Menerima Sakramen Krisma adalah momentum dimana kita dikuatkan di dalam Roh Kudus melalui karunia-karuniaNya.
Sakramen Krisma
Sebagai orang yang dibaptis sejak bayi, aku termasuk terlambat menerima. Kawan-kawanku dulu sudah mendapatkan ?Krisma? sejak menjelang lulus SMP. Waktu itu aku nggak ikut karena? malas :)
Awal 2000an, pernah mencoba ikut menjadi calon penerima sakramen krisma. Tapi lagi-lagi gagal karena menurut romo, aku kebanyakan membolos :)
Akhirnya tahun 2006 awal, seorang pastor yang adalah kawan dekatku, memberitahu bahwa di parokinya sedang diadakan persiapan penerimaan sakramen krisma. ?Kowe gelem melu ra? (Kamu mau ikut enggak? -jw)?
Akupun akhirnya ikut dalam persiapan itu.
Beda dengan sebelum-sebelumnya, akhirnya aku dinyatakan boleh menerima sakramen krisma. Bangga dan legaku luar biasa waktu itu!
Penerimaan Sakramen Krisma diadakan sekitar dua minggu sebelum gempa besar Jogja terjadi, 27 Mei 2006. Yang menerimakan adalah Uskup Agung Semarang waktu itu, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr.?
Para calon yang diwajibkan mengenakan kemeja putih waktu itu diminta maju berdua-dua. Di depan Bapa Uskup Agung yang duduk, kami berlutut. Jidatku diolesi minyak krisma dan sah sudah! Aku telah resmi menerima sakramen krisma.
Dimanakah Roh Kudus?
Tapi? kenapa tak ada rasa yang gimana-gimana ya? Yang kurasakan hanyalah, jidatku yang berminyak dan menimbulkan perasaan tak nyaman karena pada dasarnya kulit wajahku memang minyakan.
Lalu dimanakah Roh Kudus itu?
Adakah Ia ada? Atau jangan-jangan karena aku bandel dan badung maka Ia tak turun kepadaku? Kalau ada kenapa tak tampak dalam keluarbiasaan yang kupikirkan?
Roh Kudus, Roh Faktual
Hari ini adalah Hari Raya Pentakosta. Roh Kudus yang dijanjikan turun atas para rasul yang sudah menunggu pemenuhan janji Kristus. Lukas dalam Kisah Para Rasul (2:1 – 11) melukis kedatanganNya seperti suatu bunyi tiupan angin keras dari langit. Lalu Roh Kudus dalam wujud lidah api hinggap pada mereka lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain yang sebelumnya tak pernah mereka kuasai.
Lalu apakah karena aku tak merasakan apa-apa saat Sakramen Krisma dulu lantas berarti aku tak menerima Roh Kudus?
Tentu tidak.
Roh Kudus ada terlepas dari aku merasakanNya atau tidak. Karena rasa itu tergantung pada pribadi sedangkan keberadaan itu adalah hal yang hakiki.
Roh Kudus adalah Roh yang menurut Yesus diturunkan supaya menjadi pengajar bagi kita dan sesama akan kebenaran-kebenaran Tuhan. (lih Yoh 14:26).
Seseorang tak harus merasakan aliran yang berbeda ?grengnya? dalam tubuhnya saat Ia tiba.
Seseorang tak harus merasakan dorongan seperti dalam film-film silat yang membuat si penerima jatuh terkapar.
Seseorang juga tak harus berbicara dalam bahasa yang tak jelas hanya supaya tampak seolah ia sudah menerima Roh Kudus.
Justru,? seseorang yang menerimaNya, ia akan bicara dalam bahasa yang jelas, bahasa yang dimengerti manusia-manusia yang sebelumnya tidak mengerti sama sekali tentang kebenaran Tuhan.
Ia datang bukan untuk hal-hal yang sifatnya sensasional tapi atas hal yang paling faktual: Tuhan mengasihi dan menghendaki kita bertobat untuk menerima hidup kekal daripadaNya melalui pengorbanan Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal.
Selamat merayakan Hari Raya Pentakosta.
Sydney, 10 Juni 2019
0 Komentar