Minggu lalu dan minggu berikut-berikutnya hingga libur akhir tahun ini tiba sepertinya akan menjadi waktu-waktu super sibuk.
Beberapa proyek akhir tahun datang bertubi-tubi berebut waktu dan perhatian untuk minta diselesaikan secepat-cepatnya, sebagus-bagusnya dan? semurah-murahnya.
Kendalanya ada pada pengadaan resources/sumber daya manusia.
Menghubungi beberapa agency penyedia bantuan kontraktor maupun freelancer yang bisa ?dijagain? karena bisa ?as soon as possible?; tapi kini mereka kerepotan juga karena perusahaan-perusahaan lain pun juga berebut minta bantuan sejak beberapa waktu yang lalu.
Parahnya lagi jumlah kontraktor/freelancer yang masih mau menerima job di waktu-waktu ini semakin sedikit. Mereka lebih memilih fokus pada persiapan libur akhir tahun.
Solusinya tiada lain, aku harus turun tangan! Roll my sleeves up higher dan mengerjakan lagi hal-hal yang dulu pernah kukerjakan.
Repot memang, tapi itung-itung nostalgia menjadi developer adalah sesuatu yang menyenangkan. Kendalanya, harus membagi perhatian dengan proyek-proyek lain yang harus ku-handle. Belum lagi kenyataan bahwa setelah sekian lama tak menyentuh ?code?, kegesitanku jauh berkurang.
Tapi perasaan gagal, lemah dan tertatih-tatih untuk mengerjakan hal yang dulu dengan ?mata merem? pun selesai itu adalah cara yang unik untuk tetap bisa bersyukur.
Bersyukur karena berarti dulu pernah sangat cekatan. Bersyukur karena hal itu berarti proses transformasiku dari dulu yang seorang developer menjadi sekarang, berlangsung mulus dan ini yang paling penting, bersyukur karena aku mendapat kesempatan untuk mengikuti hukum alam; tentang proses penuaan, tentang belajar kembali hal-hal yang dulu pernah kita kuasai beserta jatuh-bangunnya.
***
Salah satu hal lain yang juga kusyukuri adalah aku berkomunikasi lagi dengan kawan lama satu kelas di SMA dulu, Damar ?Benni? namanya.
Benni adalah salah satu kawan terbaik.
Kami sepenanggungan dalam banyak hal termasuk soal berpacaran. Saat yang lain sudah punya gandengan, aku dan Benni masih harus lebih banyak nongkrong di depan pintu SMA Stella Duce 1 Yogyakarta semacam mencari perhatian siapa tahu ada yang kecantol di hati, hahahaha!
Keterpisahan kamipun saat itu akhirnya juga karena aku punya pacar dan ia? belum dikaruniai pacar! (Tapi meski waktu itu aku lantas berpacaran, perjumpaanku dengan Benni tak terlalu berkurang, kesibukan kuliahlah yang lantas membuat kami tak lagi berhubungan).
Maraknya pemilihan presiden di Paguyuban Alumni SMA Kolese De Britto bulan lalu adalah pemantik aku bisa kembali akrab dengannya.
?Ben, tulung gambarke aku!? ucapku tak lama yang lalu di jendela Whatsapp.
?Dinggo apa??
?Blog!?
?OK!?
Benni memang jagoan gambar sejak dulu.?Semalam kemudian, ia menyodorkan hasil gambarnya. Goresan penanya masih sekuat dulu. Caranya menggambar obyek tak berubah, ?Benni? sekali. Tapi lebih daripada itu, yang membuatku sangat terkesan adalah, ia berhasil menangkap karakterku dan menuangnya dalam gambar itu seolah kami tak pernah berpisah selama dua puluh tahun terakhir ini!
Aku belum bisa menampilkan gambar-gambar itu sekarang tapi nanti saat domain name baru kuumumkan 20 Desember 2015, akan kutayangkan di sini dan kalian akan pula bisa menilai sehebat apa Benni bisa ?membaca? ku secara tepat!
