Pada awalnya agak sedikit sulit menuliskan risalah minggu ini.
Bukan karena tak ada bahan tulisan karena sejatinya setiap detik yang digulirkan Tuhan kepada kita adalah bahan tulisan termegah melebihi segala dongeng khayal terindah sekalipun.?Bukan pula karena aku sedang tidak niat menulis karena bagiku menulis adalah kebutuhan.
Persoalannya ada pada ketajaman mata hati.
Tampaknya aku sedang kurang bisa bersyukur terhadap apa yang kuterima. Semuanya terkesan biasa, mengalir begitu saja tanpa bisa kutangkap sebagai suatu ?rasa? seperti biasanya.
Untungnya aku menyadari hal ini cepat-cepat; semacam ?bersyukur karena aku tahu sedang tak bisa bersyukur? dan jadilah tulisan ini.
Minggu ini, laman facebook komunitas alumni De Britto?menghangat.?Terakhir kali suasana panas terakam di sana adalah saat kampanye Pilpres 2014 dulu; saat kami saling adu calon dukungan dan saking kuatnya gesekan, admin saat itu memutuskan untuk membuat laman itu tak bisa diakses selain anggota. Bukannya malu karena tampak kami bermusuhan antar alumni, lebih karena kami takut, kaum ?awam? tak tahu cara kami berdebat dengan kencang dan keras namun tetap bersaudara :)
Nah, mulai minggu ini hingga beberapa minggu ke depan, gesekan, debat, ?asu-asunan? kembali terjadi di sana terkait kampanye pemilihan presiden Ikatan Alumni SMA Kolese De Britto yang baru.
Sayang kalian yang bukan alumni tak bisa menyaksikan ?asu-asunan? kami dan sayang juga buatku tak bisa ikut terlibat dalam debat tersebut padahal aku sudah punya calon yang kudukung untuk menang. Gara-garanya, aku masuk dalam kepanitiaan pilpres sehingga tentu aku diharapkan untuk netral.
Beberapa minggu lagi pilpres akan digelar secara online, bagi yang belum mendaftar, silakan daftar kemari, syaratnya.. ya jelas kamu harus lulusan SMA Kolese De Britto!
***
Di sisi pekerjaan, semuanya baik-baik saja.?Proyek-proyek baru mulai berdatangan dan ini membuat semangatku membubung naik.
Bagiku ini tentu menarik dan patut disyukuri karena bagaimanapun juga bahagia saat sibuk tetap lebih baik ketimbang rasa senang yang muncul saat bermalas-malasan, kan?
Ada rencana untuk meng-hire orang-orang baru minggu depan dan ini lebih membuat menarik lagi karena perkenalan dan bekerja dengan orang baru adalah berarti menambah pengalaman baru pula!
***
Ada kejadian yang amat menyenangkan minggu yang lalu; melakukan video call lewat skype dengan Mama di Klaten.
Dulu sempat aku menawarkan ide ini tapi Mama lalu jatuh sakit dan rencana itu tetap tertanggal sebagai rencana hingga akhirnya terlaksana beberapa hari yang lalu.
Adalah Ayok dan Chitra, adik ipar dan adikku, yang menawari untuk ?skype-an? lagi. ?Daripada kamu nelpon pasti lebih mahal dan lagipula Mama dan juga Eyang pengen banget liat kamu sekeluarga!?
Oh bener juga!
Waktu lalu kami rencanakan, senin malam lalu, sebelum Odlia dan Elodia tidur, kami skype-an!
Senangnya bukan main bisa melihat Mama yang sudah semakin sehat; kuat duduk bahkan sanggup menggendong Geo, keponakanku, anaknya Chitra.
Eyang juga tak kalah excited-nya.
Mantan editor yang kerap kuceritakan di sini dan dulu menjadi sumber inspirasi mula-mula untukku menulis, duduk di samping Mama.

ki-ka: Mama, Mas Kokok (harusnya kupanggil om, dia adik terkecil Mamaku yang sedang berkunjung ke Klaten) dan Eyang
Usianya sudah cukup lanjut, 85 tahun, tapi sehat dan tetap tajam.
Beberapa pertanyaannya kepadaku malam itu, untuk menunjukkan ketajamannya,
?Don, kok rambutmu entek? Opo kowe dadi buthak??
?Ora, Bu (Aku memanggilnya Ibu, coba simak cerita-ceritaku yang lampau kenapa aku memanggilnya Ibu dan bukan Eyang)… Model wae! Luwih penak, ringkes lan ngirit ongkos potong rambut!?
?Don, kok lemu banget? Pipimu luber, gulumu ilang!?
?Ora kok Bu, iki aku lagi klekaran wae? (Lalu aku duduk), lha iki coba? wes ketok rada kuru kan??
Dan yang terakhir,
?Tetep luwih lemu.. mbok digawe rada kuru ben ora gampang kena penyakit. Njajal kowe kirim foto sak keluarga ben aku iso nonton lan menilai??
Ya, itulah Eyang? eh Ibu-ku. Selalu kritis!
Setelah hampir 24 menit kami ?skype-an? dan anak-anak juga sudah mulai mengantuk, kamipun berpamitan dan aku menidurkan anak-anak.
Kami lantas doa malam, Joyce keluar kamar hendak menyiapkan sarapan anak-anak besok pagi di dapur dan aku menemani Odilia dan Elodia?tidur.
Dengan lampu yang telah dipadamkan, aku bertanya pada anak-anakku.
?Odilia.. Elodia.. how was it??
Odilia dan Elodia menjawab, ?Good.. Papa..?
?Kak dan dede’ happy ngeliat Uti? Tyas??
?Yes, Papa!?
Mereka mencium pipiku bertubi-tubi dan aku memeluk keduanya erat-erat? malam itu berlalu dengan hati yang teramat sangat hangat.
Selamat memasuki minggu yang baru, beautiful people!
Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XXV
Pada pesta peringatan Santo Kolumba dan pamposa, Martir dan Santo Eustakius, Martir.
Oh my God, aku sudah menunggu tulisanmu di akhir pekan ini mas. Luar biasa, akhirnya mas bisa kangen-kangenan dengan orang tua di sana. Mas harus bersyukur masih bisa melakukan hal tersebut, aku saja masih tinggal serumah dengan orang tua malah mereka jarang aku perhatikan.
Aku merasa bersalah akan tindakanku tersebut, tulisanmu ini membuatku terpecut bahwa orang tua hanya diberikan Tuhan sekali seumur hidup. Aku akan berusaha dan terus menyayangi mereka. Terima kasih atas risalahnya yang bagus nan luar biasa ini. :)
Kebahagiaan yang tak ternilai masih bisa bercakap dengan orang-orang tercinta walau dari jarak jauh. Semoga keluargamu tetap sehat, Don.
hatiku juga menghangat membacanya :)
Terima kasih sudah berbagi risalahnya mas, mengingatkan saya untuk segera menelpon ibu dan keluarga saya