Layaknya pengawal rubrik tanya jawab di majalah, akupun mendapatkan banyak pertanyaan baik itu yang dikirim lewat email, messenger, maupun laman facebook blog ini (Hey, kalian yang belum nge-like, ditunggu oleh lebih dari delapan ratus orang lainnya di sini).
Macam-macam benar pertanyaannya. Ada yang bertanya soal ngeblog, soal hidup di Australia, membagi puisi dan IT. Karena Senin kemarin aku membahas soal IT (? tulisan Senin?lalu), maka kali ini supaya berkesinambungan mari kita bahas yang ber-aras IT juga.
QMas, apa benar kita bisa hidup/punya penghasilan yang menjanjikan dari dunia IT? Kadang kita merasa dunia IT sangat menjanjikan tapi di satu sisi dunia IT berkembang sangat cepat, kita kalah jauh dari developer-developer dari luar, bagaimana biar kita tetap bisa eksis di dunia IT? (Nn – Kediri)
AHidup itu di tangan Tuhan, bukan di tangan dunia IT, dunia ekonomi, politik maupun dunia lain, Mas! Jadi kalau Mas nyoba sekuat apapun di dunia apapun, kalau Tuhan tak berkehendak kamu ?ada? di sana, Ia pasti tak kan mengijinkannya.
Tapi apakah hal ini berlaku sebaliknya?
Kalau Tuhan berkehendak kamu ?ada? di sana sementara kamu belum apa-apa sudah ketakutan untuk nyemplung di bidang yang sudah direstui Tuhan, apa kamu pikir Tuhan akan memaksamu ke sana?
Menurutku tidak. Untuk itulah kita perlu mencoba sampai kita tahu seberapa jauh ijinNya.
Dunia IT adalah dunia yang berkembang pesat, itu benar.
Tapi seperti yang kutulis pada hari Senin silam, tak semua perkembangan itu harus kita ikuti kok. Kalaupun kita berniat untuk mengikuti semuanya, kita juga tak kan pernah bisa karena keterbatasan kita sebagai manusia.
Dunia IT itu seperti halnya dunia kerja lainnya adalah kolam berisi air yang banyak memiliki relung-relung labirin. Sebagai ikan, kamu tak harus menguasai dan bahkan tahu setiap labirin yang ada, cukup mengerti satu-dua di antaranya.
Sama. Kerja di IT kamu nggak perlu ngerti semuanya karena ia terlalu luas akan semakin luas. Misalnya, meski ada beberapa, berapa banyak programmer IT yang bisa sama bagusnya ketika bekerja sebagai network administrator? Atau kalau mau dipersempit lagi, berapa banyak programmer .NET yang juga menguasai Java sama bagusnya?
Yang penting kamu tahu diri, kapan waktunya mulai belajar, kapan waktunya bekerja, kapan waktunya berpikir untuk ganti halauan atau promosi karena tak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan, termasuk perubahan kemampuan kita, Mas.
Oh ya, soal ketakutanmu pada developer-developer luar, jawabku begini?
Apa definisi developer luar? Developer yang ada di luar Indonesia? Kalau iya, berarti aku adalah salah satunya.
Aku bukanlah developer yang pantas ditakuti karena kamu tak kalah jauh dariku. Malah kalau mau jujur, ada puluhan, ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu developer di Tanah Air yang jauh lebih bagus daripadaku.
Ini bukan caraku untuk merendah, Mas. Tapi justru caraku untuk mengangkat motivasimu yaitu bahwa hidupmu tak kan berubah banyak hanya karena kamu kalah dari developer luar.
Bagiku, lebih penting adalah merasakan hangatnya sapaan istri dan riangnya anak-anak berlomba-lomba menyambut kita ketika pulang dari kantor, ketimbang mengukur sejauh mana kekalahan kita daripada developer-developer lainnya, Mas.
Lapangkan pikirmu!
QHalo Bro Donny.
Saya seorang web developer lulusan Binus (jakarta) yang sudah bekerja selama satu tahun di dalam suatu perusahaan yang bergerak di bidang business-to-business, saya meng-handle website mereka dari 0 hingga sekarang.
Anyway, saya sedang ingin mencoba suasana baru ke luar negeri, yaitu negeri Australia. Rencananya saya ingin bekerja sambil kuliah disana, saya ingin tetap bekerja sebagai web developer disana, namun, saya merasa pesimis, karena saya bukan lulusan dari universitas manapun di negeri itu. Yang ingin saya tanyakan adalah, apakah itu memungkinkan bagi saya, untuk bekerja sebagai web developer disana ?
