Risalah Akhir Pekan XXIII/2016

5 Jun 2016 | Risalah Akhir Pekan

Hingga tulisan ini kurawi, hujan yang mengguyur Australia Timur sejak kemarin masih berlangsung.

Di beberapa tempat tak jauh dari rumah, air menggenang, banjir. Di tempat-tempat lain, ketinggian airnya membuat pemerintah memaksa penduduk untuk dievakuasi.

Risalah Akhir Pekan

Keadaan Sydney hari ini. Foto diambil dari Getty Image

Orang-orang disarankan untuk tidak bepergian karena derasnya arus angin seolah menjadi partner in crime bagi guyuran hujan, berpeluang mencelakakan para pengendara.

Public transport pun ditutup seharian.

Alhasil, hari minggu ini aku grounded di rumah, tak kemana-mana, lebih tepatnya tak bisa kemana-mana?

Perilaku alam memang mencengangkan. Meski sejak kamis kami memang sudah diwanti-wanti melalui media oleh pemerintah bahwa cuaca akan sangat buruk di akhir pekan, tapi secanggih-canggihnya teknologi ramal-meramal, ia tak bisa menyampaikan akan seburuk apa dan seperti apa rasanya sebelum benar-benar kejadian.

Demikian juga dengan pekerjaan.

Meski ada kawan yang meramalkan bahwa kerja jadi konsultan yang dipindah-pindahkan dari satu klien ke klien lain itu nggak gampang, tapi aku tak bisa mendapatkan rasa ketidakgampangannya itu sebagaimana parahnya.

Alih-alih kesulitan, Puji Tuhan aku justru dimudahkan ketika dikirim oleh perusahaan ke satu kliennya yang adalah sebuah investment bank terkemuka di Australia.

Tak disengaja yang membuat segalanya ringan adalah karena orang yang duduk satu meja denganku adalah orang yang pernah bekerja sama di perusahaan tempatku bekerja sekitar lima tahun silam.

Asyiknya lagi, orang itu adalah salah satu klien yang pernah memberikan testimoni bagus terhadapku.

Bertemu dengannya dalam suasana yang masih canggung adalah ice breaker yang sangat jitu. Orang-orang di sekelilingku yang adalah klienku (dia juga termasuk klienku) pun terheran ?O Gosh? whatta small world! You know each other!?

Setelahnya suasana mencair dan hubunganku dengan para klien di kantor yang megah itu pun jadi hangat.

Adapun kantor klienku itu memang benar-benar megah. Ia berada di area elit di pusat kota Sydney, Martin Place namanya.

Bangunan-bangunan yang terletak di sana adalah bangunan tua nan kokoh, dengan ornamen-ornamen aseli khas kerajaan Inggris yang masih terjaga utuh.

Risalah Akhir Pekan

Martin Place. Kayak di luar negeri ya? :)

Ada sebuah jam besar jam di atap salah satu gedung yang setiap jam selalu berdentang loncengnya sementara jalanan di depannya tak boleh dilewati kendaraan jadi praktis hanya orang berlalu lalang berjalan kaki dengan sesekali polisi hilir mudik menggunakan kuda-kuda kekar.

Tak jauh dari kantor itu adalah Lindt Cafe. Kalian mungkin lupa, tapi cafe itu di penghujung tahun 2014 silam amat terkenal dengan kasus terorisme dimana seorang migran asal Iran menyandera 18 orang selama 17 jam sebelum akhirnya dilumpuhkan oleh pihak kepolisian.

Tiga orang, termasuk si pelaku teror kehilangan nyawa, beberapa korban luka tembak dan puluhan lain, termasuk para polisi yang bertugas sejak pagi, mengalami kelelahan fisik dan mental.

Lindt Cafe, beberapa bulan sejak peristiwa itu telah dibuka kembali dan ramainya kembali seperti sedia kala. Nah, beberapa kali setiap pagi minggu lalu aku membeli kopi di sana.

Ada perasaan serem juga masuk ke gedungnya. Bukan serem yang ?gimana? tapi lebih ke ?Wow, aku berdiri di tempat yang dua tahun lalu terjadi peristiwa teror yang menyeramkan dan diakhiri dengan serangan dahsyat para polisi pada pagi dinihari.?

Tapi perasaan itu tak lama-lama kubiarkan berada di dalam hati. Bukannya kenapa-kenapa, tapi melihat bagaimana orang-orang yang menikmati sarapan di Lindt Cafe, mereka seolah telah melupakan apa yang pernah terjadi di tempat yang mereka duduki, di tempat yang mereka tempati.

Barangkali memang harusnya demikian.
Aku angkat topi untuk usaha pemerintah Australia yang tak memberi ruang sedikitpun untuk membangun monumen atau apapun di situ. Padahal kalau mau, tentu mereka bisa membuat satu ?tetenger?, satu pengingat tentang apa yang terjadi di sana waktu itu.

Semua dibiarkan berdiri dan mengalir seperti sedia kala dan kupikir memang itu adalah hal terbaik yang bisa dilakukan untuk melawan terorisme, menganggap mereka tak pernah bisa besar karena sejatinya mereka kecil meski suatu waktu di masa silam, ia pernah melukai perasaan kita semua.

Risalah Akhir Pekan

Aku di depan Lindt Cafe. Di pintu itu para polisi menyerang teroris

Selamat memasuki minggu yang baru.

Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa X pada pesta nama Santo Bonifasius, Uskup dan Martir, Santo Ferdinandus Constante, Martir

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.