RISALAH AKHIR PEKAN IX/2016

28 Feb 2016 | Risalah Akhir Pekan

Kamis sore kemarin aku melipat baby cot / ranjang bayi setelah lebih dari enam tahun kubuka dan digunakan.

Hal ini sebenarnya sederhana; hanya perlu waktu sekitar lima belas menit untuk menuntasinya, tapi dibalik itu, ada permenungan yang tak biasa.

Baby cot itu dibawa oleh alm Papa Mertua dari Jakarta dulu saat Joyce hamil Odilia, anak pertamaku, pertengahan 2009 hingga awal 2010. Karena bentuknya portable, aku merangkainya dan menempatkan di kamar sebelah untuk dipakai Odi begitu ia lahir.

Ketika Odi berusia tiga tahun, lahir Elodia, adik perempuannya.?Kami membeli sebuah ranjang kayu berukuran sedikit lebih besar dari baby cot itu dan menempatkan Odi di sana sementara Elodia menempati baby cot yang semula dipakai kakaknya.

Baby cot dan ranjang kayu itu kami tempatkan di sisi kiri dan kanan ranjangku dan istriku.

Setahun lalu kami berpikir untuk membeli sebuah ranjang besar untuk ditempatkan di ruang sebelah supaya Odilia yang sudah berusia lima tahun (waktu itu), belajar tidur sendiri.

Tapi ranjang itu tak langsung ditempati. Kami mengulur waktu? Aku dan Joyce seperti sama-sama menghindar untuk memulai niat menyapih Odilia tidur sendiri di kamar dan adiknya tidur di ranjang kayu bekas digunakan kakaknya.

Tau alasannya?
Kami tak nyaman untuk melihat segala kebersamaan dalam satu kamar itu berlalu begitu cepat. Apalagi kalau kami harus melipat baby cot dan membuangnya; seperti tak rela bahwa suatu masa, dimana kami disibukkan dengan rengek dan segala kerepotan mengurus bayi itu kami lewati.

Mungkin karena kami mengurus anak-anak kami sendirian, tak ada pembantu jadi aku dan Joyce begitu intens, menikmati dan berjuang selama membesarkan anak-anak sejak mereka lahir dan semua itu melekat di dinding otak serta hati kami tak mau pergi.

Tapi kami akhirnya sadar bahwa senyaman-nyamannya kami menghidupi hari dengan kenangan, waktu adalah sebuah keji kejam yang terus bergerak ke depan.

Kami memutuskan.
Odilia tidur di kamar baru bersamaku dan Elodia tidur di ranjang bekas milik kakaknya bersama istriku dan kami bergantian tugas setiap malam.

Usai sudah masa kami sebagai orang tua ?kanak-kanak?. Odi dan Elo makin besar. Kami tak lagi ribut soal bawa botol susu dan makanan lembut untuk mereka. Beralih ke bekal sekolah hari berikutnya yang harus kami siapkan dan mereka bawa.

Kegiatannya pun bukan lagi main bersama di atas matras dan menggelar mainan, tapi sudah sekolah, kursus ballet, sepakbola dan renang serta memikirkan untuk menambah beberapa kegiatan menyenangkan lain bagi mereka sembari tentu menyiapkan tambahan dana yang tak sedikit untuk itu semua.

Risalah Akhir Pekan

Odi dan Elo di atas baby cot sebelum dilipat

Nah, bicara soal penambahan dana, perjuanganku untuk mendapatkan pekerjaan baru terus berlanjut.

Tuhan menjawab doa yang kuutarakan sejak beberapa minggu yang lalu. Kalau kalian membaca risalah ke-7 tahun ini, di sana aku meminta Tuhan membuka wawasanku untuk memilih yang terbaik.

Rupanya Ia masih menginginkanku berada di perusahaan yang sekarang setelah tawaran yang datang yang awalnya begitu mulus kudapati agak sedikit tercederai terutama dari sisi masa kontrak yang terlalu pendek.

Aku dengan mudah melupakannya dan ini adalah anugerah tanda kedewasaan berpikir bagiku.

Dulu ketika aku mendapat tawaran seperti itu dan mengikuti ego, aku selalu gelap mata dan menganggap bahwa apapun yang baru datang dan tampak menarik adalah sesuatu yang harus diputusi untuk dijalani begitu saja.

Tapi kini aku bisa berpikir lebih tenang dan tak sembrono untuk meng-iya-kan tawaran begitu saja.

Selain itu, kalau dulu ketika mendapati tawaran kubatalkan, aku yang sudah terlanjur senang akan sulit untuk menerima kenyataan, tapi kini tidak. Dengan santai aku berkata pada Joyce, ?Bersyukur kita diberi tahu Tuhan sekarang.. Coba kalau aku nekat meng-iya-kan tawaran itu.. kan nggak lucu!?

So, terus berjuang karena hari demi hari adalah perjuangan.

Selamat memasuki minggu yang baru, tetap bersemangat dan berbahagia.

Dipublikasikan pada Hari Minggu Prapaskah III
pada pesta nama Santa Antonia, Abbas dan Santo Hilarius, Paus

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.