Risalah Akhir Pekan XLVII/2017

29 Nov 2017 | Risalah Akhir Pekan

Akhir minggu lalu amat melelahkan. Jumat malam aku diundang nyanyi dan bermain gitar bersama seorang kawan lain di sebuah acara ulang tahun arisan ibu-ibu Indonesia yang tinggal di sini. Sejak jumat sore aku sudah ikut bantu angkat-angkat sound system dan setup alat, setelah main pun harus membereskannya. Aku ?menyentuh? rumah baru sekitar jam 12:30 dinihari, hari berikutnya.

Jelaslah hal itu membuatku tepar keesokan paginya. Bangun jam 10, sejam kemudian harus bersiap pergi berlatih musik dan nyanyi untuk acara perayaan ekaristi penutupan retret hari minggunya. Berlatih hingga jam 4 sore, kami pergi ke sebuah toko musik untuk membeli stock senar lalu pergi untuk makan malam dan balik ke rumah.

risalah akhir pekan

Tidur jam 11 malam, keesokan paginya, Minggu, jam 7 pagi aku sudah harus bangun. Acara perayaan ekaristi di jadwal mula-mula adalah pukul 11 siang. Dengan perhitungan perjalanan dari rumah ke tempat acara sekitar 45 menit, kami berencana berangkat jam 9 pagi. Dalam bayangan, jam 9:45 sudah sampai venue, say hi sana-sini lalu setup alat dan sound check?Menjelang pukul 8 pagi, tiba-tiba panitia menelpon menjelaskan bahwa acara diajukan jadi jam 10. Namanya juga pelayanan, kita sih ?OK? aja meski agak sedikit terburu-buru jadinya?

Acara berjalan lancar, pukul 1 siang kami sudah sampai di rumah makan untuk makan siang. Selepas makan jalan-jalan dengan istri dan anak-anak di sisa-sisa tenaga yang masih ada.

Matahari tenggelam di peraduan, kami pulang?

Capek? Banget! Tapi aku bahagia? Bukan karena pujian yang datang bertebaran tapi karena aku melakukan apa yang bisa kulakukan sesuai kesukaanku. Dan perjalanan pulang itupun jadi samudra permenungan. Betapa kebahagiaan itu makin lama makin jadi target pencarian dalam hidup ini. Bahagia tak identik dengan uang bukan karena aku sudah kaya tapi karena aku merasa bisa melihat esensi kebahagiaan itu sendiri jauh di atas takaran uang.

Delapan belas tahun sudah aku berprofesi sebagai seorang praktisi IT. Asam-garam, pahit-manis kulalui dan sore itu terbersit pikir, adakah ini saatnya untukku meninggalkan profesi ini dan beralih ke hal yang lebih menyenangkan, menantang dan membahagiakan?

?Mungkin musik? Atau apapun terkait creative content lah?? celetukku pada istri.

risalah akhir pekanIa tersenyum tanda tahu kedalaman hati dan pikiranku tapi belum mau mengutarakan jawaban. Sejenak hening hingga akhirnya ia berkata, ?Tapi anak-anak masih kecil. Apa kerjaan di bidang yang baru nanti bisa menggajimu sebesar sekarang??

Aku merenung? Kutolehkan muka ke kursi tengah, kedua anakku, Odilia dan Elodia riang gembira duduk sambil bermain iPad.

Arggghh, benar juga!
Kebahagiaan memang tak identik dengan uang tapi membesarkan anak-anak jelas membutuhkan dollar!

Permenungan itu rasanya ingin cepat-cepat kuakhiri saja dan tiba-tiba aku teringat apa yang dikatakan kawanku belum lama ini dan pernah kutuliskan di sini, ?Uang bukanlah kebahagiaan tapi uang adalah pemampu/enabler kebahagiaan??

?Hmmm? Besok udah senin lagi ya. Aku harus siapkan pekerjaan malam ini?? celetukku mengakhiri permenungan itu pada istri menjelang tikungan terakhir menuju rumah. Di kaca mobil kutangkap pantulan wajahku yang letih tapi sesungging senyuman kutempatkan di sana? Aku bahagia.

Selamat menjalani minggu yang baru, Tuhan berkati.

Dipublikasikan pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.