Produk easy to use, produk ramah lingkungan

3 Feb 2010 | Cetusan

Beberapa waktu silam, aku membeli iPhone tipe terbaru (lebih tepatnya berlangganan koneksi telepon dalam ikatan kontrak ber-periode lalu diberi iPhone secara cuma-cuma untuk operasionalnya).
Bagus? Jelas! Apple gitu loh! :)
Tapi selain itu, yang cukup mengagetkan adalah kecilnya bungkus (package) yang kuterima serta nyaris tak ada user guide yang menyertainya kecuali dua bundle kecil bertajuk Finger Tips dan Important Product Information Guide.
Bungkus (package) iPhone yang begitu mungil
Terkait dengan hal ini, akupun bertanya kepada penjaga gerai, “Lho, lha ini cara pakainya gimana? User guide-nya kok cuma ini?
Dengan cekatan, ia pun menjawab “Oh, trust me deh, kamu bahkan nggak perlu pake User Guide. Gadget ini canggih, nice dan.. easy to use, Mate!
Akupun mlongo dan berharap bisa percaya omongannya.
Tapi benar saja!
Sesaat setelah menggunakannya sesampainya di rumah, kesanku, iPhone ini memang sangat mudah dioperasikan.
Yang dibutuhkan mutlak hanya kemauan dan waktu untuk ‘terbiasa’ menggunakannya. Aku praktis tak perlu membaca ‘Petunjuk Singkat’ karena memang aku tak melihat ada hal lain yang tersembunyi ataupun disembunyikan selama pengoperasiannya.
Kalaupun sedikit merasa bingung, aku tinggal coba-coba pencet sana dan pencet sini, kalaupun tak ketemu apa yang kumaksud aku bisa melanjutkannya dengan browsing informasi via Google dan tak sampai sekejap, ratusan bahkan ribuan tips dan trik serta tutorial pengoperasian iPhone yang diunggah oleh para pengguna kutemukan di sana. (Riset kecil-kecilan, melalui Google, dengan menggunakan keyword Iphone tutorial, kutemukan 24.100.000 hasil pencarian sementara dengan keyword iPhone tips and tricks kutemukan 21.700.000 hasil pencarian.)
Oh ya, aku juga tak perlu takut pula bahwa ‘barangku bisa rusak’ hanya karena pencet sana dan pencet sini karena kutahu bahwa secara arsitektural, apapun yang kulakukan terkait dengan ‘software’ tak’kan menghancurkan ‘hardware’ yang menjadi framenya… Kalaupun kebangetan dan hilang peta ya tinggal di -factory reset, maka semuanya kembali seperti sedia kala.
Hal ini lantas membawaku dalam permenungan yang menurutku menarik bahwasanya keterbatasan kadang justru membuat kita berpikir semakin cemerlang dan kreatif.
Pandanglah pada isu pemanasan global dan realita berkurangnya luas hutan alami di muka bumi.
Kedua hal tersebut mau tak mau membawa dampak yang tak terlalu menarik bagi industri yaitu ketatnya tata aturan penebangan pohon yang berdampak pada mahalnya harga kertas yang bahan bakunya adalah kayu dari pohon yang ditebang.

Dua bundle "User Guide" yang tipis dan nyaris tak terpakai :)


