Minggu lalu terasa lebih panjang dari biasanya. Hingga tulisan ini kususun, aku tak tahu kenapa bisa jadi demikian.
Minggu lalu juga adalah minggu yang sibuk, dan kusyukuri kesibukan itu. Setelah sebulan lebih aku struggling mencari kembali mood untuk bekerja (setelah libur Natal dan Tahun Baru) akhirnya pelan-pelan aku mendapatkannya lagi.
Joyce, istriku, yang kuberitahu soal ini sampai heran. Bukan heran kenapa baru muncul semangat kerjanya, tapi sebaliknya, ?Kok bisa juga akhirnya?? Hahahaha?
Syaratnya ternyata mudah.
Tegakkan wajah ke depan, tatap dan hadapi apa yang harus dilakukan lalu berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan apa yang harus diselesaikan.
Syarat kedua ini adalah yang lebih mudah lagi tapi nyatanya lebih susah dari yang pertama. Syarat itu adalah bahagia. Menjadi bahagia itu menyemangati diri.
Nah, aku menemukan catatan yang sangat menginspirasi tentang bahagia dan kebahagiaan ini. Aku mendapatkannya dari social media dan di situ tertera bahwa penulisnya adalah Paus Fransiskus. Aku tak tahu apakah itu Bapa Suci yang menulis atau orang lain yang menggunakan namanya. Tapi bagiku itu tak penting. Mau siapapun yang menulis karena apa yang dituliskannya sangatlah menyemangatiku.
Selamat membaca, selamat mengikuti minggu yang baru.
Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa V
pada pesta nama Santo Rikardus, Pertapa dan Santa Koleta, Perawan
MERASA BAHAGIA
“Engkau mungkin memiliki kekurangan, gelisah dan kadang hidup tak tentram, namun jangan lupa hidupmu adalah sebuah proyek terbesar dalam dunia. Hanya engkau yang sanggup menghindari kegagalannya.
Ada banyak yang membutuhkanmu, mengagumimu dan mencintaimu. Aku ingin mengingatkanmu bahwa merasa bahagia bukan berarti memiliki langit tanpa badai,?atau jalan tanpa kecelakaan, atau bekerja tanpa capek, ataupun hubungan tanpa kekecewaan.
Merasa Bahagia adalah mencari kekuatan untuk memaafkan, harapan dalam perjuangan, rasa aman disaat ketakutan, kasih di saat perselisihan. Merasa bahagia bukan hanya mengenang senyum yang pernah ada, melainkan juga belajar dari kesedihan yang telah berlalu.
Bukan hanya merayakan sebuah kejayaan, melainkan juga belajar dari kegagalan. Bukan hanya bergembira menerima tepukan tangan meriah, melainkan juga bergembira meskipun tak ternama.
Merasa bahagia adalah menyadari bahwa hidup adalah sangat berharga, diatas segala tantangan, prasangka dan keadaan kritis. Merasa bahagia bukanlah sebuah takdir, melainkan sebuah kemenangan untuk mereka yang mampu menempuhnya dengan menjadi diri mereka sendiri.
Menjadi bahagia adalah dengan menolak menjadi korban dari masalah, melainkan menjadi tokoh dari sejarah. Bukan hanya menyebrangi gurun diluar diri kita, tapi sebaliknya, mampu mencari mata air dalam serpihan batin kita.
Dengan mengucap syukur setiap pagi atas mukjizat dari kehidupan. Menjadi bahagia bukan merasa takut atas perasaan kita. Melainkan bagaimana mengutarakan tentang diri kita.
Untuk memiliki ketegaran ketika mendengar kata “tidak”. Untuk memiliki kenyamanan menerima kritik, meskipun tidak pantas. Dengan mencium anak-anak, memanjakan orang tua, memiliki saat saat berkesan dengan teman-teman, walaupun mereka pernah menyakiti kita.
Merasa bahagia bermakna membiarkan Anak yang bebas, bahagia dan lugu yang ada dalam diri kita hidup; memiliki kedewasaan berucap “saya salah”, memiliki keberanian berucap “maafkan saya”.
Memiliki perasaan untuk mengutarakan “Aku membutuhkan kamu” ; memiliki kemampuan berucap “Aku mencintaimu”.
Dengan demikian hidupmu menjadi lahan yang penuh dengan kesempatan untuk menjadi bahagia.
Di musim semi-mu, jadilah kekasih dari keriangan. Di musim dingin-mu, jadilah sahabat dari kebijaksanaan. Dan ketika engkau melakukan kesalahan, mulai lagi dari awal.
Dengan demikian engkau akan sangat bersemangat dalam menjalani kehidupan.
Dan engkau akan mengerti bahwa kebahagiaan bukanlah berarti memiliki kehidupan yang sempurna, melainkan menggunakan airmata untuk memupuk toleransi, kegagalan untuk mengukir kedamaian, kesedihan untuk mengalasi kebahagiaan, kesulitan untuk membuka jendela pengetahuan.
Jangan menyerah…
Jangan menyerah atas orang orang yang engkau kasihi.
Jangan menyerah untuk merasa bahagia karena kehidupan adalah sebuah pertunjukan yang menakjubkan.
Dan engkau adalah seorang manusia yang luar biasa.
Salam,
– Paus Fransiskus.
0 Komentar