Risalah Akhir Pekan XXXIV/2016

22 Agu 2016 | Risalah Akhir Pekan

Minggu lalu adalah salah satu minggu menyenangkan.

Sebuah bisul yang berumur lebih dari enam bulan bernama DeBrittoNet?pecah!

Akhirnya salah satu situs web paguyuban alumni institusi pendidikan tertua di Indonesia itu hidup kembali, bergulir kembali ditebari konten-konten baru dari orang-orang baru.

Sebuah bisul lain pecah! Misteri dibalik cerita kenapa DBBC.Space tak dirilis pada sebuah acara Februari silam terungkap! Sebuah alasan menjijikkan kudapat… Amat menjijikkan dan saking menjijikkannya aku memutuskan untuk menutup DBBC.Space. Aku tak pernah menyesali kelahiran situs ini karena sejak awal mula memiliki tujuan tulus: mengumpulkan blogger alumni De Britto dalam suatu wadah. Namun karena menghidupkan terus situs itu adalah sama saja dengan mengingatkanku pada hal-hal yang menjijikkan tadi, aku akhirnya memutuskan untuk menutupnya saja! Jijik!

Lalu apa yang akan kulakukan selanjutnya?
Aku melanjutkan mendampingi Haryo Bimo Utomo dan kawan-kawan dalam mengelola situs web debrittonet meski perhatian utama kutujukan pada pembangunan database alumni yang juga adalah bisul lainnya yang harus pecah secepat mungkin!

Banyak masukan positif terkait berhasilnya rilis DeBrittoNet dan hal itu tak membuatku gelap mata larut dalam euforia maupun kesombongan diri.

Bangga sih ada dan jangan campuradukkan terlalu cepat antara bangga ke dalam sombong. Karena, meski berhimpitan, bangga belum tentu sombong meski sombong bisa jadi karena terlalu membanggakan diri!

Tapi yang unik dan hendak kuceritakan di sini adalah, di beberapa sudut percakapan di grup WhatsApp, ada orang yang melucu hendak mengangkatku menjadi presiden paguyuban alumni pada periode mendatang, 2019.

“DV for JB2019!”

Aku hanya tertawa… Kali ini jangankan sombong, bangga pun tidak terbit sama sekali dari kantung hati.

Tapi tak ada yang lebih seru dari menanggapi, maka kusambut hal tersebut dengan jawaban tangkas, “Dukung aku jadi presiden maka setelah terpilih, hal pertama yang akan kulakukan adalah membubarkan paguyuban saat itu juga!”

Kami tertawa dan beruntung kami tak saling tatap muka karena ketika aku berkata demikian aku bicara dengan amat serius :)

Bagiku, sebuah paguyuban alumni tak kan lebih berarti kecuali ia dipergunakan untuk menjaga rasa kangen-kangenan pada almamater, mengudar rasa persahabatan dengan kawan-kawan lama supaya tidak kadaluwarsa meski sebenarnya omongan kami sudah beda dibanding saat kami dulu sebangku sesekolahan…

Jadi ketika paguyuban tak memfasilitasi hal-hal tersebut selayaknya ia dibubarkan. Terlebih ketika paguyuban dibawa ke dalam ranah yang lebih serius dan terlalu serius, ia malah jadi rentan dengan politik.

Tak semua jalan berpolitik itu buruk tapi jarang ada proses politik yang tidak melibatkan tipu daya, atur-mengatur strategi tersembunyi dan hingga yang paling memedihkan, makan-memakan antar kawan lama yang katanya sahabat sebangku sekelas dan sesekolahan…

Jadi, duduk di kursi kepengurusan? Thanks but no thanks!?Lebih baik bagiku untuk berposisi seperti sekarang ini. Lepas bebas membantu kanan-kiri selagi bisa dan selagi mampu serta diberi waktu.

Menyumbang dengan kompetensi yang dipelajari sejak dari duduk di bangku sekolah yang kita bantu, bukannya membantu dengan bersilat lidah tapi ongkang-ongkang kaki! Pura-pura dukung sana dan dukung sini, manis di wajah tapi di belakang selintat-selintut kayak entut! Kamu.. ya kamu, menjijikkan sekali!

Selamat memasuki minggu yang baru, semoga tidak menjijikkan!

Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XXI, pada pesta nama Santo Paus Pius X, Paus dan Pengaku Iman

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.