Terus terang ada jeda waktu yang cukup lama untukku hingga akhirnya mengetahui apa nama yang pas untuk sebutan profesi yang hendak kubahas ini.
Awalnya kukita SEO expert, tapi dari yang kubaca di beberapa artikel menyangkut soal SEO (Search Engine Optimization), aku sedikit meragukan apakah mereka layak disebut expert (ahli) karena luasnya cakupan pembahasan SEO tersebut.
Lantas kupikir yang tepat adalah Ad-senser, tapi nyatanya jangkauan kerjanya tak terbatas hanya pada Ad-sense milik Google saja tapi juga network-network lainnya.
Baru kemarin kutahu dari orang yang hasil interviewnya akan kupublikasikan senin depan bahwa profesi yang tepat untuk mereka adalah publisher.
Meski sebenarnya akupun masih bingung karena bukankah publisher itu berarti semua yang mempublikasikan konten di internet? Kalau demikian, dalam era web 2.0 ini, bukankah semua berhak mempublikasikan kontent melalui social media, misalnya, jadi semua bisa disebut sebagai publisher? Semoga bukan pengertiannya yang terlalu luas.
Tapi anyway, lupakan soal penyebutan nama yang tepat dan siap-siap membaca penjelasanku tentang uang yang mereka dapat dari karir mereka sebagai publisher ini.
nah… kalau publisher ini penghasilannya sudah sampai tahap ratusan juta per bulan
Sebagai perbandingan, seorang buzzer bisa panen ratusan ribu hingga jutaan rupiah per tweetnya, blogger bisa panen jutaan rupiah per postingnya, web designer/web developer panen puluhan juta untuk sebuah website besar, nah… kalau publisher ini penghasilannya sudah sampai tahap ratusan juta per bulan untuk mereka yang telah sukses tentu saja.
‘Wow’ banget kan?
Jadi tak heran kalau para pelaku bisnis ini memiliki taraf hidup yang lebih baik dari sisi ekonominya. Rata-rata mereka memiliki rumah sendiri dengan tanah yang luas, mobil berkelas, bahkan ada dari mereka yang memiliki motor besar keluaran terbaru!
Bagaimana detail pekerjaannya? Tak ada yang tahu sedasar-dasarnya, sebenarnya.?Seperti halnya bagaimana seorang koki yang bekerja di Mie Gang Kelinci bisa bikin mie seenak itu? Mereka hanya akan menjelaskan, masukin mie, masukin bumbu, dimasak sekian lama, done!
Iya, tapi bumbunya? Jenis mienya? Rahasia dapur namanya!
Tapi dari apa yang kutahu, seorang publisher haruslah memiliki website.?Rata-rata konten yang diupdate di website itu memiliki kekhasan tersendiri. Misal, website yang ngomongin soal otomotif, soal design, soal tanaman dan masih banyak lagi.
Setelah itu, mereka lantas mendaftarkan diri ke advertorial network, seperti Google Ad-sense misalnya.
Seiring naiknya rate kunjungan ke website tersebut yang sebagian besar melalui hasil pencarian di Google ditambah dengan kompleksitas perhitungan yang sifatnya ‘rahasia dapur’ tadi, hal itu akan berimbas pada makin banyaknya iklan yang muncul dan para visitor pun banyak meng-klik atau bahkan ada yang perhitungannya berdasarkan impresi iklan tersebut.
Setiap klik/impresi iklan, dikonversikan ke dalam dollar. Makin banyak orang meng-klik-nya atau melihatnya (impresi) makin banyak pula uang yang di dapat si pemilik website.
Setiap klik/impresi iklan, dikonversikan ke dalam dollar. Makin banyak orang meng-klik-nya atau melihatnya makin banyak pula uang yang di dapat si pemilik website.
Jelas?
Kontennya?
Yang jadi masalah, menurut kacamataku adalah kontennya. Mempublikasikan konten tentu bukan persoalan yang mudah. Karena kalau mudah, belasan atau puluhan blogger itu tidak akan ‘murtad’ dan terus ngeblog hehehe.
Belum lagi membuat konten yang mengundang orang untuk meng-klik apalagi meng-klik iklannya, tentu amat susah. Blogku ini pun, aku tak bermaksud merendahkan diri, jauh dari predikat tersebut.
Tak hanya itu, kebanyakan konten tersebut berbahasa Inggris! Hebat kan?
Mereka juga bukanlah seorang wartawan atau pengamat sungguhan dalam bidang-bidang tersebut.
Mereka adalah orang-orang seperti kebanyakan kita. Ada yang mahasiswa, penjaga warnet, web developer dan masih banyak lagi. Lalu bagaimana mereka mendapatkannya? Nah! Inilah persoalannya. Orang yang hendak kutampilkan hasil interviewnya nanti itu mengatakan isu terbesar adalah soal copyright konten.
