Risalah Akhir Pekan III/2015

17 Jan 2015 | Cetusan, Risalah Akhir Pekan

blog_lilin6

Enam lilin di atas adalah hasil sketsaku yang tergesa-gesa kutorehkan di atas sabak digital barusan. Setergesa-gesa hidup enam terpidana mati yang jika tak ada aral melintang, tepat di pergantian hari, 18 Januari 2015, akan diakhiri di depan regu tembak di Nusakambangan dan Boyolali. Tempat yang kusebutkan terakhir, Boyolali, berjarak sekitar 26km?dari Solo, kota asal Jokowi, presiden kita yang baru yang menolak grasi (permohonan pengampunan) dari enam orang tadi.

Entahlah, mungkin aku terlalu sensitif tapi hari-hari belakangan aku beberapa kali mencoba berpikir berada di posisi mereka; mengetahui bahwa akhir hidupnya telah ditentukan dan bagaimana ketentuan itu akan dijalankan, tentu hal yang teramat sangat berat untuk dihadapi.

Mungkin ada yang langsung menyambar pendapatku di atas demikian,?Tapi kamu tak sensitif karena kamu nggak mikir akibatnya jika narkoba merajalela, ada berapa banyak generasi yang rusak karenanya?

Narkoba merajalela memang akan merusak generasi, itu hal yang tak bisa terbantahkan lagi. Tapi adakah studi ilmiah yang menunjukkan keterkaitan antara menembak mati pelaku kejahatan narkoba pada tingkat tertentu dengan penurunan tingkat penyebaran narkoba?

Pada tataran apa hal itu bisa diperhitungkan?
Tataran ?duga-menduga??
Tataran ?logikanya demikian??
Tataran ?yakin deh pasti benar!??

Apa yang akan dilakukan jika ternyata dengan kalkulasi angka statistik tak didapati korelasi antara keduanya? Akankah ada yang?mampu mengembalikan nyawa keenam orang itu?

Semoga keluarga yang ditinggalkan para terpidana diberi ketegaran dan biarlah Tuhan sendiri yang berkehendak dan meletakkan jiwa-jiwa itu dalam api lilin yang abadi di surgaNya yang tak pernah mengenal hukuman apalagi hukuman mati?

***

By the way? minggu ini berlangsung dengan menyenangkan!

Minggu ini aku merasakan hal yang kupikir sudah lumayan lama tak pernah kurasakan lagi yaitu merenungi bacaan!

Ingat tulisanku kamis lalu tentang sulitnya aku membaca buku selama liburan kemarin? Ingat pula tentang buku yang sekarang sedang kubaca? Nah di buku ?How Big is Your God? itulah aku banyak merenung dan merefleksikan beberapa bagian hidupku dengan apa yang ditulis di situ.

Saking menikmatinya permenungan-permenungan itu aku kadang merasa seolah berpetualang dalam benak membayangkan diriku datang dengan konsep tentang sesuatu yang lantas kutabrakkan dengan konsep yang ditawarkan buku lalu ?kami? berunding dan berakhir dengan perasaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata kepuasannya!

Pekerjaanku minggu ini berjalan lebih cepat dari tempo minggu sebelumnya. Aku semakin menikmati posisi baruku meski ada banyak hal yang harus kuselaraskan. Beberapa gesekan dan benturan mulai dari yang super lembut, sampai yang lumayan keras kurasakan terjadi tapi aku tak mengeluh! Bagiku itu adalah sarana ampuh untuk lebih memantapkan diriku di sini. Istilah kata, orang berlatih silat, kalau belum lecet atau terkilir tentu belum ?afdol? sebagai pesilat, kan?

Odilia, anak pertamaku, sudah tak sabar untuk kembali ke sekolah. Ia masih menyisakan dua minggu libur hingga masuk tahun ajaran baru akhir bulan ini. Kasihan juga sebenarnya melihat ia selalu bertanya setiap pagi apakah aku akan mengantarnya ke sekolah pagi itu tapi selalu kujawab, ?Dua minggu lagi sayang? kamu main dulu sama dedekmu dan Mama hari ini!?

Tapi dari sisi lain, kupikir cukup membuatku berpikir dalam-dalam?juga melihat Odilia tak kerasan kalau tak ke sekolah. Padahal umurnya belum lima tahun, dan?ia sudah mulai mengenal rasa ?bosan? berkumpul dengan orang tua dan saudara perempuannya? Begitu cepatnya waktu berlalu, begitu pesatnya ia bertumbuh besar…

Sepertinya hanya itu yang bisa kuceritakan terjadi pada minggu ketiga bulan dan tahun ini.

