Bahagia tak pernah sederhana tapi ia bisa direngkuh dengan cara-cara yang terkadang terlampau sederhana.
Hidup dan bekerja di negara barat seperti Australia, menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa formal dalam berkomunikasi adalah keharusan. Tapi minggu lalu, sebuah keluarbiasaan terjadi, aku menggunakan Bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan rekan sekerjaku yang karena alasan profesionalitas dan aku tak mau menyinggung terlampau banyak soal pekerjaanku di sini, sebutlah Fr namanya.
Fr ini sebenarnya bukan orang baru.
Ia kakak angkatanku ketika kuliah di Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Pernah pula tinggal satu atap rumah kost di Resonegaran, Terban, Yogyakarta (baca tulisanku tentang kost lamaku ini di sini) dan uniknya, posisi kerja/jabatan yang kudapat sekarang, dulunya pernah ia duduki pula!
Setelah hampir dua tahun pulang ke Indonesia, Fr beserta keluarganya kembali ke Australia sejak awal Mei 2015 dan karena kebetulan ia belum punya pekerjaan tetap dan aku memerlukan tenaga developer untuk bekerja dalam proyek yang kupimpin, aku menawarinya untuk kembali masuk kerja meski dalam jangka waktu relatif pendek.
Meski kalau di hadapan team member lainnya ataupun ketika meeting dengan klien, aku dan Fr ber-cas-cis-cus dalam English, tapi ketika sedang berdiskusi tentang pekerjaan di tempat duduk kami masing-masing (kami bersebelahan), daripada bilang, ?So, where we at now?? untuk tracking project, aku lebih suka bertanya, ?Piye? Wes tekan ngendi gaweanmu??
Atau ketika aku perlu bantuannya untuk menganalisa masalah, aku tinggal bilang, ?Eh, deloken iki ana masalah apa kok pijer erar-eror wae!?
At least, hingga lepas dua minggu ke depan, kenikmatan seperti itu akan kurasakan, semoga aku bisa meng-extend masa kerja si Fr lebih panjang lagi?
Oh ya, si Fr itu pernah kuceritakan dan ada pula fotonya di tulisan ini.
* * *
Minggu lalu aku juga dibuat makin percaya bahwa sejatinya hidup ini sudah benar-benar diatur oleh yang Maha Mengatur.
Masih ingat soal perusahaan yang menawariku pekerjaan dan pernah kuceritakan di sini?
Jumat kemarin aku mendapat notifikasi dari Linkedin bahwa perusahaan yang dulu hendak meng-hire-ku itu dijual ke sebuah perusahaan besar!
Aku tak bisa tidak bersyukur kepada Tuhan sejadi-jadinya. Meski dari awal aku sudah berpikir dan memutuskan bahwa pekerjaan itu memang bukan untukku, tapi sebagai manusia, perasaan galau dan bingung itu muncul juga. Nah, apa yang terjadi Jumat kemarin membuatku semakin mantap bahwa memang itu benar-benar pekerjaan yang bukan untukku!
Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika waktu itu aku benar-benar masuk ke sana. Mungkin aku akan aman-aman saja, tapi bagaimanapun juga pergantian pemilik terutama ketika posisi jabatan yang kita dapat sudah cukup tinggi, tidaklah pernah senyaman kalau kita jadi developer atau pegawai biasa saja.
Bagaimana seminggumu yang lalu?
Baik-baik saja?
Oh ya, ini fotoku kuambil di penghujung minggu, malam minggu kemarin ketika sedang bermain musik di Perayaan Ekaristi Mingguan di St Agatha?s Church Penant Hill, NSW. Yup, aku potong rambut hingga plontos lagi karena aku sudah nyaman begini?
Selamat memasuki minggu yang baru, Tuhan berkati kalian semua!
Dipublikasikan pada Hari Raya Tri Tunggal Maha Kudus,
pada pesta peringatan Santa Perawan Maria mengunjungi Elisabeth
Enak ya ada teman yang bisa diajak bicara dalam bahasa daerah dalam bekerja. Itu suatu karunia.
Output MIDI ngga di-soundcloud-kan sisan mas dab? :D