Round About

5 Agu 2010 | Australia, Cetusan

Round about dalam ‘istilah Indonesia’ adalah tak tepat jika diartikan sebagai ‘sekitar putaran’. Ia lebih cocok diartikan sebagai bunderan. Wujudnya memang betul-betul bunderan seperti halnya kita akrab dengan Bunderan HI di Jakarta atau Bunderan UGM di Jogja, berada di tengah-tengah pertigaan, perempatan atau perlimaan bahkan perdelapanan juga bisa. Di Australia, round about jamak ditemui terutama di area-area yang menurut RTA (Road and Traffic Authority, semacam DLLAJR-nya Australia) belum perlu diatur menggunakan traffic light seperti misalnya di gang-gang perumahan dan perempatan-perempatan besar yang terletak di luar kota (rural area).
Kenapa tiba-tiba round about bisa masuk ke dalam blog ini dan menjadi bahan tulisan yang menggelitik bagiku?
Tak lain karena aku merasa bahwa melalui hal yang sepele seperti round about kita bisa belajar banyak tentang bagaimana menaati sebuah aturan dan menjaga kondisi tersebut untuk kebaikan bersama.
Aturan yang diterapkan pada round about sebenarnya sederhana.
Begini, misalnya kita melaju dari satu jalur lalu berencana untuk belok ke kanan pada perempatan yang memiliki round about maka taatilah dua aturan di bawah ini.
Pertama, kalian harus memutari round about untuk membelok ke kanan. Tak boleh langsung membelok ke kanan tanpa memutarinya atau bahkan menerjangnya.
Kedua, sebelum memutari round about, pastikan tak ada kendaraan yang ada di sisi kananmu. Jadi, sebelum membelok, selalu perhatikan apakah traffic yang ada di sebelah kananmu kosong atau tidak. Jika tidak, berhenti dan menunggu hingga kosong, jika kosong, melajulah.
Lihat pada ilustrasi di bawah. Mobil sebelum melaju, mobil B harus memastikan bahwa jalur kosong atau menunggu si A lewat. Mobil C baru bisa lewat ketika jalur telah kosong atau menunggu si A dan B lewat.


Namun yang lantas menjadi tak sederhana adalah bahwa dalam pelaksanaan tata aturan tersebut dibutuhkan rasa saling percaya antar pengguna lalu lintas yang hendak memutari round about.
Jika kalian perhatikan dari pemaparanku di atas, para pengguna lalu lintas terkesan tak perlu memperhatikan pengguna lain yang ada di sebelah kiri karena semua tergantung pada traffic yang ada di sisi kanannya dan pada praktiknya memang demikian. Sehingga mau tak mau kita harus percaya pada mereka yang ada di sebelah kiri; berharap mereka pun berlaku seperti kita yang memperhatikan apa yang terjadi di sisi kanannya dan bukannya melanggar; bergerak diam-diam padahal traffic di sebelah kanannya, yaitu kita, butuh jalan lebih dulu karena aturan membolehkannya.
Dua tahun tinggal di Australia dan sejauh yang kulihat dan kubaca melalui media, nyaris tak ada ‘cacat’ dalam pelaksanaan aturan round about ini.
Akan tetapi, meski sangat jarang, sesekali aku pernah melihat kecelakaan yang terjadi di round about karena ketidakpatuhan seorang pengguna yang mengakibatkan celaka tak hanya bagi ia sendiri tapi juga pengguna lain yang barangkali sudah terlanjur percaya pada pengguna lainnya. Kecelakaan itu kebanyakan terjadi karena pengguna yang seharusnya menunggu kendaraan di sebelah kanannya untuk melaju tapi lantas nekat untuk masuk ke round about dan terjadilah kecelakaan. Beberapa kesalahan fatal terjadi biasanya karena ada seorang pengendara yang nekat menerabas round about (karena beberapa round about memang tak memiliki ketinggian bidang, benar-benar rata dengan jalan raya yang landai) dan akibatnya tertabrak/menabrak kendaraan lainnya yang ada di sekitarnya.
Itulah sekelumit cerita tentang round about.
Aku tak tahu pasti apakah beberapa bunderan yang ada di Tanah Air diadakan untuk maksud dan aturan yang sama atau sekadar untuk monumen dan penghias jalan raya.
Tapi sekali lagi, bagiku, memperhatikan bagaimana pengguna jalan mematuhi aturan round about adalah menarik.
Bayangkan jika jalan raya adalah rumah dan pengguna lalu lintas lain adalah anggota keluarga kita serta round about adalah aturan yang melingkupi di dalamnya, maka kita perlu percaya pada anggota keluarga lain sebagaimana mereka semoga juga percaya kepada kita.
Bayangkan jika jalan raya adalah negara dan pengguna lalu lintas lain adalah sesama warga negara termasuk para petingginya serta round about adalah aturan yang telah ditorehkan sekian lama oleh para pendiri negara… mampukah kita saling percaya?

