Predato Taon Baroe

2 Jan 2008 | Aku

Aku menghabiskan acara tutup tahun 2007 sekaligus menyambut tahun baru 2008 kemarin di rumah saja.
Setelah menolak beberapa ajakan pesta yang pastinya menggiurkan, aku memilih pulang saja satu jam sebelum pergantian tahun.
Berteman seloyang pizza ukuran jumbo kesukaan Mama yang kubawakan dari Jogja, kopi nasgitel, jahe panas, setoples kue kering sisa perayaan Natal kemarin, televisi dan
tentu saja kedua orangtuaku, Genduk Cipret, adik semata wayangku, dan dua ekor anjing kesayanganku.
Tak perlu perayaan yang dar-der-dor seperti yang ada di televisi atau di jalanan yang kutemui sepanjang jalanan Jogja – Klaten malam itu, cukup menonton televisi dan bercengkrama saja
bersama keluarga sambil berhaha-hihi mereguk cinta dan kasih yang tak pernah habis dari Tuhan melalui mereka.

Di televisi aku melihat siaran langsung pesta rakyat dari Monas Jakarta.
Pak Fauzi Bowo, Gubernur Jakarta yang baru, berpidato berapi-api, setelah sebelumnya bernyanyi bareng grup band Ungu.
Sementara di newsticker yang berjalan di bagian bawah layar televisi menginformasikan bahwa banjir mulai menggenangi Jakarta dan sekitarnya, Kabupaten Lumajang terancam banjir menyusul tetangga-tetangganya
dan proses pencarian jenasah korban longsor di Karanganyar, Jawa Tengah.

Dan tahun pun berganti! Kami sekeluarga lantas bersalaman.
Papa menyalami Mama, Aku menyalami Papa, lalu menyalami Mama dan Cipret.
HonHonku menelponku dari jarak jauh mengucapkan selamat tahun baru.
Selebihnya praktis tak ada sesuatu yang terjadi secara drastis.
Kami saling menghabiskan penganan dan minuman yang tersaji di meja saja.
Satu jam lepas tahun baru, kami pun beringsut masuk ke kamar.

Suasana benar-benar tenang, bukan hening.
Di luaran suara dar-der-dor masih terus membahana.

“Itu mercon apa kembang api tho, Le* ?” Mama bertanya padaku dari ranjang sebelah sambil memutar-mutar gelombang radio kesukaannya.
“Hmmm.. nggak tahu. Mungkin keduanya.” Aku menyahutinya sambil membolak-balik koran usang yang belum terbaca.
“Itu pada ngapain ya Mas, kok bakar-bakar kembang api trus bolehnya njalanin montornya ngoeng-ngoeng nggak keruan!” Cipret yang tidur disebelah Mama ternyata belum tidur juga dan menyahut percakapan itu.
“Eh iya! Kamu jangan cari jodoh orang yang kayak gitu, Pret!” Papa yang tidur di ranjang bawahku tiba-tiba memotong pembicaraan.
“Hehehehehe! Dengerin omongannya Papa tuh Pret! .. Oh mereka ? Lha ya ngilangin stress, Pret!” jawabku.
“Stress?! Stress gimana, tahun baru kok stress!” tanya Cipret lagi.

“Yaaa setresss. Lha wong tahun bertambah, usia ya pasti bertambah, tagihan hutang semangkin dekat dengan deadline juga sementara pemasukan nggak naik-naik. Pekerjaan semakin sulit dicari
sementara kandungan istrinya sudah semangkin njembling** dan tahun ini pasti akan lahir.
Mereka mungkin setress karena hal-hal seperti itu, makanya biar nggak stress lalu mereka teriak-teriak, njalanin montornya seperti setan jalanan dan bebakaran mercon!”
tukasku panjang lebar sambil meletakkan
koran yang semula hendak kubaca.

“Oooo…”

“Iya. Jadi terkadang itu semua jadi kamuflase. Terkadang lho!
Kamuflase terhadap persoalan pribadi. Sifatnya manusia kan maunya seneng aja ketimbang susah. Leha-leha ketimbang mikir kenceng.
Makanya mumpung tahun baru, ngapain ngurusin masalah-masalah yang besok juga pasti akan datang. Mending, pesta-pesta aja!”
Aku semangkin bersemangat saja ngumbar pendapat.