…tak bisa dipungkiri, banyak dari konten itu hanyalah kopi-paste dari situs web lainnya
Ya, tak bisa dipungkiri, banyak dari konten itu hanyalah kopi-paste dari situs web lainnya.?Namun tentu ini tak semuanya. Beberapa kawan yang ‘lurus’ memilih untuk membuat sistem user-generated content. Jadi, situs yang dikelolanya memiliki sistem keanggotaan dan konten yang ada di situs itu adalah hasil kontribusi para anggota itu sendiri.
“Kalau udah gitu enak, nggak usah capek-capek dan uang masuk sendiri!” tukas kawanku yang satunya lagi.
Siapa yang ngeklik?
Pada network iklan yang menghendaki impresi untuk meningkatkan revenue sebenarnya tak jadi soal.
Yang jadi masalah adalah siapa yang ngeklik iklan??Hal ini sangat penting karena besar-kecilnya uang yang mereka dapat berdasarkan seberapa banyak iklan-iklan yang ada di websitenya di-klik pengunjungnya.
Persoalannya, nyaris semua orang yang terbiasa browsing akan tahu mana yang iklan dan mana yang konten. Lalu bagaimana dan kenapa orang masih tetap mau mengklik iklan?
Bisa jadi disengaja.
Karena orang memang ingin mencari informasi lebih. Tak ada masalah dengan yang satu ini.
Bisa jadi karena kecelakaan!
Orang tak sengaja mengklik karena menganggap hal itu adalah bagian dari konten. Banyak para publisher tadi menyamarkan konten memiliki kemiripan tipografi dan warna latar belakang yang mirip dengan iklan atau sebaliknya.
Link
Salah satu syarat untuk dapat memiliki pagerank yang bagus sehingga memungkinkan untuk dapat sering diakses orang adalah sebuah situs/halaman harus memiliki banyak link dari situs lain (back link).
Kawanku bilang di sinilah tantangan untuk menjadi publisher white hat, istilah untuk mereka yang lurus-lurus saja, atau menjadi publisher yang black hat, sebutan untuk mereka yang menghalalkan segala cara.
Seorang publisher white hat akan menggunakan cara-cara ‘halus’ untuk mendapatkan link balik ke situs mereka. Salah satu caranya adalah menyebarkan link, dan membuat semaksimal mungkin situsnya terkenal sehingga banyak dicantumkan linknya oleh pemilik situs lainnya.
Sementara yang blackhat? Entahlah! Selain aku tak tahu pasti, aku juga tak terlalu mau menuduh seperti apa cara kerja mereka itu.
Hukum? Ke depannya?
Secara general, kita tak perlu mempersalahkan publisher; sama seperti sikapku yang tak pernah menyalahkan buzzer.
Tapi yang patut disayangkan adalah beberapa oknum saja yang menghalalkan segala cara untuk meraih uang di bisnis ini.
Untuk itu kita sebenarnya punya payung hukum untuk membasmi oknum tadi.?Misalnya, atas nama copyright/hak cipta atas konten, apapun itu, publisher-publisher nakal bisa dijerat pasal pelanggaran hak cipta.
Tapi sungguhpun demikian kita tahu itu tak mudah.?Untuk yang real-real semisal karya seni saja perlindungan hak ciptanya baru berada di taraf ‘tai kucing’, apalagi dengan hal-hal yang ‘cyber’ seperti perlindungan konten website misalnya?
Harapan terbesar untuk itu sebenarnya justru bisa kita letakkan pada situs penyedia iklan itu sendiri. Harusnya mereka sekarang sedang berlomba-lomba untuk mengatasi ‘kebocoran’ ini.
Mereka dibayar oleh klien mereka untuk menayangkan iklan di media-media yang tepat, bukan situs-situs milik oknum publisher yang kacangan dan kopi-paste-an.
Tapi diluar pro dan kontra masalah publisher ini, harus kita akui bahwa keberadaan profesi ini begitu memberi warna sebagai ladang emas untuk peluang bisnis di internet.
Tak ada salahnya kalau kalian tertarik untuk mencobanya, asalkan tetap mengikuti tata-hukum yang berlaku. Beberapa teman menganggap menjadi publisher adalah solusi cerdas di tengah himpitan jaman yang tak mudah ini.
Dan aku 100% setuju! Angka ratusan juta rupiah per bulan adalah alasannya.
Eh, kalian mau tau bagaimana seorang kawanku yang boleh dibilang ‘master’ di bidang ini menyingkap ‘bumbu dapur’ nya? Simak interviewnya senin depan di sini!
