RISALAH AKHIR PEKAN XV/2016 (Risalah yang tertunda…)

13 Apr 2016 | Risalah Akhir Pekan

Ini adalah risalah akhir pekan yang tertunda.

Nggak biasanya aku menunda-nunda rilis tulisan tapi kali itu aku harus melakukannya.

Kenapa?
Ini soal idealisme.
Sebagai penulis, aku harus jujur.

Ketika aku merangkai tulisan sebagai sebuah risalah mingguan, tulisan itu harus memuat hal yang menjadi kesimpulan atau hal yang paling mengemuka dalam minggu itu.

Nah, ketika aku merasa tidak bisa menuliskan hal tersebut karena kurahasiakan, apakah yang harus kutayangkan lantas?

Lalu kenapa baru terbit hari ini, tiga hari sesudah minggu yang baru telah dimulai, karena kali ini hal yang semula kurahasiakan kini bisa kubagikan.

Jadi ceritanya, Jumat petang minggu lalu aku mendapatkan tawaran pekerjaan secara resmi dari sebuah perusahaan profesional services di Sydney.

Adapun perusahaan tersebut dimiliki oleh raksasa perusahaan telekomunikasi nomer satu di Australia yang adalah kompetitor dari perusahaan tempatku bekerja saat ini.

Persoalannya, waktu itu aku belum menyatakan pengunduran diri dari perusahaan tempatku sekarang bekerja sehingga jika risalah kurilis bermaterikan berita gembira itu, alangkah tidak sopannya aku; mendahulukan pihak lain (kalian) untuk mengerti hal yang seharusnya diketahui oleh perusahaan tempatku bekerja terlebih dahulu.

Dengan berat hati, akhirnya aku menunda risalah, sesuatu yang bersejarah karena baru terjadi di blogku sejauh ini.

Aku memaknai pekerjaan yang kudapat ini sebagai akhir dari penantian panjangku.

Sejujurnya, perasaan tak nyaman dan ingin pindah ke perusahaan baru muncul sejak akhir tahun 2014 silam.

Sejak saat itu pula aku mulai mencari informasi lowongan, beberapa kali mendapatkan panggilan interview tapi tak satupun yang sreg, kalaupun ada, mereka yang tak sreg denganku.

Awal 2015 aku berhenti mencari pekerjaan baru karena ada perubahan besar di tempat kerjaku ini. Di sisi lain, aku dan istri sangat disibukkan dalam kepanitiaan sebuah seminar keagamaan. Di tengah segala masalah itu, tiba-tiba Mama yang sudah lama sakit, menggawat, Maret 2015 yang lalu.

Aku semakin tak fokus lagi untuk mengerjakan apapun termasuk mencari pekerjaan baru yang kuingini.

Separuh akhir tahun 2015, aku melanjutkan lagi proses pencarian pekerjaan baru. Beberapa perusahaan tertarik tapi selalu saja ada persoalan yang membuat kami tidak bisa bertemu di satu titik untuk sama-sama setuju.

Adalah sebuah perusahaan yang aku belum bisa menyebut namanya. Kepadanya aku tak pernah mengirimkan satupun lamaran, tapi tiba-tiba salah satu tenaga HR-nya mengundangku untuk ngopi di sebuah coffee shop di Sydney.

Pertemuan pertama hanyalah basa-basi saja. Ia hanya ingin tahu apa yang kukerjakan, apa yang kuinginkan untuk dilakukan, standard.

Tiga bulan berlalu tanpa kabar, tiba-tiba dua bulan silam mereka menghubungiku lagi dan mencoba menawariku pekerjaan yang mungkin aku suka.

Interview kedua sebelum terakhir dilakukan sekitar dua minggu sebelum Mama akhirnya meninggal Maret 2016 silam.

Aku teringat, dalam percakapan-percakapan terakhirku dengan Mama, aku sering memberikan update tentang proses pencarian pekerjaanku.

Pesan Mama yang selalu kuingat adalah, ?Ojo mung ndelok gedene gaji, Le. Kowe kudu nggolek sing stabil. Eling lho, kowe kerja ora dinggo awakmu dewe?. Yo dinggo Joyce, yo dinggo anak-anakmu?? (Jangan hanya melihat dari sisi besar kecilnya gaji saja, Nak. Kamu harus melihat apakah perusahaannya stabil. Ingat lho, kamu kerja bukan untukmu sendiri tapi untuk Joyce dan anak-anakmu -jw).

Sebulan lebih sedikit setelah Mama meninggal, kabar baik kuterima. Jumat kemarin, seperti kuceritakan di atas, perusahaan tersebut menawariku pekerjaan secara formal, tak hanya paket gaji yang lebih baik dari yang sekarang, tapi juga jabatan yang lebih tidak memusingkan.

Risalah Akhir Pekan

Acara peringatan empat puluh harian Mama di Klaten, 12 April 2016.

Aku sangat mensyukuri hal itu dan kuanggap itu semua hanya karena kebesaran namaNya dan anugerahNya saja? tak lebih dan tak pernah bisa berkurang?.

Selamat melanjutkan minggu ini?

Dipublikasikan pada pesta nama Santo Martinus I, Paus dan Martir dan Santa Margaretha dari Metola, Pengaku Iman

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.