Beberapa hari lalu aku membaca artikel menarik tentang tanda-tanda jiwa yang menua (old soul) di sini dan kupikir dari sembilan tanda itu, kugenapi satu lagi meski tambahannya ini kupikir khusus untuk jiwa yang menua dengan masa lalu yang menyenangkan: membuka album album-album foto lawas dan kemudian memamerkannya ke khalayak!
Dan begitu pula jiwaku! Belum terlalu tua tapi memiliki masa lalu yang amat menyenangkan! Setelah memamerkan foto diriku tahun 1996 yang kudapat dari Gorgom, kawan lamaku di Risalah Akhir Pekan ke-20/2015?silam, minggu kemarin aku di-tag oleh Jeng Soes, kawan lama juga, pada beberapa buah fotonya yang diambil pada awal dekade lalu, 2000 – 2009.
Kumpulan foto itu diambil saat aku sedang getol-getolnya motret bersama kawan-kawan ?angkatan awal? FotograferNet.
Aku sangat mensyukuri punya masa lalu yang menyenangkan. Tak banyak yang seperti itu, kalaupun ada, belum tentu semua kenangan terekam dalam kamera, kan?
* * *
Perubahan di dunia kerja tampaknya berada di pelupuk mata. Bisa jadi aku akan dipindah tugaskan ke team lain atau entah bagaimana, aku tak tahu? belum tahu tepatnya.
Padahal aku sedang sangat ?in? dengan team baruku ini terlebih kalau kalian amati dalam risalah-risalahku sebelumnya, betapa untuk sampai kepada keadaan ?alun tenang? seperti sekarang ini, sekian lama aku melewati ombak dan badai yang kuat nan menakutkan.
Tapi bukankah itu menariknya hidup? Penuh dengan kejutan dan perubahan?
Perkiraanku posisi baruku nanti bakalan lebih menarik karena keberhasilanku selama ini, tapi siapa sih yang tak grogi menghadapi perubahan meski sebaik apapun itu?
Jadi ya sudah, pasrah saja.
Satu hal yang pasti, tugasku sebagai manusia adalah untuk tetap bahagia dan bersyukur dalam situasi apapun dan bagaimanapun.
Oh ya, masih dari dunia kerja, kalian ingat kawanku si Fer, yang sama-sama dari Jogja, duduk di sebelahku dan kuceritakan pada beberapa risalah silam? Nah, ia sudah tak lagi bekerja di sini.
Ia telah menyelesaikan kontraknya yang cukup singkat (tiga minggu), dan aku memutuskan untuk tak memperpanjangnya karena memang sedang tak ada project yang cocok dengan skill setnya.
Selesai sudah masa-masa indah karena bisa berbahasa Jawa saat bekerja di luar negeri.
* * *
Minggu yang lalu juga sangat mengesankan karena aku bertemu dengan salah seorang kawan lamaku yang kakak angkatan di SMA Kolese De Britto yang menikahi kawanku yang lainnya, Samiaji dan Retno Sarosa. Mereka dulu pernah studi di sini, lalu pulang ke Indonesia dan menetap di Jogja.
Kedatangannya kemari setelah satu dekade meninggalkan Sydney adalah untuk napak tilas tempat-tempat yang pernah mereka hinggapi saat hidup di sini. Aku sangat kagum pada semangatnya untuk terus memelihara kenangan yang sudah barang tentu indah itu. Oh ya, mereka tak datang berdua saja, anaknya, Sati, yang kelahiran Sydney diajaknya serta.
Hari Rabu silam aku bertemu dengan mereka di Macquarie Center, shopping mall terdekat dari rumah dan kantorku. Tak hanya mereka yang datang, keluarga muda asal Klaten yang sedang studi di Australia dan sudah kukenal cukup lama, Aji dan Linggar juga turut serta dalam pertemuan itu. (Lain waktu aku akan bercerita tentang mereka karena hubunganku dengan Aji – Linggar ini cukup unik. Anak kami pergi ke sekolah yang sama dan setiap mengantar, aku merasakan sensasi seperti ngantar anak ke TK Maria Assumpta di Klaten sana padahal kenyataannya jarak sekolahan anak kami ribuan kilo jauhnya dari Kota Klaten tercinta!)
Sayang memang kami tak sempat bertemu lama., Baru setengah jam duduk dan bicara, tiba-tiba aku ada panggilan meeting mendadak?
Mereka, Samiaji, Retno dan Sati, akan kembali ke Indonesia awal minggu ini saat keluarga kawan lamaku yang lainnya justru pindah menetap ke Sydney.
Namanya Pampie dan Devi yang bersama ketiga anaknya mendarat di Sydney minggu kemarin. Uniknya, Devi dan Retno adalah teman se-SMA di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, sedangkan Pampie adalah kakak kelasku di Universitas Kristen Duta Wacana dulu.
Pertemananku memang sering berkelindan antara satu kawan dengan kawan lainnya. Aku membacanya bukan dunia yang sempit, tapi karena temanku yang banyak.
* * *
Kejutan terus berlanjut pada pengadaan kaos merchandise blog ini. Aku benar-benar nggak nyangka ada beberapa orang yang akhirnya benar-benar memesan dan membayar untuk membeli kaos dengan logo dan URL blog ini.
Tak hanya itu. Salah seorang pembacaku di Semarang, selain membeli kaos, ia yang adalah pecinta korek Zippo, memintaku mengirimkan logo blog ini untuk dicetak/gravier di korek api miliknya dan berniat untuk mengirimiku satu meski aku bingung juga karena toh aku sudah hampir sepuluh tahun berhenti merokok?
Apapun itu, hal ini patut kusyukuri dan membuat hati begitu hangat!
Oh ya, kalian sudah beli kaosnya? Kalau belum, belilah barang satu saja dengan mengisi form di sini. Anggaplah kaos itu sebagai sarana untuk mengenalkan blog bergizi ini ke orang-orang di sekitar kalian yang mungkin belum pernah berkunjung kemari.
Tertarik?
Selamat menjalani minggu yang baru.
Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XIV,
pada pesta nama Santo Antonius Maria Zakaria, Pengaku Iman
Saya ingat tahun 1996-an itu banyak klub fotografi. Rasanya punya kamera waktu itu gengsi jadi naik. :)