Risalah Akhir Pekan XX/2017

22 Mei 2017 | Risalah Akhir Pekan

Terlalu sibuk memikirkan Ahok dan polemik berkepanjangan tentang Willis Canteen, malam minggu kemarin aku baru sadar bahwa Chris Cornell telah pergi, sebenar-benarnya pergi! Aku dengar berita itu sejak hari kematiannya tapi sadarnya ya baru malam minggu kemarin itu!

Ia ditemukan tak bernyawa pada 17 Mei 2017 di kamar hotel beberapa jam setelah konser Soundgarden digelar di Fox Theatre di Detroit sana.

Chris adalah punggawa Soundgarden dan Audioslaves, vokalis ber-timbre cowok yang tidak gahar dan tidak pula melengking, pokoknya serba pas dan bukankah pas itu adalah takaran yang paling sulit ditemukan dewasa ini?

Kematiannya melengkapi kepergian banyak vokalis keren cowok seperti David Bowie, Prince, Kurt Cobain, Michael Hutchence, George Michael, Robin Gibbs, Michael Jackson… ada lagi?

Don! Tommy Page, Don?
Awww…..okey :)

Kematian Chris Cornell yang ditengarai karena bunuh diri sebagai buntut depresi yang dideritanya ini membuatku berpikir lantas sejatinya standard hidup seperti apa yang membuat kita bahagia?

Dua tahun lalu, aku dan istriku pernah ikut sesi pengenalan dunia sekolah bagi Odilia, anak pertamaku.

Dalam sesi itu, pihak sekolah menjelaskan bagaimana prediksi keadaan dunia saat Odilia dan kawan-kawan seangkatannya berstudi. Salah satu yang hendak kushare di sini adalah kenyataan bahwa pada 2020 nanti, dunia akan mengalami masalah kesehatan mental besar bernama depresi!

Ya! Depresi adalah ancaman nyata, Chris Cornell dan dulu Kurt Cobain adalah korbannya. Kalau selama ini kita terlalu peduli pada kanker, serangan jantung, stroke, depresi adalah juga monster yang hidup di dalam diri dan berisiko sama juga: kematian.

Kehidupan dengan segala macam kemudahan dan kesulitan yang terangkum dalam pola hidup modern yang cepat ini memang rentan bagi kesehatan mental. Bahagia adalah tujuan, tapi depresi bisa menyelinap sebagai hal yang tercapai.

Pola pendekatan medis tentu baik karena ada anti-depresan tapi bukankah lebih baik untuk menyadari apa penyebab depresi dan bagaimana menanggulanginya.

Mungkin caraku ini kuno, tapi kalau kamu tak keberatan dianggap orang kuno, pencegah depresi yang mujarab menurutku adalah berbahagia dalam syukur, bersyukur untuk bahagia.

Mensyukuri atas apapun yang diberi Gusti Allah menerbitkan bahagia.

Apa bahagiaku minggu yang lalu! Banyak! Bukan bahagia karena ikut demo Ahok saja. Bukan bahagia karena ikut menyebarkan sikap positif untuk memaafkan dan mengampuni si pemilik Willis Canteen atas salah dan kilafnya, tapi bahagia menyebarkan cerita-cerita singkat tentang kedua almarhum orang tuaku di Facebook hampir setiap pagi adalah hal yang membuatku bersyukur pernah punya orang tua yang meski sederhana tapi melalui mereka Tuhan menitipkan cinta.

Berikut cerita-cerita singkat tersebut:

 

Selamat memasuki minggu yang baru. Selalu ada dua pilihan dalam hidup untuk berbahagia atau tak berbahagia. Pastikan kamu memilih yang terbaik ya!

Dipublikasikan pada Hari Minggu Paskah VI pada pesta nama Beato Krispinus dari Viterbo, Biarawan, Santo Eugenius de Mazenod OMI, Uskup, Santo Godrikus, Pengaku Iman, Beato Herman Yosef, Pengaku Iman

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.