Sejak akhir November hingga kini, sakit flu disertai batuk belum juga reda sepenuhnya.?Rasa nyeri di tulang, kepala berat hingga hidung tersumbat dan demam memang sudah menurun, tapi batuk masih agak menyiksa.
Sementara untuk minum sembarang obat pereda batuk, dokter tidak memperbolehkannya lagi, harus disesuaikan dengan kondisi tubuhku. Nah, persoalannya, kebanyakan obat yang diperbolehkan itu membawa efek kantuk ketika dikonsumsi.?Jalan keluarnya, sepanjang hari aku tak minum obat, baru ketika hendak tidur meminumnya. Lumrah kan kalau agak lebih lama untuk sembuh ya? :)
Anyway, meski badan belum fit, tapi minggu kemarin aku bersyukur bisa menyelesaikan persoalan perusahaan di Indonesia.?Tentu aku tak bisa menyebutkan apa permasalahannya tapi sebenarnya persoalan ini berakar dari hal yang sifatnya pribadi.
Jangan tanya besar-kecilnya persoalan karena dalam hal ini aku cukup saklek untuk bilang bahwa tak ada masalah yang lebih besar daripada kita untuk ditaklukkan. Yang terkadang membuat besar adalah karena kita tidak tepat memilih solusinya.
Nah, bicara soal solusi, aku mau sharing satu hal. Beberapa tahun belakangan ini, sejak mengenal dan mengagumi nama Elon Musk, aku cenderung nyaman menerapkan caranya dalam menyelesaikan permasalahan.
Metode dari orang yang berada dibalik sukses Tesla, Space X serta Solar City itu dikenal sebagai teori First Principle Thinking.
Aku tak hendak menjelaskan secara lebih dalam karena kalian bisa lihat di video bawah tapi yang jelas Elon yang juga menciptakan PayPal pada 1999 itu menyelesaikan satu permasalahan dengan cara melihat hingga akar persoalan dan merekonstruksi cara yang lebih benar.
Dari yang dikatakan Elon, terkait First Principle Thinking adalah, ?boil things down to their fundamental truths and reason up from there?
Hal tersebut berlawanan dengan penyelesaian masalah berbasis analogi. Menurut Elon, Through most of our life, we get through life by reasoning by analogy, which essentially means copying what other people do with slight variations.
Jadi minggu aku mencoba menerapkannya. Aku tidak terpancing untuk membandingkan persoalan yang ada dengan permasalahan orang lain yang mirip. Aku berusaha mencari tahu kenapa dan bagaimana persoalan itu terjadi.
Untuk itu aku melakukan riset. Tanya kanan-kiri ke orang-orang yang tidak terkait masalah tapi ada di sekitar permasalahan. Penemuan dari riset itu lantas kupelajari hingga ke akar-akarnya.
Setelah inti permasalahan kutemukan, aku lantas mencoba mensimulasikan apa yang seharusnya dilakukan di masa lampau supaya kejadian itu tak terjadi dari situ timbul solusi.
Puji Tuhan, tawaran solusiku didengar pihak yang bersangkutan, meski hanya sebagian. Tapi aku tak kecewa meski hanya sebagian yang dilakukan karena bukankah itu menandakan betapa bagus solusi yang kutemukan karena dijalankan setengah saja sudah berhasil menyelesaikan permasalahan?
Selamat menjalani minggu yang baru.
Dipublikasikan pada Hari Minggu Adven II,
pada peringatan Santo Miltiades, Paus dan Pengaku Iman
0 Komentar