kembali.
Dipajang dalam toko yang sudah ada di situ sejak aku belum lahir. Ditaruh pada sebuah display yang berdebu dan kusam. Dengan hati-hati, bukan takut display roboh atau patah tapi takut keringkihanku kalau menghirup debu lalu sesak nafas, aku mencomot empat lembar Rugos dan melegonya dengan empat ribu perak saja.
“Itu dari tahun delapan puluhan, Don! Tante nggak pindah-pindah ya disitu terus lha wong sudah nggak laku” kata tante penjualnya yang masih ingat namaku dan alm. Papaku. Ia dulu, tiga puluh tahunan yang lalu, ketika aku masih lima tahunan, kuingat berparas manis dan ayu. Mamaku sering memanggilnya, ?Cik?. Kini ia tirus, kurus, berkerut.
Rugos itu lalu kubawa pulang ke Sydney beserta seluruh kenangan yang menyertainya.?Beberapa malam lalu, setelah mandi, aku iseng bermain Rugos, menggosokkannya huruf per huruf ke atas kertas menggunakan penggaris logam. Pada suara ‘gruk-gruk-gruk’ tiap gerusannya, ada rasa yang berdesir-desir dalam hati. Pada saat selesai menggerus tiap huruf lalu menarik plastiknya pelan-pelan sampai terdengar suara plastik yang lepas rekatannya, ‘krett’ lirih tanda seluruh huruf telah sempurna terpasang, ada rasa lega yang luar biasa.
Rugos adalah pemantik masa lalu. Aku bisa merasakan sensasi yang dulu pernah kurasakan hanya dengan melihat, memegang dan menggunakannya seperti yang dulu pernah kulakukan. Kira-kira apa yang akan menjadi pemantik masa lalu dari masa kini untuk masa depan, jika Tuhan memberi kita umur panjang?
Simak video?bagaimana rugos memantik masa laluku di bawah ini:
Beberapa tugas saya dulu waktu sekolah kejuruan halaman depannya pakai huruf rugos. Mantap penampilan huruf pakai huruf rugos ini.
Rasanya seperti menempel tato-tatoan. Dan memang ada sensasi tersendiri saat menggosoknya dan berdebar ingin melihat hasilnya.
saya pernah menggunakan rugos seperti ini antara tahun 1995 sampai 1998, untuk membuat PCB :)
(( PCB))
RUGOS….oh….RUGOS…memory masa lalu yang baru 1 minggu lalu saya ceritakan ke mahasiswa saya dan ternyata mereka antusias untuk mengetahui rugos tsb,….bak “pucuk dicinta ulam pun tiba”…tulisan Kang Donny ini sangat membantu mengembalikan ingatan masa lalau saya ketika sekolah di SMSR Jogja tahun 1991. Jurusan Grafis Komunikasi yang saya ambil mengharuskan saya berburu dan mengkoleksi berbagai macam rugos…dan sama Kang, saya juga baru berburu kembali di tempat fotocopian di Jogja, tapi belum nemu…. Thaks banget dgn postingan ini bikin saya semangat lagi berburu rugos…:)
Pergiah ke Toko Kondang Jaya sebelahnya Djangkar di JL Pemuda Utara, Klaten. Mumpung masih ada dan murah meriah… aku beli sebulan yang lalu saat mudik.
Masih ada jual gak ya huruf rugos nya ini?
kalau masih ada tolong informasi tempat penjualannya.
terima kasih
Kalau mau beli rugos di jakarta, masih ada yang jual gakya? ada info? Terimakasih
Bang beli rugos di mana ya sekarang untuk daerah Depok- Jakarta ? Mohon bantuannya..????????
Untuk sekarang, dimana bisa mendapatkan rugos?
Masih ada salah satu nya saya penjual nya…langsung dari pabrik nya bila ingin memesan bisa hub:089604337276