D-Day, atau hari yang ditentukan untuk memulai invasi pasukan Sekutu ke Eropa Barat saat Perang Dunia Kedua harusnya terjadi pada siang hari tanggal 5 Juni 1944.
Setelah berbulan-bulan berunding memilih hari dan tempat pendaratan yang tepat, 160 ribu pasukan Sekutu yang didominasi pasukan Inggris dan Amerika Serikat akhirnya menyeberangi selat dari Inggris ke Normandy, kawasan pantai di Perancis Selatan.
Tapi sial, di tengah jalan, cuaca berubah total. Badai menderu mengoyak armada kapal sementara kabut yang pekat tidak memungkinkan pasukan udara untuk memberi dukungan saat pendaratan terjadi.
Penyerbuan yang menggunakan kata sandi Overlord itupun ditunda.?Pimpinan berunding. Sekitar pukul satu malam sehari sesudahnya, 6 Juni 1944, Jenderal Dwight D. Eisenhower, pimpinan tertinggi Sekutu dalam penyerangan ke Eropa, sambil menggamit rokok didampingi Montgomery, wakilnya, ringan berujar, “Let’s go!” dan penyerbuan terbesar yang pernah dicatat sejarah modern itupun terjadi.
Jerman kelimpungan. Mereka tak menyangka bahwa sepagi itu, dalam cuaca seburuk itu, di tempat yang tak pernah diduga sebelumnya dijadikan pendaratan, Sekutu menusuk, menyerang.
Dua minggu sebelum sekarang, proyek besar yang sedang kukerjakan berada di titik kritis. Motivasi tim menurun drastis karena ketidakpercayaan terhadap pimpinan dan klien; banyak anggota yang memilih untuk meletakkan begitu saja pekerjaan, mengambil waktu untuk rehat, menunggu mood kembali.
“Toh klien sudah diberitahu bahwa kita memang akan menunda seminggu pekerjaan karena kesalahan yang kemarin. Mereka maklum!”
Tapi bukan karena ingin dianggap giat, bukan pula karena ingin dianggap jawara, aku memutuskan untuk tetap bekerja. Aku tahu kelemahanku, kalau mengikuti kata hati dan tubuh, aku bisa saja berleha-leha seperti mereka tapi amat sulit untuk membangunkan motivasi lagi sesudahnya.
Maka layaknya pasukan yang diturunkan di tengah malam buta itu ke Normandy, 72 tahun silam, aku memutuskan untuk melaju tanpa henti.
Tak ada yang mengira aku memilih sikap demikian dan ketika klien mendadak minta presentasi, hasil pekerjaanku lah yang diajukan sebagai ‘penyelamat’ mereka, anggota tim lainnya yang sempat santai berleha-leha…
Hal itu yang membuat mood keseluruhan minggu lalu berjalan mulus dan baik. Malah makin baik karena Jumat kemarin aku dipercaya untuk masuk ke dalam tim pengembangan proyek yang melibatkan penggunaan Microsoft HoloLens.
Binatang apa pula itu? Microsoft HoloLens itu semacam kacamata yang memungkinkan penggunanya mengakses aplikasi pada dimensi lain atau yang lebih dikenal sebagai Augmented Reality. Augmented Reality bukankah Virtual Reality. Apa bedanya? Maaf aku nggak punya waktu untuk mencari referensi tapi coba kalian cari sendiri hehehe…
Wujudnya seperti di foto atas?dan seperti wajahku yang sumringah dalam foto?itu, aku memang sedang amat bergembira dengan penunjukan itu. Ada aplikasi yang sedang dipersiapkan dan nantinya akan bisa dioperasikan secara optimal menggunakan Microsoft HoloLens.
So, gimana minggu kalian? Bagaimanapun itu, bergembiralah menyambut minggu yang baru!
Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XXVIII, pada pesta Bapa Abraham, Santo Yohanes Leonardi, Pengaku Iman,Santo Louis Bertrand, Pengaku Iman dan Santo Denis, Rustikus dan Eleutrius, Martir
0 Komentar