Nggak terasa sudah masuk minggu ke-30 tahun ini dan cuaca hangat menghiasi hampir sekujur seminggu kemarin.
Kalau minggu sebelumnya suhu di pagi hari selalu dibawah 5 derajat celcius, sejak Senin hingga Jumat minggu lalu, suhu di pagi hari minimal 12 derajat dan siang bahkan mencapai 26 derajat celcius.
Ini bukan penanda berakhirnya musim dingin tapi lebih sebagai anomali yang memang kerap terjadi akhir-akhir ini (jadi sebenarnya bukan anomali ya hahahaha…). Dan benar saja, tadi pagi (Minggu) suhu mendingin hingga enam derajat dan siang hari hanya sembilan derajat plus berangin kencang.
***
Minggu kemarin aku lagi senang-senangnya otak-atik beberapa aplikasi video editing di iPhone-ku.
Aku memang sedang mencari format dan ?mood? terbaik untuk melanjutkan rencana awal tahun ini yaitu Cangkeman Wagen; sebuah kategori di blog ini yang berwujud video.
Kategori itu terbengkalai entah karena apa, tapi kini aku punya niat untuk melanjutkannya. Lumayan kan daripada tidak disentuh sama sekali.
Berikut adalah beberapa percobaan-percobaan yang kuhasilkan…
A video posted by DV (@dv77) on Jul 21, 2016 at 7:29pm PDT
Hal yang juga ?mencerahkan? minggu lalu adalah, aku menambah koleksi topiku hahahaha!
Sekitar dua minggu lalu, melalui email, aku mendapatkan email promosi dari Kathmandu, brand produk-produk petualangan (outdoor) Australia.
Nah, salah satu produk yang paling menarik adalah topi yang dilengkapi penutup telinga (earflap) yang memang sudah kuimpikan sejak lama.
Style-nya pun adalah style topi yang memang sedang kuinginkan, military hat.
Senin lalu aku mendatangi outlet Kathmandu di dekat kantor lalu membeli topi itu dengan harga diskon 40% off!
Ini topinya?
Dikenakan sangat hangat di kepala karena lapisan dalam topi terbuat dari bulu imitasi seperti tampak pada ear flapnya.
Cara mengenakannya? Jadi ketika hawa dingin, bagian penutup telinga itu tinggal dibuka dari lipatan dan menutupi telinga.
Seperti topi ?Jepang?? Yup tapi penutupnya lebih pendek saja.
***
Sebuah foto indah menutup minggu sore yang dingin.?Adalah Mas Manda, sepupuku yang nge-tag aku di photo yang ia unggah melalui Facebook.?Foto kedua eyangku, orang tua almarhum Papa saat mereka muda, R. Slamet dan istrinya, Iting.
Eyang Slamet meninggal sejak awal 70an sedangkan Eyang Slamet Putri (Eyang Iting) masih hidup di Blitar sana. Perhatikan cara Eyang Slamet berpakaian?
Yup! Sebagai seorang santri NO (Nahdlatul Oelama – sekarang jadi NU), Eyang akrab dengan kopiah, jas dan sarung, sesuatu yang kini digalakkan di era pemerintahan Jokowi.
Entah, tapi foto itu kembali mendekatkanku pada kenangan akan Papa yang meninggal lima tahun silam.
Menurut kalian, apakah wajah Eyang Slamet mirip denganku?
Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XVII,
pada pesta nama Santo Kristoforus, Martir dan Santa Kristina, Perawan dan Martir
0 Komentar