Terima kasih banyak sudah membaca pesan ini. (Nn – Jakarta)
AHalo juga Bro?Kamu lulusan Binus Jakarta, aku lulusan Akakom yang kampusnya di selatan pertigaan Janti Yogyakarta. Mark Zukerberg nggak lulus kuliah, alm. Steve Job juga tidak, dan Bill Gates harus dropped out dari Harvard University. Lalu kenapa?
Bekerja jadi web developer di sini dan juga dimanapun seharusnya tak bergantung pada universitas mana yang meluluskanmu.
Pengalaman mencari kerja dan bekerja sejak 2008 tak sekalipun aku pernah ditanya ?Kamu lulusan mana?? Ada memang yang pernah bertanya nilai-nilai yang kuraih saat kuliah tapi itu tak banyak, sangat jarang.
Beberapa kali belakangan, Puji Tuhan, aku juga mulai terlibat proses interview pegawai baru dan aku juga ikut-ikutan tak tertarik bertanya soal latar belakang kuliah mereka.
Tahu kenapa? Aku tak peduli mau seperti apa bagus dan buruknya mereka selama kuliah asalkan portfolio pekerjaan mereka bagus dan ke depannya bisa tampak bagus ketika bekerja untukku, itu sudah lebih dari cukup.
Bro,
Ketimbang mikirin layak-tidaknya kamu bekerja karena lulusan universitas di Indonesia, mending pikirkan syarat utama kerja di Australia, visa kerja dan keberanian.
Dan kulihat, dari pertanyaanmu di atas, musuh terbesarmu bukanlah kemampuan dan bukan pula asal-muasal kampusmu.
Musuh terbesarmu adalah hal yang ada di dalam benakmu sendiri,, pesimistis!
Singkirkan itu jauh-jauh! Pesimistis itu hanya milik orang kalah yang terbuang sedangkan kita ini orang-orang pilihan…
TUlisan yang sangat menarik terutama mengenai valid tidaknya “lulusan mana”. Saya berangkat dari HR sebuah grup perusahaan besar dimana “lulusan mana” menjadi salah satu pertimbangan diterima tidaknya. Akan tetapi, setelah saya pindah ke perusahaan IT multinasional dan sekarang di sebuah startup, ternyata pertimbangan technical skill menjadi sangat penting, jauhhh lebih penting daripada sekedar lulus dari uni atau tidak.
Saya menjadi sangat terbiasa mempertimbangkan banyak kemungkinan sekarang, ketimbang hanya melihat uni dan IPKnya, dan itu, menjadikan pilihan menjadi sangat banyak.
bottom line, kompetensi teknikal itu sangat penting buat IT, jadi jangan pernah berlemah hati karena lulusan UNI mana atau IPK berapa.
Makasih. Komenmu memperkaya konten ini!
Yup!!! Bidang IT itu sub-subnya sangat luas sekali dan technology-nya makin baru / produk lama didaur ulang dan menjadi trend sekarang. Seperti big data produk lama yang sekarang lagi hits. Bentar lagi docker / dokku juga akan hits.
Nah, aku mau ngajuin pertanyaan;
1) Aku ingat tulisanmu yang ini kalimatnya; kalau kerja di bidang programming itu yang kita harus bisa bahasa programming karena akan berhadapan dengan bahasa pemrograman. Dan kita tahu banyak developer atau programmer di Indonesia yang bagus-bagus tapi ada kendala di bahasa Inggrisnya. Nah itu bagaimana?
2) Apa opini kamu tentang web accessibility untuk disabled dan elderly people?
3) Kamu kan jadi team leader. Apa pendekatan kamu ketika bekerja dengan mereka dan apa yang kamu sarankan supaya mereka tidak keluar dari kontrol?
4) Gimana working culture disana?
Hmmm, aku gak jawab sekarang ah! Asik juga dijadikan tulisan sendiri :) Tunggu ya
Tulisan Donny ini sangat mencerahkan. Saya bersetuju dengan kemampuan teknis bukan dengan “lulusan mana.” Sedih liat banyak penerima kerja di Indonesia yang pertama dilihat adalah “lulusan mana” bukan kemampuannya.
kita satu almamater ko mas. Kebumen dan AKAKOM :D
Hehehe.. toss
Kalau begitu aku tambah lagi pertanyaanya;
5) Mungkin sedikit saran untuk mereka yang mU dan memulai bekerja sendiri? Manajemen waktu, rolling capital, etc
6) Framework yang digunakan untuk manage project. Esp concurrent projects?
7) Ada tips on how to assemble and develop good/awesome engineering team?
8) Bisa share bagaimana end up dengan optus?
9) Sampai kapan mau bekerja untuk orang (dengan perusahaan)