Otomatis, produsen (dalam hal ini gadget) yang meletakkan arah pemikirannya dalam kerangka tradisional nan primitif akan berteriak bak kebakaran jenggot semata-mata karena ia harus membayar ongkos lebih untuk sekadar mencetak ‘User Guide Manual. Menutup perusahaan dan mulai teriak-teriak (syukur-syukur tak lantas jadi politikus) seakan mampu mengenyangkan perut anak istrinya yang kelaparan.
Akan tetapi, bagi mereka yang ‘siap berubah’ menyesuaikan keadaan, hal-hal yang mencekik seperti ini tentu justru akan memompa adrenalin sekaligus mengasah serta menguji seberapa runcing otak dan naluri bisnis mereka.
Karena aku selalu tak mau diposisikan pada mereka yang berpikir primitif nan udik itu, melalui tulisan ini aku mencoba mereka-reka tentang aras (level) eksekusi perancangan produksi menyikapi keterbatasan itu tadi.
Level pertama atau sebutlah solusi yang pertama adalah dengan tak mengubah apapun terhadap produk yang dihasilkan serta ketebalan user guide yang disertakan namun mengubah media penyampaian yang semula kertas menjadi paperless semacam CD (offline) maupun website (online). Penggunaan helpdesk juga akan dioptimalkan kalau-kalau CD dan website yang dihadirkan tetap membuat orang kebingungan dan mentrigger mereka untuk bernafsu menelpon support center-nya.
Level kedua adalah dengan cara melakukan inovasi besar-besaran terkait produk itu sendiri dan meminimalisasikan serta kalau perlu meniadakan userguide baik itu lewat offline maupun online media. Inovasi yang kumaksud adalah dengan mengoptimalkan aspek kemudahan penggunaan karena bukankah awal mula adanya user guide adalah mengatasi kesulitan dan mendatangkan kemudahan?
Skala kemudahan pun lantas direntangkan pada berbagai macam aspek perhitungan mulai dari tua/muda usia pengguna, strata pendidikan dan ekonomi dan lain sebagainya hingga pokoknya, istilah kata, anak TK pun bisa memakainya.
Solusi pertama tidaklah buruk karena setidaknya antisipasi keadaan tercermin dari sana.
Namaun jika ingin optimal, solusi/level kedua di atas barangkali adalah yang paling bagus karena ibarat kata, sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Sekali inovasi, maka secara tak langsung kita telah turut berperan meredam laju kerusakan alam dan secara langsung kita telah memberi value yang lebih besar dari produk yang kita ciptakan; tak hanya canggih saja namun juga, sekali lagi, easy to use.
Pola pikir seperti solusi kedua yang terimplementasi ke dalam produk yang dihadirkan untuk memudahkan hidup manusia itulah yang kuanggap adalah sebuah sikap hidup yang begitu penting yang perlu ada di setiap benak yang masih ingin hidup lebih lama lagi di dunia ini.
Sikap yang tetap berpikir global dan maju ke depan namun tetap ramah lingkungan…

Sebarluaskan!

52 Komentar

  1. Beberapa vendor sudah sering menerapkan bundle seperti itu sejak tiga tahun yang lalu. Jadi aku yg dulu melayani cetak2 manual instruction hanya perlu satu kertas A3 dan dilipat-lipat. Untuk beberapa kemasan produk teknologi bermerek internasional juga sudah sangat kecil mirip kotak perhiasan, tujuannya supaya cost production jadi murah. Entah mereka mikir tentang issue lingkungan apa tidak, tapi ya dengan keterbatasan bahan baku yang membuat harga kertas melambung tinggi akhirnya membuat mereka lebih ringkas dan meminimalisir ongkos produksi.
    Aku sendiri sejak zaman krismon 98 aku yang pecinta kertas sudah jadi aliran paperless, kecuali untuk tugas yang sudah final baru print di kertas. Kalaupun draft harus dicetak aku pakai kertas bekas hehehe… Masih inget banget dulu harga kertas A4 1rim naik 2 kali lipat weksss…!

    Balas
    • Hehehehe, terlepas dari mereka mikir issue lingkungan atau tidak tapi yang jelas ongkos dan harga kertas melambung tinggi itu pasti ya karena issue lingkungan, Fem…
      Idealnya demikian ya…

      Balas
      • yupe yupe :)

        Balas
  2. Anak TK jaman sekarang lebih pinter dari orang tua kalau masalah teknologi lho. Harusnya istilah itu diganti “Nenek nenek saja bisa pakai” :)
    Btw bukannya BB mu bangkit dari kubur katanya, gara2 takut kamu berlain hati? Beberapa waktu silam itu berapa lama? Waktu di Indo?

