Risalah Akhir Pekan XXVI/2015

28 Jun 2015 | Cetusan, Risalah Akhir Pekan

blog_risalah_26_02

Hingga hari keenam setelah kurilis, uniknya sudah ada enam orang memesan kaos ?DonnyVerdianNet? dan bagiku ini adalah hal yang luar biasa menyenangkannya!

Meski di sisi lain, tak sedikit orang bertanya kenapa sih aku sampai menjual merchandise blog segala?

?Don, apa kamu sudah lelah untuk tak menghasilkan uang dari blogmu? Atau kamu memang sedang perlu uang??

Aku memang sedang perlu uang seperti halnya kita semua, selama hidup dan selama uang adalah metode resmi transaksi yang diakui, uang kita perlukan! Oleh karenanya aku bekerja keras setiap hari. Tapi aku tak mengharapkan uang itu kuperoleh dari blog ini termasuk dari keuntungan penjualan merchandise-ku.

Aku sama sekali tak meng-handle proses produksi merchandise ini. Semuanya dikerjakan seorang produsen yang berdomisili di Semarang dan kebetulan adalah ?ya teman, ya saudaraku?, Ronny namanya.

Dan karena aku tak tamak, aku merasa tak pantas untuk mengambil keuntungan dari satu produk yang tak satupun prosesnya kukerjakan.

Tapi kamu belum menjawab pertanyaan awal Don, kenapa kamu menjual merchandise?
Ok, untuk menjawab pertanyaan ini, aku tertarik menggunakan tagline yang kerap digunakan Enda Nasution, Bapak Blogger Indonesia yang kesohor itu, You say, ?Why?? and i say ?Why not??

Jadi, kapan kalian beli? Ayo buruan isi formnya di sini!

* * *

Minggu yang baru berlalu kemarin adalah minggu ke-26 di tahun ini atau minggu yang tepat berada di tengah-tengah tahun yang tersusun dari 52 minggu panjangnya.

Tapi bukan karena itu aku mengambil cuti tiga hari Senin hingga Rabu untuk melancong bersama keluarga ke Canberra. Aku merasa sudah saatnya mengambil masa tenang meski tak lama untuk menepi dan menyepi dari pekerjaan dan ingar-bingar rutinitas kehidupan.

Canberra adalah kota kecil yang dijadikan ibu kota Australia. Jaraknya tak sampai 300 kilometer ke arah barat daya kota Sydney. Kondisi kotanya yang benar-benar mungil dan tak seramai serta tak se-modern Sydney adalah salah satu alasannya.

Aku dan istriku sangat menyukai Canberra bahkan sejak 2011 silam, kalau tak salah ingat, hampir setiap tahun setidaknya sekali aku pergi ke Canberra entah itu menginap ataupun ?tek-tok? sehari pulang.

Selain karena mungil dan sepinya Canberra, kami jatuh cinta pada Canberra terutama pada penduduknya.

Di Sydney, kami sangat jarang menemui kesempatan dimana orang saling bertegur-sapa secara organik; tak dibuat-buat sedangkan di Canberra, orang-orang berlalu lalang menebarkan senyum dan menyapa hangat, ?G?day!? sapaan khas Australia.

Cuaca dan suhu udara juga jadi alasan lainnya. Mungkin karena aku berasal dari negara tropis, bagiku setiap musim dingin datang adalah tantangan yang menarik untuk bisa merasakan sedingin apa suhu musim kali ini?

Nah, karena Canberra berada di lembah pegunungan, hampir setiap saat, suhu udara kotanya jauh lebih sejuk ketimbang Sydney.

Ini benar-benar berkebalikan dengan kebanyakan orang-orang Australia yang lebih suka untuk merasakan hawa tropis dan? pantai oleh karenanya kebanyakan mereka saat musim dingin melancong ke utara, ke Queensland yang hangat atau ke Bali yang panas!

Tiga hari di Canberra, kami memanfaatkan waktu untuk merasakan kebersamaan dalam keluarga. Kami memang sempat mendatangi tempat-tempat wisata, tapi itu bukan lagi yang jadi utama. Lebih penting bagiku untuk menikmati keceriaan dan senda gurau anak-anak dan istri. Berbagi cerita yang mungkin sempat tercecer dengan Joyce dan yang pasti, aku meninggalkan laptop, ipad dan semua pekerjaan yang biasa kukerjakan sehari-hari.

Kunjungan ke Canberra kemarin juga kupakai untuk semakin menimbang-nimbang kemungkinan untukku pindah dari Sydney ke kota yang terkenal dengan Parliament House-nya itu.

blog_risalah_26_03

Ini bukan rencana main-main, meski aku juga belum menyiapkan secara serius benar. Aku merasa Sydney semakin menjadi raksasa; kota yang sangat dinamis tapi juga sangat modern lengkap dengan dampak-dampak modernitasnya.

Belajar dan mendengar pendapat dari beberapa kawanku di sini yang memutuskan pindah dari Sydney, mereka (dan akhirnya kita semua) sejatinya membutuhkan lahan yang lebih ramah untuk tempat tumbuh anak-anak.