Oh, sebentar ada yang hampir kelupaan!
Kalian ingat kan ceritaku tentang Tunggonono yang pindah ke Australia? Kalau tidak, bacalah tulisanku di sini. Nah, tempo hari ia mengirimkan kabar kepadaku. Ini ku-share screenshot smartphoneku sewaktu aku menerima text message darinya.

blog_akhirpekan3

Hingga saat ini kami belum ada niat untuk bertemu meski jarak antara rumahku dengan Castle Hill, suburb tempat Tunggonono tinggal bersama kekasih bulenya sebenarnya tak terlalu jauh.

Semoga hal ini lebih karena kami sedang sama-sama sibuk. Aku sibuk dengan pekerjaan dan keluarga, Tunggonono sibuk ?kelonan? dengan pacar barunya!

Semoga bukan karena jeda enam tahun tak pernah bertemu, enam tahun telah terisi orang-orang baru di tengah-tengah kami maka jarak yang tak sampai 20km jauhnya dari rumahku ke Castle Hill itu terasa lebih dari sekadar jarak Klaten ke Wonosobo sana!

Selamat merayakan hari minggu dan jangan lupa ke gereja!

Dipublikasikan pada?Hari Minggu Biasa II -?Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani

Sebarluaskan!

6 Komentar

  1. Don, kenapa Jokowi dipermasalahkan terus? Yang memutuskan terdakwa bersalah adalah hakim dan pengadilan. Yang mengeksekusi adalah polisinya. Jokowi cuma berhak menerima atau menolak grasi. Ya atau tidak, itu saja. Tapi di social media semua menyalahkan Jokowi tidak bertindak? Alasan Jokowi menolak adalah karena banyaknya korban narkotik yang mati tiap harinya dan dia mendengarkan pertimbangan dari penasehat2nya untuk case by case basis. Bukan Jokowi yang meriset dan mencari tahu satu persatu soal terdakwa. Ga semua orang tua bisa mencegah anaknya kecanduan. Ga semua polisi dan pengadilan bisa menelusuri gembong narkotik sampai tuntas tapi mereka berusaha. Kalau Jokowi menolak lalu terdakwa masi bisa beroperasi dari dalam penjara semasa pemerintahan SBY kenapa lagi2 Jokowi disalahkan? Bukannya aku mendukung hukuman mati tapi kenapa yang tugasnya menolak atau memberi grasi berdasarkan pertimbangan penasehat2nya disalahkan terus? Kalau anak sendiri yang selama ini dijaga dan dididik tiba2 jadi korban narkotik, ortu mana yang ga sedih? Jangankan Indonesia, Australia pun banyak korbannya. Ga ada hukuman mati pun masi banyak yang menyelundupkan drugs. Ga ada hukum yang sempurna? Semua kan dilihat case by case basis, karena itu ada yang namanya court? Jadi semuanya terlibat, bukan tergantung Jokowi. Kalaupin salah ya pemgadilan yang salah memutuskan orang yg innocent jadi bersalah? Kalaupun dihukum mati kan bukan Jokowi yang memutuskan? sebenarnya pemberian grasi itu ada batasnya ga? Kalau memberikan grasi, bagaimana perasaan polisi dan jaksa yang bersusah payah bekerja mengikuti sistim? Haruskan mereka tetap menahan gembong narkotik yang dipenjara tapi masi bisa beroperasi diam2 dan menambah banyaknya korban? Bukan aku setuju dengan istilah main hakim atau eksekusi tapi kalau memang Jokowi ga berhak menolak grasi, apa reason n argumen behind it? Kalo ini disampaikan ke Jokowi dan kamu bisa membantu dia mencarikan jalan keluarnya? Bisa mencegah anak2 muda mati sia2 tanpa drugs? Bisa membasmi perdagangan narkotik tanpa korban2 seperti ini? Mungkin membantu kota seperti Tijuana bebas dari cengkeraman gembong2 narkotik yang tidak habis2nya muncul, membuat seluruh warga kota menderita?

    Balas
    • Lili, kalau kamu bertanya kenapa Jokowi dipermasalahkan terus, coba lihat dari sisi positifnya karena Jokowi memang bagus!

      Ibarat pilpres lalu adalah Bajai melawan Mercedes Benz, Jokowi adalah Mercedes Benznya. Kalau presiden kita adalah Bajai ya jelas nggak usah dipermasalahkan tapi langsung digulingkan, kan?

