Risalah Akhir Pekan XXI/2015

24 Mei 2015 | Cetusan, Risalah Akhir Pekan

Dalam waktu sepuluh hari kehilangan dua sahabat untuk selamanya adalah sesuatu yang menyesakkan.

Setelah Iwan berpulang 10 Mei 2015 silam, hari Rabu yang lalu Hamid Muhammad atau yang akrab dipanggil Hamid meninggal setelah ditemukan pingsan di kantor tempat ia bekerja di Jogja.

Hal ini tentu mengagetkan. Meski akhir-akhir ini aku tak terlalu akrab dengan Hamid, tapi kami pernah dekat.

Aku sempat merenung, apa yang salah dengan semua ini? Kenapa datangnya begitu bertubi-tubi? Apa karena terlalu banyak teman sehingga ketika beberapa dari mereka berpulang, aku merasakannya begitu dalam, terlalu dalam?

Beruntung aku menemukan sinar.
Daripadanya kutemukan jawaban yang menenangkan; bahwa kedua temanku tadi, Iwan dan Hamid, hanya mengalami hal yang pada akhirnya kita akan alami semua, kematian dan justru kepada keduanya telah dianugerahkan, tentu dengan kacamata iman, hidup dalam keabadian.

Jadi, kenapa aku harus bersedih yang berkepanjangan??Justru sekarang saatnya untuk bersyukur atas cinta yang mewujud dalam hal-hal keseharian sederhana yang pernah ditampakkan mereka kepadaku, sahabatnya.

Melalui bagaimana Iwan dulu peduli pada orang tuaku, bagaimana ia peduli pada persoalan divisi kerjaku, bagaimana ia mendengarkan cerita-ceritaku?

Bagaimana pula Hamid peduli dan tanggap pada keinginanku untuk memindahkan blog ini ke server baru yang lebih baik dan bagaimana ia yang tinggal di selatan Jogja mau-maunya menyempatkan diri menembus lalu lintas Jogja yang macet dan suhu udara yang panas datang ke sebuah restoran di Gejayan yang letaknya agak meng-utara hanya untuk bertemu denganku, Agustus 2013 silam?

Gerakan-gerakan mereka itu semua dilandasi cinta, kasih dan perhatian. Tiada lain!

Untuk semua itulah pada akhirnya di akhir pekan ini aku mampu mengembangkan senyum, menatap langit, membayangkan wajah keduanya dan wajah kawan-kawanku lainnya yang telah meninggal terlebih dulu dan berucap terimakasih atas cinta, kasih dan perhatian yang mereka berikan saat mereka hidup dulu kepadaku.

Tugasku selanjutnya?
Melanjutkan hidup dan spread the love to others supaya orang lain yang ada di sekitarku juga merasakan cinta yang diestafetkan dari para pendahuluku itu!

 

* * *

 

Kabar baik minggu ini kuterima dari atasanku.
Ia mengabarkan hasil penilaian atas kerjaku selama setengah tahun terakhir. Dengan sistem penilaian yang ada di kantor tempatku bekerja, aku mendapatkan nilai tertinggi; sesuatu yang konon hanya di dapat kurang dari 7% dari total pegawai yang sepuluh ribu banyaknya!

Senangku bukan kepalang. Kerja kerasku empat bulan terakhir untuk mengganti tim dari yang lama ke yang baru, keputusanku untuk tak memperpanjang kontrak beberapa kontraktor lawas, membuat berbagai macam aturan dan terobosan untuk membuat keadaan pergantian itu tak membahayakan bisnis diakui dan diberi ganjaran yang setimpal.

Atasanku yang orang Inggris itu juga sedang mempersiapkan jalur karir yang baru bagiku yang sepertinya akan sangat menantang dan menarik, ?Just bear with me!? ujarnya ketika aku tanya kapan akan terealisasi. Yang pasti tak lama lagi!

 

* * *

Sementara cuaca di Kota Sydney akhir pekan ini justru memburuk padahal sejak akhir pekan lalu hingga kamis siang kemarin, langit biru dengan angin sepoi-sepoi dan suhu 15 derajat adalah godaan yang paling berat untuk tak masuk kerja dan pergi ke pantai atau ke tempat asyik lainnya, ongkang-ongkang kaki, nge beer dan bermain-main bersama anak istri.

Cuaca yang memburuk ini juga menjadi semacam anomali atas prakiraan cuaca yang sudah diumumkan jauh hari bahwa karena gelombang panas El Nino maka suhu akan menghangat; sesuatu yang hingga kini belum kurasakan.

Ah tapi yang namanya prakiraan memang selalu demikian. Selalu ada ?Loh kok gini?? atau ?Loh katanya?? ketika hal-hal yang diperkirakan tak berujung sesuai pada kenyataan.

Seperti halnya hidup, kian kemari terutama setelah yang terjadi belakangan ini, aku makin memahami bahwa tikungan-tikungan hidup yang kita lalui selalu menawarkan hal-hal yang tak pernah kita duga sebelumnya terjadi kecuali satu bahwa apapun yang kita hadapi di tikungan itu, Tuhan tak pernah meninggalkan kita barang semilimeter pun jauhnya!

Selamat menyambut pekan yang baru. Spread the love! God?s love!

Dipublikasikan pada Hari Raya Pentakosta, pada pesta peringatan Santa Yoana, pendamping rasul-rasul

cangkir kopi baru pemberian klien dengan warna ceria...

cangkir kopi baru pemberian klien dengan warna ceria…

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. Selamat ya Don, semoga karirnya makin moncer.

    Balas
    • Makasih :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.