Risalah Akhir Pekan XXXIII/2016

15 Agu 2016 | Risalah Akhir Pekan

Aku ngeblog sejak 2002, sebagian besar orang sudah tahu hal itu.

Rentang waktu yang lama? Orang juga merasa demikian, meski terkadang aku merasa selang waktu sejak 2002 hingga sekarang belumlah terlalu lama. Seperti baru kemarin sore saja!

Tapi minggu lalu, tiba-tiba aku merasa “O Goshhh! Bener juga kata mereka! Aku memang sudah terlampau lama menggeluti dunia blog. It’s been 14 years!!!”

Dan pemicunya adalah karena aku bertemu dengan kawan lamaku, pasangan Marcellino dan Marlene yang datang bersama anaknya, Aldo, ke Sydney jumat pekan lalu dalam perjalanan singgah liburannya.

Aku mengenal mereka sejak 2003 dan pertemuan terakhir kami sebelum Jumat kemarin ya di tahun itu saat aku dan kawan-kawan mengadakan Gathering Nasional BLogBugs (komunitas blogger Indonesia masa lampau) di Kaliurang, Yogyakarta.

Saat itu Marlene yang ngeblog juga datang sebagai peserta lalu mengajak Nino yang waktu itu adalah pacarnya.

Jumat kemarin mereka datang dan aku menemuinya di Circular Quay barang setengah jam, menyeruput kopi bersama-sama di akhir hari yang begitu cerah lalu pergi berpisah arah di kereta; aku pulang ke rumah dan mereka lanjut ke bandara untuk mengambil pesawat malam harinya menuju ke New Zealand untuk berlibur.

Adapun menjumpai teman lama kadang memang membingungkan apalagi untuk orang-orang yang selama ini tak pernah berkabar seperti aku, Marlene dan Nino. Bahan omongan tak lebih dari orang-orang yang dulu kami kenal yang mungkin sekarang pun juga sudah jauh berubah, seperti halnya perubahan yang kita hadapi sehari-hari.

“Eh si itu gimana kabarnya? Masih nyebelin?”

Atau, “Wah asyik ya dulu di Kaliurang, aku masih ingat kamu dulu begini-begitu…”

Tapi justru dari bahan omongan kadaluwarsa yang berusia lebih dari tiga belas tahun lalu itu aku seperti dipaparkan pada kenyataan bahwa ternyata sudah lama kami tak bersua, 13 tahun. Marlene sudah tidak menjadi blogger lagi dan banyak orang yang kami bicarakan dalam pertemuan singkat itu sudah bukan blogger lagi… tapi aku masih tak bosan-bosannya menjadi blogger hingga saat ini.

Aku bisa membayangkan, apabila Marlene dan Nino bertemu dengan seorang lain yang juga tak pernah mereka temui sejak terakhir kali bertemu tahun 2003, dan mereka membicarakan seorang DV yang dulu lebih dikenal sebagai Donny Verdian, setidaknya mereka akan bilang “Si DV? Oh, tempo hari kami bertemu dengannya di Sydney dan dia masih ngeblog!” Bukankah itu terdengar mengagumkan? Hahahahaha!

Risalah Akhir Pekan

Nino, Aku, Aldo dan Alen

***

Ada satu kejadian yang kualami pekan lalu yang membuat sekujur pekan aku sangat rindu pada sosok Mama (dan Papa).

Satu sore aku jalan-jalan dengan Joyce dan anak-anak lalu kami berhenti di sebuah kafe untuk ngopi dan anak-anak menyeruput coklat hangat di suhu udara yang cukup dingin waktu itu.

Tak berapa lama kemudian, sepasang suami-istri dengan anak-anaknya yang kira-kira berusia sama dengan Odilia dan Elodia datang mengantri. Lalu seorang ibu-ibu tua menghampiri mereka, rupanya ibu itu adalah ibu si suami yang usai berbelanja lantas janjian bertemu di situ untuk ngopi bersama lalu mungkin juga pulang bersama.

Hal yang lantas kutahu, mereka adalah orang Indonesia karena menggunakan Bahasa Indonesia lengkap dengan logat jawa-nya yang kental.

Tiba-tiba, di titik itu, aku ingat Mama.
Pikiranku melanglang ke masa lampau saat Mama masih ada. Timbul sedih meski bukan sesal kenapa aku belum sempat membahagiakannya (dan Papa) tapi mereka sudah berpulang dalam keabadian untuk selamanya.

Beberapa lama aku mengamati mereka di depanku dengan gumpalan rasa yang campur baur dan rasa itu tak hilang hingga beberapa hari sesudahnya Chitra, adikku, mengabarkan hal yang menyenangkan meski tetap mengharukan mengingat Mama dan Papa.

Adik semata wayangku itu bercerita bahwa kawan SMA-nya mimpi bertemu Papa dan Mama. Ia, namanya Avri, kalau ingat namanya aku rasanya masih ingat dia juga karena dulu karib adikku, bercerita bahwa dalam mimpi ia datang ke rumah Chitra (rumah kami di Klaten sana) lalu bertemu Mama dan Papa.

“Anehnya kok rumahmu ada kolam renangnya di kebun belakang ya, Chit? Tapi mereka bahagia banget!”

Ketika Chitra menceritakan hal itu, mataku sebak, berkaca-kaca. Aku menganggap apa yang diterima Avri dalam mimpi adalah pesan yang disampaikan padaku dan Chitra, anak-anak Mama dan Papa. Seumur hingga sekarang, sejak Papa dan Mama meninggal, belum sekalipun aku pernah didatangi lewat mimpi oleh mereka dan mendengar cerita itu amat menghangatkan hati.

Keluarga orang tuaku memang hidup sederhana meski pernah pula merasakan hidup makmur sebelum akhirnya kami jatuh pada 1997 yang lampau.

Di kebun belakang rumah di Klaten sana, kami hanya punya kebon sempit yang ditumbuhi pisang dan mangga yang buahnya manis dan lebat setiap musim panen tiba. Apa yang dikatakan Avri kuartikan sebagai hal bahwa meski di dunia fana ini Papa dan Mama tak berkesempatan memiliki rumah ber-kolam renang, tapi di alam abadi, aku bersyukur mereka sudah punya kolam renang di kebun belakangnya.

Semoga Papa bisa mencari celana renang yang pas untuk tubuh langsingnya dan Mama mendapatkan bikini yang pas juga untuknya nyebur dan berleha-leha di kolam renangnya.?Tak lupa juga semoga mereka bisa sering-sering ngundang orang-orang untuk mengadakan pesta barbeque di pinggir kolam di belakang rumah mereka sambil menikmati alunan musik lenso yang melenakan di alam yang pnuh tawa dan bahagia di sana…

Selamat memasuki minggu yang baru.

Dipublikasikan pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga,?pada pesta nama Santo Maximilian Kolbe, Martir

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.