Risalah Akhir Pekan II/2015

10 Jan 2015 | Cetusan, Risalah Akhir Pekan

Laman muka situs web Charlie Hebdo

Laman muka situs web Charlie Hebdo

Ada pesan yang sangat menggetarkan dari laman muka situs Charlie Hebdo yang kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia kira-kira begini:

Karena pena selalu di atas barbarianisme,
karena kebebasan adalah hak universal
karena kalian mendukung kami

Kami, Charlie akan tetap menerbitkan koran pada 14 Januari mendatang!

Kenyataannya minggu ini harus ditutup dengan hal yang kurang menyenangkan, penyerangan terhadap kantor berita ?kiri? Charlie Hebdo oleh sekelompok orang bersenjata. Beberapa korban tewas dan luka parah. Motif penyerangan diduga karena pelecehan simbol-simbol agama.
Menyedihkan? Sangat!
Seburuk-buruknya mereka dianggap melecehkan agama, pembalasan dengan jalan penghilangan nyawa manusia adalah hal yang memuakkan dan justru merupakan bentuk penghinaan terhadap keyakinan manapun yang mengaku bermuara pada ketuhanan!

Selain hal di atas, minggu ini berjalan dengan baik untukku.

Awal minggu aku dikejutkan oleh sebuah kejadian bodoh yang menyenangkan. Minggu malam waktu rasa malas kembali kerja setelah dua minggu libur memuncak, aku iseng ngecheck email kantor, itung-itung untuk persiapan mental apa yang harus kuhadapi keesokan harinya.

Tapi aku dikejutkan oleh email dari managerku bahwa aku baru masuk kerja lagi bukan keesokan harinya melainkan Selasa, 6 Januari 2015!

Kok bisa?
Jadi ceritanya kembali ke akhir tahun lalu, ketika hendak mengajukan cuti Natal aku mengira tanggal 5 Januari 2015 jatuh pada hari Jumat sehingga aku masuk kerja pada Senin, 8 Januari 2015. Tapi ternyata seperti kita tahu, tanggal 5 jatuh pada hari Senin, kan?!

Moodku pun membaik!
Mereka-reka rencana bersama istri untuk menghabiskan waktu sehari bonus liburan, kami lalu sepakat untuk kembali ke Cabramatta dan berwisata kuliner di sana! Ini adalah kunjungan kedua dalam waktu kurang dari seminggu padahal jarak dari rumah ke sana adalah sekitar 45 menit perjalanan!

A video posted by Donny Verdian (@dv77) on Jan 4, 2015 at 5:26pm PST

Sepulang dari Cabramatta, rasa malas itu toh datang lagi. Ia hanya tertunda, bukan menghilang selamanya! Tapi benar apa yang dibilang Joyce, istriku, bahwa rasa enggan itu hanya muncul saat sebelum berangkat kerja karena ketika sudah masuk ke dalam ritme kerja, kita malah mungkin sudah lupa bahwa kita pernah enggan untuk masuk ke dalamnya. Begitu aku masuk kerja dan duduk serta memulai putaran pekerjaan, aku pun kembali menikmatinya.

Ada begitu banyak hal yang bisa kurencanakan untuk kukerjakan bersama tim-ku di awal tahun ini dan ini menarik tentu saja! Aku juga bisa kembali ke gym lagi meski setiap melirik ke kaca, aku selalu menghindar untuk mengamati perutku yang tumbuh begitu subur berkat liburan dua minggu yang selalu kuisi dengan makan, makan dan makan!

Meski minggu ini berjalan baik, ada kabar kurang baik menyangkut pemulihan kakiku yang terkilir pada hari Natal lalu. Kupikir kakiku akan mudah pulih secara normal, nyatanya setelah tiga minggu, hasilnya belum sesuai dengan harapan.

Aku menengarai hal ini terjadi karena aku harus berjalan kaki cukup banyak!?Pulang pergi rumah – bus shelter sekitar 2km setiap pagi dan sore, belum lagi kalau harus pergi meeting selama bekerja (Jarak antar gedung (ada tujuh gedung di kompleks perusahaan tempatku bekerja) mengharuskanku untuk berjalan dan dalam sehari rata-rata aku harus datang ke 3 – 4 meeting!), semuanya kulewati dengan berjalan kaki.

Keadaan ini otomatis membuatku terhalang untuk melanjutkan resolusiku tahun lalu (simak di sini tulisan terkait dengan hal ini) untuk menghindari penggunaan lift/eskalator dan memilih menggunakan tangga ketika naik-turun gedung.

Namun demikian aku toh tak mengurangi tensiku dalam beraktifitas. Meski rasa nyeri kaki ketika berjalan belum benar-benar berkurang, aku tetap paksakan untuk melakukan semua itu semata karena aku sadar bahwa aku tak boleh kalah oleh rasa sakit! Aku harus terbiasa hidup berdampingan dengan rasa sakit!

Hasilnya?
Kian hari aku tak merasakan kesakitan lagi. Entah itu karena kakiku telah benar-benar sembuh atau entah karena aku terbiasa dengan rasa nyeri yang ditimbulkan setiap kakiku menjengkali tanah yang kulewati.

Hidup memang harus kita hampiri dengan jalan membiasakan diri.
Membiasakan diri terhadap sakit, rindu, sepi, kecewa tapi sekaligus terhadap bangga, bahagia, ceria sehingga pada akhirnya hanya menyisakan syukur yang tak terhingga!

Selamat berakhir pekan. Syukurilah!

blog_2-2015

Dipublikasikan pada
Hari Raya Pembaptisan Tuhan

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.