    Balas
    • Hehehe, yang kumaksud waktu silam itu adalah weekend kemarin :)
      BB ku sudah bangkit lagi meski harus ngelewati factory reset dan kehilangan setengah tahun data backup…

      Balas
  3. Tahun lalu waktu aku beli hp LG, aku dapat kotak yg besar sekali. Isinya selain guide book, smart guide (kayak i-phonemu punya, yg ringkas itu), memo pad, kartu pos 100lbr, cd, dan perangkat lainnya. Wah, aku kbingungan menyimpannya krn lemari jd penuh. Lagipula kartu pos, siapa pula jaman skrg yg masih berkirim kartu pos? Kartu pos LG pula! Nah waktu aku pegi beli Nokia utk asisten di rumah, aku jd kaget. Kotaknya kecil sekali,segenggaman saja. Lalu aku pikir, oh mgkn krn ini type yg murah jd ga dikasih apa2 kecuali charger. Nah loh, i-phone yg mahal aja skrg hemat begitu, berarti hrsnya bs diikuti dgn provider lainnya. Menurutku, ponsel kan sdh bukan barang luar biasa lagi, orang beli hp pasti sdh tahu cara pakainya tanpa perlu buka manual book, kec utk case hp blackberry or i-phone hahaha.. I_phone itu ada yg bilang susah pakeknya, tp aku lihat bosku pake itu gampang2 saja. Sebenarnya gampang banget kah, Don?
    Truss, aku setuju dgn konsepmu di atas. Lebih baik sertakan cd kecil saja dan alamat website utk pertolongan pertama pada pengguna hp. Simpel deh. Dan kalo mau jual jg enak, ga perlu repot pulang ambil kotak hahaha..

    Balas
    • Zee, thanks untuk komentarmu…
      Aku sepakat, apa yang dilakukan LG agak berlebihan in my humble opinion lho.. soalnya bayangkan ongkos produksi 10 lembar postcard (terlepas dipakai atau enggak) itu saja sudah besar pastinya…
      Soal iPhone, sebenernya gampang kok.. :)
      Jadi, ganti iPhone juga nih rencananya? :)

      Balas
  4. hidup, produk ramah lingkungan!!
    atau harusnya gini: user huide bisa anda baca di blognya DV, hehe…
    awas! jangan di-print! boros tau!!
    salam :D

    Balas
  5. produk notebook juga termasuk yang boros dalam memberikan guide book. ada banyak versi bahasa di dalamnya. ketika aku membelinya dulu, ada manual dalam bahasa inggris, thailand, china dan indonesia. itu semua dibuat dalam buku yang terpisah satu sama lain. seharusnya, manual dalam bahasa yang bukan bahasa pembeli, dieliminasi saja. sehingga dengan demikian terjadi penghematan. jangankan untuk membacanya, melihat manual dalam bahasa asing itu saja aku tidak.
    barangkali, ada baiknya juga manual sebuah produk itu dalam bentuk cd kali ya. sehingga, tinggal baca di komputer, tanpa harus membaca dalam bentuk buku…
    btw, iphone-nya boleh juga tuh.. hehe… :)
    .-= vizon´s last blog ..profesor yahanu =-.

    Balas
    • Harusnya begitu ya, Uda…
      Atau at least, katakanlah notebook itu langsung diimpor dari negara produsen, ya kantor perwakilan di Jakarta mestinya menyeleksi user guide yang hendak dibagikan, sisanya dikembalikan atau kalau bisa ya di recycling :)

      Balas
  6. menurutku manual guide teep perlu. terutama yg berkaitan dgn hal teknis dan spesifikasi.
    utk pengoperasian, memang seharusnya gadget itu secara singkat bisa digunakan dgn cepat dan mudah. :D

    Balas
    • Perlu tetep perlu, Sob…
      Tapi kupikir Spesifikasi dan hal teknis ada baiknya tak disertakan beserta barang melainkan cukup showing URL aja :)

      Balas
  7. saya seumur2 malah ga pernah baca user guide. kl kesulitan ya utak-atik aja.. *mental org indo males baca* huehe. tapi kyknya dengan kemajuan internet, user guide itu ga perlu disertakan lagi bersama produk. saat produk udah easy to use, paling tinggal bikin user guide dikit2 aja di web produsennya :D

