Mari sama-sama jujur bahwa sesungguhnya polemik soal guru yang menghukum fisik lalu diperkarakan murid (dan orang tua murid) yang dihukum itu semakin lama gulirannya terasa semakin membosankan! Level kebosanan yang dituai mungkin sejajar dengan debat kusir antara mereka yang percaya bumi itu bulat dan mereka yang lebih cenderung yakin bahwa bumi itu datar yang juga sedang menghangat lagi akhir-akhir ini.
Lagipula bukankah kasus ini sudah sampai di pengadilan?
Kalau dibiarkan berlarut-larut polemik ini, yang diuntungkan sebenarnya justru operator telekomunikasi karena paket data mereka laris manis dan kita tekor harus mendownload meme-meme nggak jelas dan debat-debat yang lebih tak jelas pula!
Padahal menurutku inti persoalannya hanya satu: latah!
Setelah sekian tahun ditindas di bawah rejim Orde Baru, kita jadi binal dan seolah ingin dikit-dikit pake hukum, dikit-dikit panggil pengacara lalu kita perkarakan di pengadilan. Boleh? Ya boleh saja!
Di sisi lain, guru-guru juga nggak bisa berhenti latah untuk menghukum fisik pada murid yang mungkin memang bengal beneran. Mereka lupa (namanya juga latah) bahwa social media itu corong yang menanggalkan segala tirai, semua terpublikasi tanpa batas termasuk video yang menggambarkan mereka menghukum para murid dan diambil oleh murid lain yang juga latah merekam video dan mengunggah hasil rekamannya ke social media.
Di sisi yang lain lagi, adalah mereka yang jadi tim hore yang tersebar di sana-sini yang membuat polemik ini makin ramai. Mulai dari mereka yang setuju dengan adanya gerakan yang mendorong para guru untuk berhenti menghukum fisik para murid dan mereka yang tak setuju dengan alasan “Dulu gw ditampar guru nggak masalah!” dan sebenarnya ingin menambahkan “Dan sekarang gw toh sukses juga!”
Lalu solusinya?
Untuk yang sudah masuk ke ranah hukum ya biarlah diadili seadil-adilnya oleh Sang Pengadil seperti kutulis di atas.
Selainnya itu sebenarnya tak perlu ada solusi karena semua pasti akan terselesaikan sendiri mengingat interaksi guru dan murid itu sebenarnya interaksi alamiah yang abadi. Maksudku, selamanya guru akan butuh murid dan murid juga pasti akan selalu cari guru. Yang namanya saling butuh yang diperlukan tinggal pengertian diantara keduanya, kan?
Kalaupun ada yang perlu direm barangkali hanya satu: berhentilah berpolemik!
Seperti kutulis di atas, polemik hanya akan membuat senang para operator telekomunikasi karena paket data mereka laku untuk mendownload meme dan mengirim bahan debat kita dengan lawan.
Lagipula bukankah kita masih punya bahan adu debat yang lainnya? Soal Ahok, soal Jokowi, soal RRC di Pulau Natuna dan banyak lagi yang lainnya?
Kadang kita tak perlu menjadi bumbu di setiap diskusi. Cukup diam lalu di akhir polemik muncul dengan tulisan sok wise, seperti tulisan ini…
0 Komentar