Sebarluaskan!

17 Komentar

  1. di Bali (Denpasar) ada beberapa tempat yang menggunakan bundaran seperti ini dan berjalan cukup lancar. Tapi ada juga bundaran yang tetap perlu menggunakan traffic light karena volume kendaraan yang tidak merata.

    Balas
  2. Yup Don, intinya yang kamu tulis pada bagian akhir tulisanmu “mampukah kita saling percaya ?” Rasanya saat ini “saling percaya” sudah jadi barang langka. Coba saja banyak masalah yang muncul karena tidak adanya “saling percaya”….

    Balas
  3. aku baru tau kata2 itu sewaktu kerja di seputaran bundaran HI

    Balas
  4. Di indonesia saat ini jarang kecelakaan mas DV, tak lain karena semakin sulitnya penunggang kendaraan disini semakin sulit bergerak. Alias macet, alhasil semua bergerak lambat. Bagaimana traffic di aussie sana?

    Balas
  5. kalo di Miri orang2nya tertib Mas. Jadi di Round About mobil yang mo masuk bener2 nunggu mobil yang udah berada di dalam lingkaran sebelumnya berlalu, baru deh dia masuk.
    Kebanyakan di Miri Round Aboutnya di tengah lingkaran terdapat taman, pohon2, bunga2, lampu2 hias, tugu2. Tapi gw pernah liat di Brunei, Round Aboutnya bener2 cuma gambar lingkaran ajah yang di cat dan ga ada apa2 disitu. Hihihi, irit boooo
    Oya, maap baru sempat mampir lagi Mas. 2 minggu bo kaga ngeblog :-)

    Balas
  6. Dan juga membutuhkan kesabaran agar ada keselamatan bagi semua. Nah, kesabaran inilah yang sering dilanggar banyak orang karena memburu waktu dampak dari tak disiplin diri.
    Salam kekerabatan.

    Balas
  7. Ego mengutamakan Kepentingan pribadi kadang membuat kita tidak bisa saling percaya Mas Don.

    Balas
  8. Di US aku nemu banyak circle (atau sebut bundaran aja deh ya) yang rapi, teratur dan saling menghargai dalam “penggunaannya”. Cukup menjadi satu hal yang membuat aku iri…
    Sementara kalau di tanah air, aku masih bingung dengan bundaran yang ada lampu merahnya, terutama bundaran BI dan silang monas. Terlalu banyak rambu dan jam-nya, dengan bapak-bapak aparat yang selalu siap dan siaga menanti orang yang berbuat khilaf :D *pengalaman pribadi*