    Balas
    • Hehehe jgn pikir aku juga senang baca user guide lho…
      Kalau dulu penyakitku adalah males baca, sekarang ini lebih parah lagi, aku susah membaca konten berbahasa Inggris.. Jadi ketika berhadapan dengan user guide (jika ada), yang kulakukan adalah sesegera mungkin mencari ilustrasi gambar dan berpatokan dari sanalah aku ‘bekerja’ :)

      Balas
      • Ah pembohong semua bilang “Males baca” padahal sedikit dikit berkoar “GOOGLING!” wakakakaka.

        Balas
  8. wah sekarang udah ganti iphong :D

    Balas
      • mank skr hargnya brp mas untuk iphong ini?
        masih bundle ama telkomsel ya?

        Balas
        • Harganya. 1200 dollar..
          Aku nggak bundle dgn telkomsel karena telkomsel ngga sampe sini hehehe

          Balas
  9. semangat untuk ramah lingkungan, malah melahirkan ide brilian bagi yang mau berusaha.
    Kreativ di saat sulit, dan tetap berjaya di ruang sempit.

    Balas
    • Wah, aku paling suka penggalan kalimat terakhirmu, “berjaya di ruang sempit!” Ya, aku memang selalu berjaya di ruang itu hahahaha!

      Balas
      • maksudnya ??!!! hahaha…salah deh aku bikin komentar…hihhi

        Balas
  10. Jadi inget dulu pas beli hape Sony, user guidenya tebel banget dan terdiri dari 4 bahasa, kalau gak salah ada sekitar 90-an halaman, padahal hapenya gak punya fitur yang istimewa.
    BTW, BB-nya mau diwarisin buat saya gak nih :D

    Balas
    • Itu pertanda produsennya mau bikin usaha sampingan yaitu percetakan kamus, Sob :)
      BB? Masih kupake kok :)

      Balas
  11. ah, so you enjoy biting this apple? hihi….saya masih lebih suka bb, lebih enak buat kerja soalnya. gak pengen iPhone ah biarpun kalo dari tampilan dia emang lebih gaya. mahal soalnya, gak mampu beli. kasian saya yah? :D

    Balas
    • Hahahahahha…. no.. not biting, licking instead :)
      Nganu, saya tetap pake BB kok… jadi dobel.. eh tapi ya nggak juga soalnya iPhone kufungsikan sbagai iPod dan telepon khusus dr istri hehehe :)

      Balas
  12. etapi kalo laptop aku maunya cuma keluaran apple *ga penting* :p

    Balas
    • wah, dulu saya penggemar laptop mac, tapi setelah sampe sini, mereka maunya saya pake windows.. ya sutra saya pake linux saja *lohhh*

      Balas
      • hohohohoho…pake windows ribet beli aplikasinya ya mas :P
        *ayo ngaku!* hihihihihi

        Balas
  13. Budaya paperless memang mulai disosialisasikan dimana-mana, termasuk di kampus. Sayangnya, untuk mengoreksi skripsi/thesis mahasiswa, aku masih lebih senang dalam bentuk hardcopy/print-out. Soalnya bisa diorek-orek (dibetulkan, maksudku …). Kalau dalam bentuk CD yang dibaca di komputer, susah ngoreksinya …
    Lagipula, di Indonesia harga kertas belum mahal-mahal amat … (mungkin karena masih banyak hutan yang bisa ditebangi dan diambil kayunya ya … hiks! :( )

    Balas
    • Wah jangankan Anda, saya yang seharusnya sudah tak canggung dengan paperless aja masih memilih nge-print untuk ebook..:)
      Ndeso tenan tho niku? :)

      Balas
  14. Yang jelas aku mesti mlongo sik…..hehehe..tapi bener ya pencet sana pencet sini nggak apa-apa? Saya suka diketawain anak bungsuku, karena ragu2 apalagi kalau ada kaitan sama listrik..huhu..takut nyetrum….lha kalau yang ini takut rusak…hehe

