• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Risalah Akhir Pekan XXXVI/2015

6 September 2015 1 Komentar

Ada begitu banyak hal baik terjadi minggu lalu.

Satu di antaranya adalah aku mendapat foto Mama secara tak sengaja dari grup whatsapp keluarga besar Klaten.

Teman, di balik tampangku yang kata beberapa kawan cukup sangar seperti tampak di foto bawah ini, sebenarnya ada beberapa tepian hatiku yang menampakkan ke-chicken-anku dan salah satunya akan kuceritakan di sini dan terkait foto tersebut.

Sejak pulang ke Indonesia terkait kondisi Mama yang kritis, Maret 2015 silam, pada hari-hari tertentu aku selalu menelponnya untuk sekadar menanyakan kabar dan menghibur dalam sakit yang dideritanya.

Chitra, adikku, tak lama setelah kepulanganku ke Sydney waktu itu memang mengabarkan bahwa keadaan Mama diluar dugaan membaik padahal waktu itu, bahkan aku dan dia sudah mencoba realistis dan berunding bagaimana jika hal terburuk pada Mama datang?

Tapi meskipun membaik, setiap menelponnya aku tak pernah berani bertanya hal-hal yang terkait dengan kesehatan semisal, ?Gimana rasanya sekarang, Ma?? atau ?Sakit, Ma??

Aku lebih memilih untuk bertanya hal-hal general seperti sudah makan apa belum, acara televisi yang ia tonton, perkembangan Geo keponakanku, gosip-gosip tetangga sebelah rumah? dan di akhir telepon aku selalu bilang, ?Aku doakan Mama setiap hari??

Nah, apalagi buat minta kiriman foto Mama dari Chitra?! Aku tak sampai hati dan takut kalau-kalau penggambaranku tentang keadaan Mama yang dilaporkan ?membaik? itu tak selaras dengan kenyataan.

Makanya, momen dimana Chitra mengunggah foto Mama di grup dan kudapati betapa Mama tampak jauh lebih segar bahkan bisa duduk di kursi adalah momen yang sangat membahagiakan.

Foto itu segera ku-share di Facebook dan mendapat begitu banyak tanggapan positif dari kawan-kawan. Bagiku, sama seperti yang kutulis dalam Lazarus, tanggapan-tanggapan itu meski hanya sekadar ?like? tak ubahnya adalah doa untuk Mamaku.

 

***

Tulisan Risalah Akhir Pekan XXXV yang memuat sekelumit tentang Natalia Dewiyani dibaca olehnya dan dimuat di laman Facebook yang dikelola Natalia, Laughters with Cancer.

Bagiku ini adalah hal baik lainnya. Bukan soal dimuatnya, tapi soal pemenuhan janjiku kepada Natalia untuk mengabarkan perjuangannya ke penjuru dunia melalui blog ini. Oh ya, kalau kalian mau tahu siapa Natalia, coba baca risalahku minggu lalu atau bisa langsung berkunjung ke lamannya. Ia adalah sosok special yang terlalu sayang untuk dilewatkan seperti kita melewatkan berita-berita basi di wall Facebook kita.

***

Jariku yang luka juga sudah membaik meski masih tampak agak sedikit menggelembung. Tapi sabtu kemarin saat latihan musik untuk acara persekutuan doa minggu depan, ia sudah bisa kupakai untuk bermain gitar. Wah, senangku bukan main padahal saat sedang sakit-sakitnya minggu lalu, hal ini sampai terbawa mimpi dan dalam mimpi itu aku bertemu dokter yang dengan tampang dinginnya berkata bahwa jariku harus diamputasi!

Jadi?. fiuhhhhhh?. hal kurang baik apa lagi yang layak kudustakan dan tak kusebarluaskan pada kalian?

***

Minggu lalu ada juga momen ?Eureka? ala Archimedes yang menurutku jadi inti dari risalah ini.

Akhir-akhir ini di Facebook beredar video sulap kartu yang pusaran viralnya lumayan tinggi. Sekali nyoba sekian minggu lalu; sempat penasaran ?Kok bisa beneran hilang kartunya?? tapi karena tak kunjung menemukan rahasianya, aku memutuskan untuk tak mencobanya lagi. Patah arang.

Oh ya, yang belum nyoba bisa klik video di bawah ini.

Tapi kamis malam lalu, saat pulang kantor, iseng di atas bis aku nyoba lagi dan tak terduga sampailah aku pada momen ?Eureka!? itu tadi.

Ternyata rahasia permainannya sangat sederhana. Apapun kartu yang dipilih, tak satupun kartu pada kesempatan pertama dimunculkan lagi pada kesempatan kedua.

Kunci dari sulap kartu tersebut adalah pada perintah untuk memilih satu kartu saja. Kenapa? Karena dengan demikian, fokus kita pun hanya tertuju pada kartu yang kita pilih.

Malam itu, aku memilih untuk membelot dari perintah lalu memilih dua kartu sekaligus dan?. kedua kartu itupun hilang! Permainan kuulang lagi dan kupilih tiga kartu sekaligus? dan hilang juga! Hingga akhirnya kupilih semua kartu yang ada dan semua kartu juga hilang tergantikan oleh kartu lain!

Perjalanan Kamis malam dari kantor ke stasiun dekat rumah yang jarak tempuhnya hanya sekitar lima belas menit itu jadi terasa sangat panjang karena penemuan rahasia permainan itu itu menjatuhkanku dalam permenungan.

Ketika kita terlampau fokus pada satu hal, imbas langsungnya adalah kita tak terlampau peduli pada hal-hal yang tak kita jadikan perhatian.

Misalnya dalam dunia kerja, saking nafsunya kita mengejar jabatan, kita tak peduli pada apa yang terjadi dengan keutuhan tim. Pokoknya? Kejar! Kejar! Kejar!

Tapi ketika jabatan yang kita kejar pun tak tercapai, kita merasa letih dan sendirian, tak berguna, dan kecewa yang seolah tak berkesudahan!

Padahal, kalau kita mau agak sedikit menarik diri ke belakang untuk mendapatkan angle pandangan yang lebih luas, kita tahu bahwa kita sejatinya tak sendirian. Ada hal-hal lain yang bahkan lebih buruk terjadi menimpa kawan ?seperjalanan? kita. Hal ini sebenarnya nggak berpengaruh langsung pada gagal/berhasilnya kita. Tetapi secara moral, kita terangkat kembali karena sadar bahwa kita ini sejatinya tak pernah sendirian.

Duh, terlalu dalam ya?
Ok deh, selamat menyambut minggu yang baru, Kawan! tetaplah fokus pada hal yang harus dicermati tapi ketika gagal atau belum berhasil, coba mundur sejenak dan ambil jarak lalu lihat ke sekelilingmu dan pastikan bahwa kesendirian yang kamu rasakan mula-mula itu sebenarnya hanyalah ilusi perasaanmu saja karena sejatinya kita tak pernah sendirian!

Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XXIII
Pada pesta peringatan Beato Thomas Tzugi, dkk, martir

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan, Risalah Akhir Pekan

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. Alris mengatakan

    7 September 2015 pada 1:09 am

    Kita gak pernah sendirian. Saya suka itu.
    Kalo sendirian betapa mengerikan.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT