Risalah Akhir Pekan XII/2015

22 Mar 2015 | Cetusan, Risalah Akhir Pekan

Pesawatku mendarat di Sydney pada pukul 9:30 tadi pagi. Praktis aku hanya tidur sekitar tiga jam saja di dalam lambung pesawat Garuda Indonesia yang mengantarkanku dari Indonesia kembali bertemu anak-anak dan istriku di sini setelah seminggu terpisah.

Usai sudah minggu yang sangat melelahkan tapi juga sangat kusyukuri. Minggu lalu adalah minggu yang menjadi jawaban atas doaku selama ini. Ada begitu banyak perasaan yang muncul tujuh hari belakangan, aku menyebutnya sebagai minggu yang penuh kasih; sebuah retret yang sangat memberi arti bagi hidupku khususnya dalam hubunganku dengan Mamaku, orang yang melahirkanku.

Setelah mendarat, aku tak langsung pulang tapi melesat ke St Joseph’s Catholic Church di Newtown bersama anak-anak dan istri karena aku harus tugas menyanyi di sana. Dari situ aku langsung makan lalu baru pulang. Sekarang pukul 8 malam waktu Sydney dan aku sudah tak punya tenaga lagi untuk menuliskan risalah minggu ini.

Tapi sungguhpun demikian, semalam ketika transit di Cengkareng, aku membuka inbox dan mendapati sepucuk email dari seorang kawan lama, AA Kunto A. Kawan sekelas ketika duduk di bangku kelas 1 SMA Kolese De Britto itu adalah seorang penulis handal dan sekarang menjadi coachwriter. Aku tercekat saat membaca emailnya, begitu tulus dan personal. Aku lantas meminta ijin kepadanya untuk mempublikasikan email itu di sini dan ijin itu kudapat daripadanya barusan.

Jadi, simaklah email dari Kunto yang bagiku sangat mencerminkan tentang apa yang terjadi pada seminggu lalu.

Don,

Saat membuka email ini, kamu sudah tiba kembali di Ostrali. Sudah bersatu kembali dengan Joice dan anak-anakmu. Sebagai suami dan bapak.?Sengaja kutulis email Don. Luwih personal.

Email ini bukan untuk testimoni tentangmu seperti pernah kau minta lewat pesan langsung di akun twitterku. Sori Don, aku ora nanggepi DM-mu. Bukan aku nggak ada waktu. Juga bukan enggan meluangkan waktu sebagaimana pintamu. Ora. Ning aku wegah.

Aku pembaca setia blog-mu. Ya setia banget sih ora. Sering juga kuberpaling. Ning twit dan status FB-mu selalu memanggilku untuk sesekali menengok tulisanmu. Aku kagum pada kesetiaanmu untuk menulis secara teratur, jauh lebih tertib dari aku yang memamerkan diri sebagai penulis dan coachwriter. Aku menulis di blog sejauh senggang, ketika ingat, saat mau. Selebihnya memilih menulis sesuai pesanan, sebagai tukang.

Kutengok blogmu tatkala aku butuh inspirasi segar tentang tema-tema sederhana. Cara berpikir yang beda, yang kadang menohok kadang juga teduh, kuunduh dari untaian tulisanmu.

Selalu kucatat dalam ingatanku, Don, kamulah orang pertama yang memperkenalkanku pada blog. Ketika itu, ketika belum banyak orang ngeblog. Jauh sebelum musim blogger jadi selebritas.

Kini, ketika musim itu telah berlalu, dan laman-laman blog makin sunyi ditinggalkan penghuninya, kamu tetap bertekun di donnyverdian.net-mu. Dan masih banyak teman meninggalkan komentar di tiap postingmu. Sori, tidak termasuk aku di situ.

Di antara berjibun tulisanmu, tema tentang Papa+Mama dan keluargamu lebih mengundang perhatianmu. Kisah bersambung tentang almarhum Papamu sangat menyentuh.

Teranyar, beberapa hari ini, kamu bertutur tentang Mamamu. Sampai kamu putuskan untuk pulang…

Salut Don! Aku selalu kagum pada orang-orang yang di sela kehidupan pribadinya masih teringat pada ibu+bapaknya, pada keluarga asal-usulnya. Dan hari-hari ini beberapa teman sedang berkeputusan sepertimu: pulang untuk ibu.

Aku sendiri sudah berketetapan tinggal di Jogja menemani ibu+bapakku, bergantian dengan adik-adikku yang merantau. Jadi teman ngobrol dan sopir. Sebulan ini tiap pagi mengantar ibu jalani fisioterapi untuk membebaskan saraf beliau yang terjepit. Seperti Chitra, adikmu, aku jadi mata terdepan untuk mengabarkan pada saudara-saudara tentang keseharian ibu+bapak?supaya adik-adik tenang di seberang.

Aku senang kamu pulang, Don, walau hanya beberapa hari. Aku membayangkan betapa berharganya kepulanganmu kali ini. Syukur, pengharapan, dan kepasrahan berbalut jadi satu. Apik tenan.

Wis ngono isih sempat mbakso nang Anda, mbabi nang Bimakroda lan Ucok, plus nyambangi sedulur-sedulur nang Citraweb lan liya-liyane. Jane ya pengen nemoni kowe ning kok awak lagi njaluk leren nang ngomah bar untuku dicabut nang klinike Roy Masijo. Mbukak fesbuk wae ora njempol utawa nulis komentar. Meneng wae…

Sing penting Don, di atas semua ini, doaku untuk Mamamu. Semoga Allah lekas membebaskan Mamamu dari sakit, dan menyembuhkan-Nya sesuai skenario terbaik-Nya.

Verba Volant, Scripta Manent – yang terucap lenyap, yang tertulis abadi

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. Jangan lupa BOBO! :D

    Balas
  2. Teman tulus jarang ya Don. Teman hura-hura akeh.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.