Minggu lalu adalah minggu yang istimewa karena 20 Desember 2017 silam usiaku bertambah satu, 40 tahun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ratusan ucapan selamat kuterima dari berbagai macam kanal interaksi.?Mulai ucapan langsung dari orang-orang terdekat dan kawan kerja, whatsApp hingga SMS, Facebook, Instagram bahkan Twitter yang sudah jarang kubuka. Aku kebanjiran berkat, aku kepenuhan selamat. Semua ucapan kujawab satu per satu tanpa terkecuali?
Oh ya ada kejadian unik terjadi di penghujung minggu.
Seorang penjaga sekuriti tempatku bekerja saat masih di Jogja dulu tiba-tiba menghubungiku. Ia mengirimkan pesan, ?Bos, ada paket kiriman untukmu!? Sebuah foto disertakan dalam pesan itu terbaca namaku lengkap dengan jabatanku waktu itu.
Aku mengernyitkan dahi. ?Apakah ini dejavu?? Aku sudah tak bekerja di perusahaan itu sejak 2008 silam dan masih ada orang yang mengirimkan sesuatu kepadaku dengan jabatan tersebut?
Sempat berpikir macam-macam akhirnya aku memutuskan menghubungi si pengirim, kebetulan nomer teleponnya tercatat petugas sekuriti itu.
Setelah kutelepon, barulah kutahu apa yang terjadi sebenarnya. Seorang di Makassar membaca postingan di blog ini yang kuberi tajuk Posko Mangkubumi. Posko Mangkubumi adalah sebuah inisiatif sekelompok kawan-kawan sesama alumni SMA Kolese De Britto untuk menggalang bantuan bagi para korban bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di selatan Jogja beberapa waktu silam.
Tergerak membantu, ia mengkoordinasi kawan-kawannya untuk menyumbangkan pakaian bekas. Barang-barang itu lantas dikirimkan kepadaku. Uniknya, meski alamat Posko Mangkubumi kutulis jelas di postingan, ia mengirim ke alamat lama kantorku itu.

risalah akhir pekan
Kok bisa?
Ketika ia menginformasikan bahwa nama orang yang bisa menyalurkan bantuan adalah aku, seorang kawannya yang rupanya pernah mendengar namaku langsung bilang, ?Aku tahu Donny Verdian. Dia adalah manager di (ia menyebutkan sebuah brand media online Jogjakarta yang dulu kubangun).??Ia lantas mencari alamat kantor itu dan dikirimkannyalah barang-barang itu kepadaku.
Aku akhirnya menjelaskan bahwa aku sudah tidak bekerja di sana dan bahkan sekarang aku bermukim di Australia. Ia meminta maaf karena apa yang dilakukan dianggap sebagai kelancangan. Dengan setengah bergurau aku menanggapi, ?Nggak ada yang perlu dimaafkan? Niat Mbak kan baik, membantu korban bencana? ada nggak yang lebih baik daripada itu??
Seorang kawan dari Posko Mangkubumi kuhubungi untuk mengambil titipan barang itu dan sebuah isu kecil yang kupikir dejavu itupun bisa kuselesaikan dalam waktu cepat.
Namun demikian, aku tak henti-hentinya berpikir bagaimana mungkin hal unik itu bisa terjadi. Aku selalu berkeyakinan tak ada yang kebetulan terjadi di dunia ini. Apa makna dan pesannya aku tak tahu tapi setidaknya aku bersyukur masih bisa dipakai Tuhan untuk menjadi perpanjangan tanganNya melalui hal-hal sederhana termasuk pencarian bantuan untuk kemanusiaan seperti itu?
Dipublikasikan pada Hari Minggu Adven IV
pada peringatan Adam dan Hawa, Manusia Pertama
0 Komentar