    Balas
    • Saestu, Bu.
      Membayangkan software dan hardware itu mungkin setara dengan membayangkan kereta dan rel nya..
      Sekuat-kuatnya kita merusak kereta, relnya nggak bisa rusak tho?:)

      Balas
  15. Iya tuh sekarang produk-produk elektronik makin paperless. Kemarin baru nemenin temen beli netbook HP, Userguide-nya cuma A3 tiga lembar, bahasa indo, EN, dan Thai (knapa sih pake bahasa thailand segala?). Kawan saya terlihat kecewa. Padahal apa sih sulitnya mengoperasikan Netbook. Yang sulitkan buka di hardware, tapi software-nya. Enaknya klo software uda ada menu “Help” jadi ga rempong.

    Balas
    • Yang lebih parah lagi adalah, meski sudah ada menu Help tapi tetap maksa konten dari menu Help itu sendiri :)

      Balas
  16. wah, gadget yang menarik neh ….
    kapan yak bisa dapatin ini :)

    Balas
  17. awalnya ringan, tapi di paragraf2 terakhir kok agak berat ya bahasanya? hehehe
    btw, saya setuju banget bahwa hal-hal kecil juga dapat kita lakukan untuk ikut serta mengurangi dampak global warming, misalnya menghemat kertas dan memperbanyak tumbuhan di lingkungan sekitar kita..
    **semoga ndak terlalu OOT

    Balas
    • Hehehehe, nggak beratlah, cuma panjang hehehe…

      Balas
  18. begitulah kelebihan gadget satu ini..
    sekarang aja kotak pembungkus mac sudah lebih kecil daripada yg dulu…
    dan berguna pada packing untuk dikirim ke seluruh penjuru dunia..
    semoga saja produsen lain dalam waktu dekat juga berpikir demikian hehe
    lebih hemat bahan..
    lebih banyak yang bisa dikirim..
    lebih ramah lingkungan :D

    Balas
    • Weh, ada manusia lama.. Halo Mas Slamet :) Apakabar?

      Balas
  19. mau tau rahasiaku mas? aku ndak pernah membaca user guide hehehehe karena buatku mencoba itu adalah guru yg paling ampuh, ketidaktahuanku adalah senjataku :D
    pinjem dunk iphone ;) boleh minta oleh2 ini gak kalau dirimu balik ke indonesia…hehehehehe :P

    Balas
    • Aku ndak heran kamu berprinsip seperti itu karena kamu orang IT dan dipercaya company asing pula :)
      iPhone buatmu? Boleh, tapi syaratnya satu.. kukirim pake TIKI ya?! hahahahahah!

      Balas
      • mas don…dodol! udah trauma aku kirim barang begituan pake TIKi tapi kalau mau dicoba boleh lah…iphone kan kecil dan ringkas past lebih kecil packagingnya di banding si E71 itu…hehehehehe

        Balas
  20. Keterbatasan memang membuat semua orang semakin kreatif. Mudah-mudahan, kreatifitasnya nggak bikin orang lain sebel… Contohnya: kagak punya duit, terus kreatif mbobol ATM, misalnya… hihihihi..
    Apa kabar, Don?

    Balas
    • Hehehehe, jadi kamu yang mbobol? :)
      Kabar baik, La… How bout you?

      Balas
  21. wow keren pisan uey belum penah megang ane hikz hikz
    berkunjung n ditunggu kunjungan baliknya makasih

    Balas
  22. kadang-kadang buat kreatif juga harus “dipaksa” :), kalo nggak ada “paksaan”, lama-lama jadi terbuai keadaan yang serba nyaman. *duh, sok filosofis!*
    salam kenal!

    Balas
    • Hehehe, betul juga tuh.
      Salam kenal juga, Mbak!

      Balas
  23. BB mu kemana dadine Don?
    baca postinganmu itu jadi makin salut sama iphone…
    Heeem moga2 aku kepepet apalah di kantor jd bisa memikirkan solusi untuk pulang cepet :D (naughty! ;) hihihi)

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.