Tak terasa tinggal beberapa hari lagi bulan ke-11 tahun ini akan diakhiri dan kita menatap akhir tahun 2016 di Desember.
Pada saat-saat seperti ini, hal yang paling kerap kutanyakan baik ke dalam diri sendiri maupun ke orang lain adalah klise, “Kemana perginya tahun ini ya kok cepet banget? Apa saja yang sudah kita kerjakan?”
Oleh karena itu, mulai minggu kemarin aku membuka-buka kembali catatan-catatan di blog ini selama setahun juga scroll ke arsip Facebook pada catatan linimasa sejak Januari 2016 hingga kini untuk mencari kemana mereka pergi dan apa yang telah kukerjakan. Seperti halnya tahun lalu, aku berencana untuk membuat sebuah rangkuman atau kaleidoskop tahun ini tentang apa yang telah kulakukan dan terjadi lalu kubagikannya di sini.
Aku melewatkan Hari Guru Nasional minggu lalu tanpa tulisan untuk guru-guruku. Bukannya lupa tapi memang kusengaja. Alasannya?
Begini.
Dua tahun lalu aku menulis tentang Pak Midi, guru dan kepala sekolah SD Pius Bhakti Utama saat aku bersekolah di sana, 1985 – 1991. Tahun lalu aku menulis tentang Pak Trubus Pribadi, guru olahraga SMPN 1 Kebumen saat aku bersekolah di sana, 1991 – 1993. Rencanaku tahun ini aku hendak menulis salah satu guru dari SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Tapi ketika hendak menulis, aku bingung aku harus memilih untuk menulis guru yang mana?
Kesanku terhadap hampir seluruh guru di sana amat baik sehingga ketika aku misalnya memutuskan untuk menuliskan sosok Bu A, bagaimana dengan Pak C serta Pak E? Untuk itulah aku memilih mengendapkan dulu. Aku tak mau buru-buru menulis dan membiarkan waktu yang akan menunjuk kapan aku harus menulis tentang itu dan siapa yang akan jadi sosok yang kutuliskan.
Bicara soal guru, minggu ini aku justru menemui kenyataan bahwa dokumentasi adalah guru terbaik!
Aku sempat agak ribut dengan salah satu rekan kerjaku karena kami berjibaku kata tentang hal yang tercatat dan hal yang tak tercatat. Ia tiba-tiba memintaku untuk menyediakan high fidelity document untuk penggalan pekerjaan yang hendak ia lakukan padahal aku merasa ia tak pernah sekalipun memintanya dan cukup bagiku memberikan raw material kepadanya.
Hal ini mengakibatkan waktu untuk mengerjakan apa yang ia minta harus kuambil dari jatah waktu yang semestinya bisa kulakukan untuk mengerjakan hal yang lainnya lagi dan dalam proyek besar yang sedang kukerjakan apalagi memasuki masa-masa akhir pengembangan, waktu menjadi amat mahal.
Dokumentasi memang hal mudah tapi sulit. Mudah karena hanya mencatat, sulit karena harus konsisten mencatat. Mudah karena hanya memakan waktu lima sampai sepuluh menit sehari tapi sulit karena kita terlanjur menganggap hal-hal yang bisa selesai dalam 5 – 10 menit itu adalah hal yang remeh-temeh.
Tapi sebentar, adakah kamu melihat hal janggal di sini? Aku ngeblog setiap hari dan ngeblog adalah proses dokumentasi pemikiran tapi kok malah bisa lancar?
Ah, kamu jeli! Memang itulah bedanya. Dan itulah pula sebabnya aku tak pernah mau menjadikan blog sebagai pekerjaan dan mata pencaharian karena ketika ngeblog aku meluangkan kesukaan, ketika bekerja aku meluangkan kewajiban.
Selamat memasuki minggu yang baru.
Dipublikasikan pada Hari Minggu Adven I, pada pesta Santo Yakobus dari Persia , Santo Virgilius, Uskup dan Pengaku Iman.
0 Komentar