Benni yang kini berdomisili di Jakarta tapi nampaknya punya usaha sampingan membuka kafe di Jogja memintaku untuk menjadi pembicara jarak jauh (telewicara) pada acara talkshow unik yang diadakan di kafe miliknya, akhir bulan ini. Uniknya, para pesertanya kebanyakan adalah adik-adik kelas yang masih duduk di bangku SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
Dalam acara itu, aku diminta bicara tentang pengalaman bekerja di luar negeri. Begitu aku mendapatkan materi iklan dari Benni terkait acara tentu akan ku-share di sini. Kalian yang di Jogja boleh datang. Sambil menyelam minum air; menyimak aku berbicara dan menikmati kafe yang diberi nama JiNemJie alias 161, nomer jalan gedung almamaterku SMA Kolese De Britto, Laksda Adisucipto No. 161.
***
Erwin Zubiyan meninggal dunia.
Ia adalah gitaris rancak asal Jogja yang salah satu tempat berkaryanya adalah grup musik Risky Summerbee and The Honeythief (RSTH).
Aku pernah menuliskan profil RSTH di blog ini dan di Yahoo Indonesia dulu. RSTH, bersama Frau, Melancolic Bitch dan KOIL adalah sedikit dari grup musik Tanah Air yang masih ?bisa? kudengarkan hingga kini.
Aku belum pernah bertemu secara langsung dengan Erwin. Satu-satunya percakapan antaraku dengannya pun hanya terjadi pada 4 September 2011 melalui Facebook Messenger saat tiba-tiba ia meng-add-ku dan berterima kasih karena aku menulis tentang grup musiknya.
Tapi meski demikian, Erwin yang nama baptisnya sama denganku, Antonius, kunikmati dan kukenal akrab permainannya melalui karya-karyanya yang kudengar.
Kamis lalu, Erwin meninggal karena kecelakaan lalu lintas di Jogja.
Kepergian Erwin tentu sangat disayangkan. Ia masih muda dan dengan talenta bermusik (yang kata Risky Tjokrosonto yang adalah kawanku dan punggawa RSTH ketika kami berbincang dulu, ?Ora kalah karo Dewa Budjana!?) serta totalitasnya sudah barang tentu akan ada banyak karya yang seharusnya bisa dihasilkan.
Namun itulah hidup. Penuh kelokan dan di tiap-tiap relungnya ada rahasia yang ketika terbuka kadang membuat kita takjub, kaget, tak menyangka, tak terduga.
Selamat beristirahat Bro Erwin.
Maafkan, permintaanmu dulu supaya aku mereview karyamu belum kesampaian sampai sekarang. Tapi, anggap saja catatan mungil ini sebagai gantinya; aku menghormatimu sebagai gitaris yang sangat kukagumi musikalitasnya hingga akhir hidupmu.
Sayangnya Tuhan juga nggak mengijinkan aku nonton live performance-mu. Sebenarnya ada dua events yang memungkinkanku untuk bisa menyaksikan. Pertama saat RSTH pentas In The Wood di Jogja, saat itu aku sedang berada di Indonesia tapi ribet betul; lalu yang kedua, sekitar tiga bulan kemarin saat kalian pentas di Adelaide, South Australia!
Aku percaya kamu sekarang telah berada di tempat terbaik, tempat dimana kita semua akan kembali bersama, the place you wanted to go.
The Place I Wanna Go
Theres a place so far from here
Its the place i wanna go
Where everybody greet and smile
And we can walk without a fear
And nothing can go wrong
Its not fairy tale no no no no
You just have to imagine it hard enough
The sound will lead you there, in time, before you know it
Would you like to pose some questions?
On the hindsight of some given night
Rapture and thrill all against my will
And the road seems so long and winding long and winding,
And the times they tick so slow.
Theres a place so far from here
Its the place i wanna go
Where everybody greet and smile
And we can walk without a fear
And I’m washing away my dreams
(The Place I Wanna Go – Risky Summerbee and The Honeythief, lagu dari album pertama mereka. Lagu dimana Erwin Zubiyan menggoreskan intro yang sangat khas dan tak kan terlupakan!)
Selamat memasuki minggu yang baru!
Syukuri! Syukuri! Syukuri!
Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XXXII
Pada pesta peringatan Santa Teoktista, Pengaku Iman dan Santo Klaudius, Martir
Ikut dukacita untuk Erwin Zubiyan.