“Harusnya mereka sekarang sedang berlomba-lomba untuk mengatasi ?kebocoran? ini”, yup, situs penyedia iklan harusnya bisa lebih selektif. “Black Hat” di semua aspek IT pasti ada, tapi selayaknya “white Hat” yang harus dimenangkan. Bukan begitu? :)
Masalah hukum di bidang internet, apalagi khusus tentang konten original dan copy paste seperti ini, rasanya kok masih jauh ya. Dalam benak saya, jangankan sampai kesitu, hukum di dunia nyata saja masih amburadul dan belum beres.
Kayaknya lebih memungkinkan jika menggunakan “hukum” rakyat. Jadi kita sebagai “rakyat” di dunia maya ikut melakukan sesuatu yang saya juga tidak tahu seperti apa untuk menegakkan “hukum” disini.
seorang teman jadi publisher adsense selama 6 tahunan ini dan setiap bulan rutin dapat 3-4jt
tapi ada cerita juga bahwa dijogja ada adsense publisher yang memperoleh hasil 200jt/bln.. menggiurkan
aku nyoba? sampe sekarang bertahan di 8dolar dan belum cair2 haha
aku malahan udah menanggalkan dunia adsense, menyambung dari mas Denden temenku yang di Jogja ada kok yang 40.000 dollar/bulan (di tahun 2011) mungkin sekarang udah lebih tapi biasanya yang angkanya besar itu lebih dari 5 blog yang didaftarkan GA…
Semenjak GA para pemain WordPress Theme Developer juga rajin bikin theme yang katanya juga SEO dan cocok untuk Adsense.
Eh antara Halal dan Haram ini dulu pernah dikicaukan oleh Om Dv
sebenarnya ini industry dan profesi baru, jadi menamakannya saja masih susah. Diriku juga menggunakan salah satu consultant untuk SEO dan certified google tentunya bukan buat blogku. Menurutku bisnis dan profesi ini menarik selama dijalani dengan baik.
Aku bicara sebagai pembaca saja ya
Publisher seperti ini yang sering bikin aku pusing
Search kata kunci tertentu tapi halaman pertama isinya sampah melulu
Hanya cuplikan yang harus klik link merujuk ke web lain, jadi kayak dipandu untuk tersesat dalam sebuah hutan
Dan sekarang setiap kali menemukan sampah, aku langsung report ke google atau membuang web tersebut dari hasil pencarian
pengalaman nyata seorang teman yg memulainya disebuah kamar di rumahku di SMG dulu bbrp tahun yg lalu, memulai membangun blog demi blog, kata demi kata, paste demi paste … mudah2an sekarang impiannya sbg publisher handal sudah dapat terwujud, kl enggak ya seperti pikiran ku waktu itu, ngapain juga to capek2 bangun banyak domain sampe ketiduran didepan laptop tiap malem (literaly) hihihihi
sebenarnya masalah publisher itu memang banyak. konten memang sering diabaikan oleh mereka, padahal kebanyakan para pencari informasi di gugel ya menginginkan info seakurat mungkin. kasian kan mereka
salam
Om Don.. daku bertahan di whitehat… meskipun merangkak.. at least bergerak… seperti saran mu don… tetep berjuang pantang menyerah..
Perkara whitehat or blackhat… tidak perlu ada aturan dari kita… biarlah jadi PR penyedia layanan PPC (Pay Per Click). Yang jelas… yang membedakan whitehat dan blackhat adalah pola pikir/ide. Dapatkah kita “membunuh” ide?
Meskipun berdarah2… tapi bagiku, itu sebuah pembelajaran untuk menghargai setiap 0.01$ yang masuk di akun PPC ku. Intinya belajar menghargai jerih payah :).
Ada info tak jelas yang mengatakan “Kalo orang luar negeri membaca artikel, dan menurut mereka menarik. Maka mereka akan meninggalkan 1 click untuk web tersebut, sebagai wujud terima kasih mereka kepada si empunya web. Sudahkah kita berterima kasih kepada si pemilik web dengan cara yang “tepat”? (perlu diinget, ada tagihan hosting dan domain yang mereka tanggung per tahun lho…)
Gak menyalahkan buzzer tapi nyinyir dan sinis? (inget twit terakhirmu buatku beberapa waktu lalu) *mesem*
Anw jadi penasaran siapa sih yang kamu interview itu.. Nampak menarik. Aku sendiri baru tau soal Publisher ini *gak gahul*
Ngga menyalahkan buzzer tapi aku selalu sangat keji kepada oknum…
Waaaah Don, menarik banget penghasilan ratusan juta /bln, pie carane, ajari hehe