Ada kawanku yang pindah dari Sydney ke Orange, sebuah kota yang lebih kecil dari Canberra berjarak kurang lebih 200km dari Sydney. Kini ia bahagia bersama keluarga menempati sebuah rumah dengan taman yang besar nan alami, bukan taman-taman yang ada di shopping center atau ada di lahan kecil yang berbatasan dengan tembok dan beton seperti di Sydney sini.

Ada pula kawanku yang memutuskan pulang ke Inggris yang kuceritakan pada risalah minggu lalu semata karena ia ingin memberikan pengalaman yang lebih klasik dan natural pada anak-anaknya; mengenal keluarga besarnya dan mengenal alam.

Nah, Canberra bagiku adalah tempat terbaik dan terdekat untuk ?mendekati? apa yang dilakukan kawan-kawanku itu.

Dari sisi properti, dengan pertumbuhan harga yang gila-gilaan di Australia, Canberra barangkali adalah kota dengan harga properti yang jauh lebih terjangkau ketimbang Sydney. Atau kalaupun nanti harus menyewa dulu, ongkos sewanya tentu juga tak semahal ongkos sewa di sini.

Aku juga tak meragukan pekerjaan yang nanti akan dipercayakan Tuhan kepadaku andai aku pindah ke Canberra. Pengalamanku selama lima belas tahun di industri web development dan digital terutama tujuh tahun terakhir di Australia membuatku yakin bahwa perusahaan-perusahaan di Canberra akan merasa sangat bersyukur dan beruntung mendapatkanku.

Lalu yang kutunggu? Sinyal yang makin kuat dan datangnya dari Tuhan. Belajar dari pengalamanku ketika hendak membuat satu keputusan besar, hal terbaik yang bisa kulakukan adalah benar-benar bersandar padaNya, tetap tenang dan fokus mengerjakan hal-hal yang saat ini harus dikerjakan. Kalau waktunya benar-benar tiba dan kalau memang jadi kehendakNya, semua akan berjalan secara mulus dan tenang pula. Itu adalah cara Tuhan! Cara yang tak tergesa-gesa dan tetap menyenangkan…

* * *

Keuntungan lain dari mengambil cuti selama tiga hari pada minggu ini adalah waktu kerja yang hanya dua hari, Kamis dan Jumat lalu libur lagi dua hari, Sabtu dan Minggu!

Tapi meski demikian, ketika kembali masuk kerja Kamis kemarin, ratusan email masuk minta dibaca dan ditanggapi, laporan developer-developer dan designer juga menumpuk meski aku tetap harus bersyukur karena selama aku pergi tak ada drama yang terjadi. semua aman, damai dan sentosa.

Kamis siang, saat memanfaatkan waktu makan, aku mendapati foto di bawah ini di linimasa Facebook-ku.

Awalnya aku tak tertarik, tapi akhirnya aku tak kuasa mencoba mengukur, seberapa stress aku saat itu?

Nah, kalian yang belum tahu, silakan amati gambar di bawah ini. Ini adalah gambar diam tapi jika kamu melihat daun-daun itu bergerak, konon artinya kamu sedang dilanda stress.

blog_risalah_26_01

Oh ya, di akhir minggu, dunia dikejutkan dengan keputusan Amerika untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di seluruh negara bagian.

Banyak kawan memberikan apresiasi atas keputusan besar itu. Tapi aku kali ini berada di lini yang berbeda meski aku tetap menyatakan apresiasiku atas apresiasi kawan-kawan tersebut. Alasanku sederhana, keyakinanku berbeda dan bertabrakan dengan konsep pernikahan sesama jenis. Titik.

Selamat menjalani minggu yang baru dan tetaplah bersyukur kepada Allah.

Dipublikasikan pada Hari Minggu Biasa XIII,
pada pesta nama Santo Ireneus dari Lyons, Uskup dan Martir

Sebarluaskan!

6 Komentar

  1. saya pengen jalan2 ke aussie, om. heheh…

    btw, maksudnya: “pesta nama Santo Ireneus dari Lyons, Uskup dan Martir” itu apa om? Pesta nama?

    Balas
    • Dalam tradisi Gereja Katolik, ada orang-orang yang dianggap suci (sudah meninggal) lalu diangkat menjadi santa/santo.

      Nah, pada hari-hari tertentu yang telah ditetapkan, nama mereka diperingati dan dijadikan Pesta Nama.

      Ayo main-main kemari :)

      Balas
  2. Wah keren tuh gambar untuk mengukur stress itu. Saya coba beberapa kali, kalo masih sepertiga gambar masih oke gak goyang tuh gambarnya. Kalo udah lewat dari sepertiga bergoyang teratur daun-daun itu, hehe…

    Balas
  3. Yang menarik sebetulnya kalau di Australia seberapa jauh gap gaji antara kota besar seperti Sydney dan Canberra atau kota lainnya seperti Orange di atas.

    Balas
    • Aku sebenarnya kepikiran bikin posting tentang itu tapi risetnya males jhe… hahaha.. sek ya nanti nek ada waktu kubikinkan…

      Balas
  4. hahaha~ oke kang.
    Aku juga lagi kepikiran sesuatu, krn negara maju perkembangannya tentu saja mendekati 0.
    Baru sadar ketika mengunjungi Jepang setahun lalu kondisinya masih sama 10 tahun yang lalu ketika aku intern di sana.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.