      Tapi justru karena kita dapat Mercedes, kita merasa nyaman untuk meminta yang lebih lagi karena kita tahu mobil sekelas Mercedes tentu lebih mudah untuk dikembangkan lagi feature-feature di waktu yang akan datang :)

      Alasan Jokowi menolak (kalau memang benar) karena banyaknya korban narkotik yang mati tiap hari dan dia emndengarkan pertimbangan dari penasihat-penasihatnya, kupikir bukan alasan yang baik untuk Jokowi menolaknya. Karena kalau demikian, mungkin ia tak mendengarkan ketika Komas HAM yang jelas anti hukuman mati memberikan masukan.

      Dan sebagai presiden, sangat wajar kalau dia meminta pendapat dari tim penasihatnya meski aku justru menyayangkan, kalau memang benar keputusan hukuman mati itu dari para penasehatnya kenapa ia tak meng-intercept keputusan itu dan menganulir hukuman mati? Itu seseuatu yang mungkin dilakukan dalam kapasitasnya sebagai presiden!

      Masalah gembong narkotik yang masih bisa melakukan prakteknya di penjara, itu justru PR Jokowi yang harus dimintakan dari penasihatnya tentang jalan keluarnya. Bagiku, pemerintah akan sangat kelihatan bodohnya kalau gembong masih bisa berpraktek di penjara, Lili :)

      Memberikan grasi itu juga tidak terkait dengan perasaan polisi dan jaksa yang bersusah payah bekerja mengikuti sistem. Justru kalau mereka mengikuti sistem, mereka harusnya nggak sakit hati kalau grasi presiden ternyata diberikan karena memang demikian aturan dan sistemnya.

      Aku nggak merasa perlu dan belum tentu bisa untuk memberikan jalan keluar bagi Jokowi karena aku memang tidak digaji untuk itu (meski pajak justru kubayar untuk pemerintahannya!) tapi yang pasti, kalau ia mau berpikir lebih panjang lagi, ia tentu tak akan mengijinkan eksekusi mati terjadi karena ia tahu bahwa tidak ada korelasi ilmiah antara efek jera para pelaku narkoba dan pembunuhan narapidana. Persoalan narkoba menurutku adalah PR besar bangsa, bukan PR besar narapidana yang memang benar mereka terbukti bersalah.

      Peran keluarga, dan negara sangat penting dalam menguranginya.

      Balas
  2. aku sendiri gimanaaa gitu rasanya dengan hukuman mati. tapi kalau sampai ada yang divonis hukuman mati, berarti hukuman itu ada dalam undang-undang negara Indonesia. kupikir kalau kita tidak setuju dengan hukuman mati, salah satu yang bisa dilakukan adalah merevisi undang-undangnya. ini mungkin bisa dilakukan untuk para narapidana selanjutnya sih… kalau yg sudah dieksekusi, hanya bisa mendoakan.

    Balas
    • Sepertinya sudah pernah diajukan (Undang-undang) itu ke Mk sometime last decade tapi ya ditolak…

      Balas
  3. Hukuman mati, bagi saya, hanya efektif kalo penegakan hukum beres, gak ada peradilan sesat, dsb.
    Tanpa itu, ancaman hukuman mati malah bisa buat bahan negosiasi sejak penyidikan.

    Apakah hukuman mati bisa memperbaiki keadaan? Mmmm tampaknya tidak. Tapi sebagai balas dendam, cukup memuaskan sih. Bukankah konsep lama hukuman bukanlah koreksi tapi pembalasan? Celakanya dalam negara yg bermasalah, terpidana hukuman mati yang belum dieksekusi bisa kendalikan bisnis narkoba dari penjara. Lengkap sudah alasan untuk menghukum mati.

    Eh gambar lilinnya bagusssss :)

    Balas
    • Aku tetap nggak bisa melihat korelasi antara penjara yang bisa dijadikan pusat bisnis narkoba dan hukuman mati, Paman.

      Menurutku, betapa mudahnya orang menggunakan penjara sebagai tempat transaksi bisnis narkoba justru menandakan pemerintah yang tak becus dalam mengatur tingkat sterlinya sebuah penjara.

      Dan dengan hukuman mati lalu ditabrakkan pada alasan soal barusan di atas, seolah malah membuat pemerintah tampak pongah.. tak bisa mengakui kesalahannya lalu membunuh orang. dor.. dor.. dor..

      gambar lilinnya masih kalah jauh dengan infografis beritagar hahaha :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.