    Balas
  9. Percayalah Sob… beberapa round about yang ada di kota ku justru bikin pening dan tidak ada tenggang rasa antar pengguna jalan tersebut.
    Btw, round about HI (alias bunderan HI) justru jadi perangkap efektif buat polisi untuk menjerat aneka ‘pelanggaran’ lalu lintas. Lha waktu itu saya dari Posisi A mau berbelok kekanan trus memutari round about itu, eh…di tilang karena posisi kendaraan saya (menurut Pak Pol) ada di jalur yang salah. Alhasil goban pun melayang (tarif tahun 2001 bo’)

    Balas
    • aku mau komen disin aja ah…
      di kotanya anderson, ada sebuah persimpangan dengan bunderan yang bikin pusing. persimpangannya cuma empat, tapi tatacara berputar dan berbelok yang ditunjukkan oleh rambuyang dipasang, bikin bingung. sehingga, seringkali terjadi kesalahan bahkan kecelakaan di situ. nah, karena sering bikin bingung, maka masyarakat setempat menamakannya dengan “simpang bingung”, hahaha…
      tapi, karena aku sudah cukup lama tidak ke sana, aku tidak tahu lagi, apakah bunderan itu masih membingungkan atau tidak, moga saja sudah diperbaiki… :)
      aku setuju dengan inti tulisanmu ini, yakni memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada aturan yang telah ditetapkan. namun, sungguhpun demikian, kepercayaan itupun harus dibarengi dengan kewaspadaan, sehingga tidak berakibat buruk untuk diri kita sendiri maupun orang lain..

      Balas
  10. kalau disini jelas banget rambunya, sampai di pasang tanda segitiga merah dan tanda stop agar siapa yang duluan dan siapa yang merikan prioritas jelas…hehehehe

    Balas
  11. di negara kita, bunderan seperti ini justru jarang menimbulkan kecelakaan, mas don. yang justru sering adalah jalan2 yang mulus dan lempang. apa perlu di indonesia diperbanyak bunderan seperti ini, yak, hehehe ….

    Balas
  12. Bener mas, di sini aturan main roundabout itu gak ada yang tahu. Lha aturan nyalib aja banyak yang nggak tahu kok.

    Balas
  13. Di kelapa gading tuh, round about nya selalu bikin macet. Mungkin jaman dulu waktu pertama kali dibikin tidak mikir bahwa nantinya kemacetan akan separah2nya ya. Mikirnya keren nih, ada bunderan, ada air mancur pula.
    Sekarang? Macet kali punnn…. Dan akhirnya sekarang ada satu sisi yang ditutup. Jadi mereka yang datang dari arah itu harus belok kiri dan cari putaran dulu di depan sana kalau memang mau berputar arah. Tp sama saja, masih macet…

    Balas
  14. Wah, tata tertinb dan kedisiplinan di jalan raya di sini masih memprihatinkan je Don… pengendara masing saling egois mentingin jalurnya sendiri. Intinya, males ngalah untuk orang lain…
    Kedisiplinan dan kesopanan pengguna jalan raya yang paling OK tuh di Balikpapan.. bener-bener top… lha wong angkot mau ngalah untuk memberi jalan pada mobil pribadi, hal yang nggak pernah kutemui di Jakarta…

    Balas
  15. Kecelakaan tidak di bunderan, karena lampu bangjo nya jelas..tapi justru di jalan yang lancar, karena orang cenderung ngebut. Di bunderan, apalagi di Jakarta kan nyaris selalu macet, jadi malah hati-hati sekali, salah ambil jalur, nggak jadi muter karena begitu salah langsung di klakson dari belakangnya….hahaha

    Balas
  16. Memang unik ya si bunderan itu. Kita berlatih utk saling percaya bahkan dg orang yg tak dikenal. Yg membuat kita saling percaya adalah kepentingan agar tdk sama2 benjut alias jgn sampai tabrakan

    Balas

Trackbacks/Pingbacks

  1. Zebra cross « Nirmana « Donny Verdian - [...] tanpa disuruh terlebih dahulu berhenti dan memberi jalan kepadanya. Tapi seperti halnya dalam kasus ‘Round About’ yang kuceritakan beberapa…

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.