Risalah Akhir Pekan XXXVII/2015

13 Sep 2015 | Cetusan, Risalah Akhir Pekan

Risalah kali ini hampir semuanya bicara tentang ayah.

Hari minggu lalu (6/9) adalah hari yang diperingati oleh orang-orang Australia sebagai Father?s day, hari ayah!

Sama halnya dengan Mother?s day, peringatannya selalu dijatuhkan pada hari minggu dengan tujuan supaya perayaannya bisa dinikmati dan diikuti seluruh keluarga.

Aku sekeluarga merayakannya dengan makan sebongkah steak ukuran besar yang diolah dengan model medium rare plus daging irisan babi dan telor ceplok setengah mateng di atasnya khas Australia di steak house kesukaanku. Dari sana kami mengakhirinya dengan mengikuti perayaan ekaristi mingguan di gereja dekat rumah.

Oh ya, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Kakak Odilia memberiku hadiah di Father?s day kemarin. Anak-anak di sini,setiap menjelang perayaan Mother?s day dan Father?s day oleh gurunya memang di-encourage untuk membuat bingkisan/kado untuk orang tuanya.

Jika tahun lalu aku mendapat kartu ucapan yang dibuat sendiri oleh Kakak (plus mug Superman ukuran besar dari Joyce dan Elodia), tahun ini Kakak menghadiahiku tak hanya kartu tapi juga gelas yang dihiasinya sendiri.

bingkisan dari anak mbarep, Odilia

bingkisan dari anak mbarep, Odilia

Tahun depan, Elodia tentu juga akan menghadiahiku karena mulai Januari nanti ia pun sudah masuk sekolah bersama-sama dengan kakaknya.

Di antara sekian banyak budaya di Australia, budaya memperingati Father?s day dan Mother?s day adalah salah satu yang paling kusuka. Tahu kenapa? Tradisi ini menguatkan akar keluarga; sesuatu yang menurutku sangat penting dalam rangka menghadapi kehidupan yang makin kompleks di luar sana.

Sepulang dari gereja, berita duka kuterima.
Seorang kawan lama, Andreas yang berdomisili di Pontianak meninggal dunia dalam usia yang masih ?seadik?ku?, 33 tahun. Aku mengenal Andreas saat kami sama-sama berada dalam satu komunitas persekutuan doa dan pernah sangat akrab saat sama-sama mengurus penyelenggaraan Konvensi Nasional Muda-mudi Katolik II di Jogja, 2005 silam.

Entahlah, semakin hari, ketika semakin banyak rekan dan kerabat yang pulang kepada keabadian, aku semakin bisa paham bahwa sejatinya kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri.

Selamat menjalani kehidupan abadi, Ndre? salam untuk Papaku!

Almarhum Andreas duduk di sebelahku. Foto ini diambil setelah acara penutupan Konvenas Muda-mudi II di Yogyakarta, 2005 silam

Almarhum Andreas duduk di sebelahku. Foto ini diambil setelah acara penutupan Konvenas Muda-mudi II di Yogyakarta, 2005 silam

Eh ngomong-omong soal Papaku, tanggal sembilan september adalah hari special bagiku. Jika masih hidup, pada hari itu Papa merayakan ulang tahun yang ke-61.

Oh ya, soal ulang tahun Papa, aku jadi ingat apa yang pernah diceritakan Papa dulu di depan Eyangku, Ibunya.

Semua diawali dari pertanyaanku, begini,??Eyang, kok Papa bisa lahir pas di tanggal bagus, 9-9??

Lalu Eyang tertawa dan menjawab,
?Papamu itu sebenarnya nggak lahir di tanggal sembilan september, Le?? Ia memanggilku ?Le? sama seperti Papa dan Mamaku memanggilku demikian.

?Oh, terus??
?Ayo Dik, crito?o aja ngampet ngguyu ngono iku!? tutur Eyang dalam logat jawa timurnya ke Papa yang tak kuat menahan tawa.

?Hahaha.. bener ngendikane Eyang, Le. Papa kuwi sakjane lahir bukan tanggal sembilan tapi 11 september!?

Kuyakin Chitra bahkan Mama nggak tahu soal ini meski Papa dan Eyang tak merahasiakannya!!

25 Desember 1984

25 Desember 1984

Dua tahun yang lalu, pada tanggal yang sama aku untuk pertama kalinya bekerja di perusahaan yang sekarang.

Jadi, tanggal 9 September 2015, selain ulang tahun alm. Papa yang ke-61 juga adalah adalah anniversary kerjaku yang kedua.

Di tengah himpitan persoalan di kerjaan yang seolah tak kunjung reda, di tengah rasa kecewa yang sempat membubung tinggi, hari itu aku menyempatkan untuk mencari hal-hal yang patut untuk kusyukuri karena bekerja di sini.

Hasilnya? Banyak yang perlu disyukuri!
Mulai dari fasilitas, benefit, gaji yang lebih dari lumayan sampai ke pengakuan akan prestasi kerja dari para recruiter yang sangat sering menghubungiku untuk bertanya apakah aku sedang mencari pekerjaan baru atau tidak.

Tapi di antara sekian banyak rasa syukur itu, syukur yang tak terhingga adalah karena melalui perusahaan inilah Tuhan menyalakan kran rejeki untuk keluargaku. Bagiku, tak ada perasaan yang lebih indah bagi seorang ayah selain ketika letih pulang kerja di malam hari disambut oleh ceria anak-anak dan istri? pada titik itu, engkau akan merasa sangat berguna bagi sesamamu, setidaknya bagi mereka yang mengasihimu apa adanya..

Selamat memasuki minggu yang baru, kawan.
Jangan pernah letih untuk mencintai kehidupan dan bersyukurlah karena tetap dicintai oleh sesamamu dan Tuhanmu.

Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XXIV
Pada pesta peringatan Santo Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. Motivasi orang untuk berbuat yang terbaik memang untuk anak dan istri. Segala letih hilang tatkala mendapatkan senyuman di rumah saat pulang.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.