Sabtu kemarin, Kakak (Odilia) dan Dede (Elodia) bersama rombongan kelas ballet-nya mengadakan ballet performance.
Ini adalah kali pertama, kedua anakku itu mengenal panggung dan seperti yang sudah diberitahukan oleh guru balletnya bahwa penampilan pertama anak-anak itu akan seperti apa, Kakak dan Dede hanya diam, melongo melihat audiense, tak tahu apa yang harus diperbuat di atas panggung.
Aku dan Joyce kontan tertawa melihat semuanya, demikian juga penonton lain yang adalah para orang tua dan kerabat dari para peserta kelas ballet yang juga dijadwalkan berada di panggung malam itu.
Aku bersyukur bisa membesarkan kedua anakku dalam atmosfir yang tidak terlalu kompetitif seperti yang kurasai dulu.
Bukannya aku menyalahkan kedua orang tuaku tapi dulu kalau aku berada di panggung dan diam saja seperti mereka, sorot mata Mama yang tajam sudah menelanjangiku dan raut Papa yang menunjukkan rasa tak senang seolah menjadi juri dan wakil dari perasaan keseluruhan penampilanku malam itu.
Turun dari panggung, aku langsung diceramahi mereka,
“Kok kamu mung meneng wae tho, Le? (Kok kamu tadi diam saja sih, Nak?)”
“Lihat yang lainnya, semua beraksi, masa kamu diam saja? Ngisin-isini! (Malu-maluin)”
Tapi aku bisa mahfum kenapa kedua orang tuaku berbuat seperti itu dulu. Karena budaya di sekelilingnya memang menghendaki setiap anak harus jadi nomer satu!
Mungkin hal itu juga yang akhirnya membuat aku selalu berpikir bahwa hidup ini adalah kompetisi. ?Hidup bagai pertandingan sepakbola, atur strategi, mengalahkan atau dikalahkan! Tak ada perhitungan imbang atau draw karena itu hanya akan membuat pertarungan jadi lebih lama dan kita bisa kehilangan energi dan akhirnya dikalahkan!
Alhasil, aku menilai orang lain hanya berdasarkan dua perhitungan sederhana nan kasar: kawan atau lawan.?Kalau lawan ya kita lawan! Kalau kawan ya kita jadikan kawan! Tapi jangan mau dibuai, tetap waspada dan tentukan apakah ia tetap jadi kawan atau sudah layak kita lawan?! Begitu terus-menerus…
Capek? Menyiksa!
Aku jadi merasa tak pernah punya waktu istirahat untuk selalu waspada (dan curiga)
Tapi hal itu juga menguntungkanku.
Kenapa? Karena aku merasa perlu untuk waspada (dan curiga) setiap saat hahaha…
Hidup bagiku sejatinya memang selalu harus demikian, waspada dalam arti sebenar-benarnya (OK, aku akan belajar untuk tidak selalu curiga!)?Kita tidak pernah tahu seperti apa tikungan-tikungan hidup di depan, kan?
Seperti halnya Kamis malam lalu, menjelang tidur, sebuah email kuterima dari pimpinan perusahaan tempatku bekerja. Dari ‘tone’-nya, kabar kali itu berbeda dengan kabar-kabar lain yang biasa kuterima darinya. Ia tak mengirimkannya padaku tapi pada seluruh pegawai.
Malam itu, otakku berpikir.
Dari pengalamanku berpindah-pindah kerja, ini bukan kabar yang biasa meski masih terlalu dini juga untuk mengklasifikasikan kabar itu sebagai satu masalah.
Paginya ketika aku tanya kawan kerjaku yang lain, ternyata aku tak sendirin. Ada beberapa kawan lain yang juga merasakan hal yang sama terkait perbedaan tone dalam email semalam.
Hal ini terus terang cukup membuatku pusing. Bukan pusing karena takut, tapi pusing karena aku sebenarnya sedang ada dalam posisi ‘mager’ alias malas gerak. Lagi belum ingin berpikir untuk pindah kerja lagi karena baru dua bulan aku di sini (Meski dulu pernah aku hanya bekerja dua minggu di sebuah perusahaan baru hingga akhirnya aku mendapat tawaran yang lebih menggiurkan dan aku cabut dari situ).
Tapi ya sudah, seperti halnya Anak Manusia tak punya tempat (dan waktu) untuk meletakkan kepalaNya, demikian pula denganku, manusia kecil nan lemah tapi tak ingin berhenti untuk waspada… aku tak punya waktu untuk beristirahat barang sejenak.
Ibarat perahu, aku harus mengembangkan layar meski sauh masih terpasang supaya sekalinya masalah benar-benar muncul, sebelum mereka membongkar paksa sauhku, akan cepat-cepat kunaikkan terlebih dahulu lalu berlayar mencari tempat baru lagi.
Tuhan berkati kalian di minggu yang baru ini!
Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XIV pada pesta nama Santo Thomas, Rasul, Santo Helidorus, Uskup, Santo Horst atau Horestes, Martir
lha… baru mulai nfy koq udah “allegedly” pemotongan ?
Nggak… eh belum barangkali… hahahahah… dunno.. just enjoy the show :)