Risalah Akhir Pekan I/2015

3 Jan 2015 | Cetusan, Risalah Akhir Pekan

Pekan lalu adalah pekan pertama di tahun yang baru. Empat hari dari pekan tersebut (karena aku menghitung hari pertama setiap pekan adalah Minggu) berada di tahun sebelumnya yang baru saja kita lewati, 2014.

Sama seperti sebagian besar dari kalian, aku masih berduka atas kecelakaan Air Asia QZ8501 pada pagi 27 Desember 2014 silam. Rasa duka itu seolah begitu lekat nan tebal mungkin karena banyak dari para korban punya kaitan dengan kawan-kawan yang kukenal yang tinggal di Surabaya dan sekitarnya dan kuikuti lewat jejaring sosial media.

Duka itu seolah menyelinap di tengah momen-momen terbaik akhir tahun, Natal dan Tahun Baru! Tapi sebagai orang Katholik aku selalu ditantang untuk mencari apa nilai positif dari setiap kejadian. Lalu apa hasilnya?

betapa kecilnya kita, jangankan di hadapanNya, bahkan di hadapan alam pun, ciptaanNya kita ini sebenarnya tidak ada apa-apanya?

Aku mencoba menganggap kejadian ?duka yang menyelinap? Air Asia itu sebagai piranti Tuhan untuk kita merenungkan lebih baik tentang betapa kecilnya kita, jangankan di hadapanNya, bahkan di hadapan alam pun, ciptaanNya kita ini sebenarnya tidak ada apa-apanya? Tentu ini sebuah pengingat sekaligus penanda yang baik supaya kita hidup secara baik-baik di tahun baru ini!

Selain dari hal tersebut, pekan lalu yang merupakan pekan terakhir dari dua pekan rangkaian libur Natal – Tahun Baru-ku, sangatlah menyenangkan.

Kakiku yang terkilir cukup parah pada saat hari Natal kemarin karena jatuh dari panggung setelah bernyanyi bersama Romo Ardi Handojoseno, SJ membaik cukup drastis minggu ini. (Oh ya, kalian yang belum menonton bagaimana kami bernyanyi pada acara christmas lunch di North Sydney, silakan simak video di bawah ini!)

Rencana bepergian ke Hunter Valley yang sempat tertunda pada minggu sebelumnya demi recovery pada kakiku pun akhirnya terlaksana selasa silam.

Kecuali tahun lalu, tiap akhir tahun sejak 2011 kami sekeluarga selalu menyempatkan diri pergi ke Hunter Valley karena di sana ada Lights Festival, sebuah festival cahaya yang memanfaatkan lebih dari 1.5 juta lampu dan dipasang begitu apik di Hunter Valley Garden.

Yang paling senang tentu anak-anakku, Odilia dan Elodia, karena lampu-lampu itu dipasang di taman yang cukup luas, pada batang-batang pohon dan pada jalur pedestrian sedemikian rupa membentuk tokoh-tokoh kartun, permen, dan karakter-karakter Natal khas barat seperti SinterKlas misalnya. Sayang, justru dalam festival itu, kisah kelahiran Yesus hanya diberi ruang sepetak kecil yang mungil di sebuah sudut dan banyak dilewatkan pengunjung. Ironis memang?

Odilia dan adiknya, Elodia di salah satu wahana Light Festival

Odilia dan adiknya, Elodia di salah satu wahana Light Festival

Light festival juga bukan untuk membuat senang Odilia dan Elodia saja. Ada sebuah stand makanan di area food bazar yang menjual sosis ala Jerman, Cook and Kransky namanya! Aku sangat suka karena sosisnya berukuran besar dan dimasak dengan cara yang benar; tak terlalu matang tapi juga tak lembek isinya sehingga ketika gigiku mengerat tubuh sosisnya, ada sensasi ?memecah sesuatu? dan crottt! dagingnya berlomba-lomba keluar dari kulit sosi yang tak terlalu tebal. Nikmatnya? Tak terbayangkan dan tak terkatakan oleh tiga porsi hotdog yang kuhabiskan sendirian setiap kali kudatang ke sana! Memalukan? Hey, hidup hanya sekali, kan? Nikmati saja! :)

Selain ke Hunter Vally, kami juga pergi ke Cabramatta bersama beberapa orang kawan.
Cabramatta adalah perkampungan sekaligus pusat pertokoan yang banyak menjual barang dan makanan ala Vietnam dan Kamboja.

Suburb berjarak sekitar 45 menit perjalanan dari rumah ini selalu menyenangkan. Tak hanya makanannya yang sangat ?berkarakter?, nuansa barang-barang yang bisa kutemukan di sana sangat ?Indonesia?! Barang-barang yang tak bisa ditemui di pertokoan lain di sini seperti guling dan gayung mandi, bisa dengan mudah ditemukan di sana! Suatu saat nanti aku harus menulis khusus tentang Cabramatta di blog ini. Nantikan!

Salah satu restaurant di Cabramatta

Salah satu restaurant di Cabramatta

Untuk menutup pekan, Sabtu (3/1) kemarin kami hadir ke perayaan ekaristi awal tahun berbahasa Indonesia yang diadakan komunitasku, PDKK Ephiphany di Molgua, NSW. Bertemu dan berbincang dengan sesama Indonesia serta menyantap makanan ala Tanah Air di negeri orang memang selalu menyenangkan. Semoga perasaan senang itu mampu menjadi mood boosterku untuk kembali masuk kerja pada senin depan!

Mari kita saling mendoakan bagi diri kita masing-masing, keluarga dan sesama!
Selamat menyambut pekan yang baru!

Dipublikasikan pada
Hari Raya Ephiphany, Hari Penampakan Tuhan

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. ah aku jadi ingin makan Bratwurst nih… apalagi sambil minum beer :D
    Paduan suaramu dan Romo Ardi kereeen (y)

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.