Risalah Akhir Pekan XXXIV/2017

30 Agu 2017 | Risalah Akhir Pekan

Nonton konser, DV?
Iya!
Konser apa?
Richie Kotzen.
???

Yup! Jumat minggu lalu, seorang diri aku menonton konser Richie Kotzen. Banyak kawan tak tahu siapa dia termasuk satu kawan akrabku yang bertanya via WAG seperti di atas.

Richie memang setahuku tidak pernah ada di garis terdepan peredaran musik ‘mainstream’ dunia. Tak seperti Richie Sambora, Lionel Richie bahkan mungkin kawanku yang menanyakan tadi lebih tahu almarhum Richie Ricardo daripada Richie Kotzen.

Aku mengenal Richie Kotzen sejak ia menjadi gitaris pengganti CC DeVille di Poison awal tahun 90an, sesudahnya bergabung dengan Mr. Big menggantikan Paul Gilbert dan akhirnya membentuk band bersama Billy Sheehan (Mr Big) dan Mike Portnoy (ex. Dream Theater) bernama The Winery Dogs sebelum akhirnya melanjutkan karir solonya.

Sejujurnya, di The Winery Dogs-lah aku jatuh cinta padanya, seorang yang tak hanya maestro gitar tapi juga piawai dalam bernyanyi dan mencipta lagu. Di Mr. Big, aku lebih memilih mendengarkan Paul Gilbert sedangkan Poison? Aku tak pernah menyukai band tersebut.

Konsernya sendiri diadakan di Theatre Factory yang lagi-lagi ketika aku ceritakan pada seorang kawan di Sydney, ia mengernyitkan dahi, “Where is that?” Theatre Factory adalah tempat konser kecil non-mainstream terletak di Marrickville yang juga baru kutahu keberadaannya saat memesan tiket konser Richie.

Tempatnya cozy, mengingatkanku pada tempat-tempat nongkrong di Jogja dulu. Dikelola oleh orang-orang lokal, dan dari papan pengumuman yang dipajang di depat kedai bir, kuketahui tempat itu sering dipakai untuk pertunjukan tak hanya musik tapi juga teater dan exhibition indie lainnya.

Tapi sejujurnya dari ketidaktenaran Richie di telinga kita dan ketidaktahuan kawanku akan Theatre Factory karena bukan tempat mainstream, aku justru menikmati pertunjukan itu lebih dari beberapa konser yang pernah kudatangi sebelumnya.

Band pembuka pertama... lupa namanya :)

Band pembuka pertama… lupa namanya :)

Band pembuka kedua... lagi-lagi lupa namanya :)

Band pembuka kedua… lagi-lagi lupa namanya :)

Ada rasa intim, hubungan yang erat antara musisi dan penonton. Richie dan team bermain amat bebas dan leluasa, tak takut pada salah dan tak anti cela. Petugas keamanan yang biasanya tersebar di banyak konser pun tak ada, jarak pembatas panggung dan penonton pun nihil. Aku yang berdiri di baris terdepan bisa benar-benar menyandarkan tubuh ke panggung dan merasakan interaksi yang hangat dengan para musisi termasuk Richie.

Richie Kotzen, berbaju putih

Richie Kotzen, berbaju putih

Konser yang dimulai sejak pukul tujuh malam dan didahului oleh dua grup sebelumnya itu berakhir tepat pukul 11 malam. Di tengah suhu yang kian menggigil dingin di awal akhir pekan, aku pulang ke rumah dan alunan musik Richie yang baru kusaksikan kuperdengarkan di telinga berulang-ulang, menghangatkan.

Selamat menjalani minggu yang baru.

Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XX!, pada Santa Monika.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.