“Hhhhhh…”

“Satu lagi nih! Hebatnya apa tho pesta-pesta gitu tadi ?
Ngomong-ngomong kamu tau gak Pret, Manusia itu kan sudah melakukan satu kesalahan besar, terbesar malah… yaitu menggathukkan*** angka dengan waktu.
Kamu bayangkan kalau nggak ada gathuk-menggathuk itu pasti nggak akan ada acara tahun baru.
Pasti nggak akan ada juga acara-acara mahal di hotel menyambut tahun baru itu,
nggak akan ada end year sale yang meski harganya dibikin murah tapi sebenernya tetep mahal itu!
Gak ada juga itu gelar orang terkaya tahun ini atau tahun itu karena kalau gak ada angka ya nggak ada tahun, tho!”
Tanganku mulai kugerak-gerakkan seiring predatoku yang semakin membahana.

“Hhhhhh… “

“Nggak ada juga rencana-rencana buat ngapa-ngapain! Buat ini buat itu!
Orang pasti gak ada yang takut dengan usia yang semangkin tua dan semangkin lapuk karena gak ada variabel penghitungnya. Buat apa ngitung wong gak ada kaitannya dengan angka.
Tapi ya itu tadi, salahnya manusia-manusia ini menggathukkan angka dengan waktu… jadi runyam.
Orang jadi takut tua!
Orang takut usia! Orang takut tenggat waktu! Orang takut deadline pekerjaan dan perhutangan!
Karena apa? Karena semua itu kayak ditandai dengan angka-angka yang dijalankan yang rasanya semangkin lama semangkin cepat ini!
Ya nggak Pret?”

Sepi! Kosong!
Tak ada tanda-tanda kehidupan di kamar itu selain suaraku saja.
Semua sudah terlelap termasuk Cipret yang kukira masih mendengarkan orasiku.
Sebuah panggung yang berakhir mengecewakan, pikirku!

Ya sudah, sekarang aku konsentrasi untuk tidur saja. Kutarik selimut menutupi hingga dadaku.
Mataku semangkin temaram sementara diluar tetap saja suara riuh rendah orang berpesta menyambut pergantian tahun yang rumangsaku**** kok nggak ada bedanya dengan pergantian hari lepas hari selama ini.
Memasuki alam tidur aku terngiang-ngiang suara Bono menyanyikan “Nothing changes on New Years Day.”, kumisnya Bang Fauzi Bowo, banjir di Solo, Karanganyar, Ngawi, Probolinggo, Lumajang.. Jakarta..
tanah longsor, lumpur lapindo, gempa bumi, Dewi Perssik yang di tipi tadi bajunya bolehnya memakai seperti kekurangan bahan kain saja, Slank yang semangkin tua semangkin apik,
Ahmad Dhani, Pluto, Ellen… zzzzzz ….

* : panggilan anak laki-laki (jawa)
** : membuncit (jawa)
*** : menghubungkan, menganggap berhubungan (jawa)
**** : menurutku (jawa)

Sebarluaskan!

7 Komentar

  1. bener… pendapatmu bener.. mereka itu orang stress yg mengalihkan kesetresannya dengan berpesta pora meraung raungkan motornya.
    Pemerintah sendiri juga stress, bencana di mana mana, ya wes akhirnya bakar dan ledakkan uang 200jt di ancol, di monas kabarnya sampai 4,5M.

    ya mari sebelum ikutan stress kita berjabat tangan saja, met th baru :D

    Balas
  2. Gw juga ga ikut rame-rame berisik taon baruan itu kok. Mending juga tidur, apalagi kalo besoknya masi harus ngejar jadwal pesawat buat balik ke tempat mengadu nasib.

    Met tahun baru yak… :)

    Balas
  3. @Ray and Emyou: met taon baru juga ya…
    thanks udah komen dimari :)

    Balas
  4. Berbahagialah, Su… Berbahagilah…
    Karena ada orang-orang yang bisa kau ajak melewatkan waktu dengan bahagia!
    -DM-

    Balas
  5. @DM: aw.. aw.. aw… dikomentari DM!
    Haduhh mengharu biru hatikyuuu…
    untung daku lelaki, kalau perempuan sudah kurebut kamu dari para perempuan-perempuan ityuuu ;)

    Balas
  6. malam tahun baru yang indah yah, Don!

    kupikir kemarin kamu melewatkan tahun baru di Bali :)

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.